Syiah merupakan sebuah agama yang dibangun di atas darah dan
pengkhianatan serta pembantaian. Mereka (Syiah) akan senantiasa menumpahkan darah
kaum Muslimin dari awal pergerakkannya hingga akhir zaman dengan menghembuskan
fitnah dan bencana yang di mana kaum Zindiq-Munafiq berada di dalamnya.
وَأَنَّ
أَصْلَ كُلِّ فِتْنَةٍ وَبَلِيَّةٍ هُمُ الشِّيعَةُ وَ [مَنِ] انْضَوَى
إِلَيْهِمْ، وَكَثِيرٌ مِنَ السُّيُوفِ الَّتِي سُلَّتْ فِي الْإِسْلَامِ إِنَّمَا
كَانَتْ مِنْ جِهَتِهِمْ، وَعُلِمَ أَنَّ أَصْلَهُمْ وَمَادَّتَهُمْ مُنَافِقُونَ
Dan sesungguhnya asal setiap fitnah dan bencana berasal dari
Syiah dan orang-orang yang beraffiliasi kepada mereka (Syiah), serta kebanyakan
pedang-pedang yang dihunuskan terhadap Islam (juga) berasal dari mereka
(Syiah), dan telah diketahui bahwasanya asal mereka (Syiah) dan unsur mereka
(Syiah) adalah berasal dari kaum Munafiq.
[Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah 6/370, Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah]
Syiah al-Qaramithah merupakan salah satu sekte sempalan dari
sebuah agama Syiah yang berusaha untuk menjadi Abrahah di umat ini dengan
membantai kaum Muslimin yang hendak menunaikan ibadah Haji di Mekkah, dan
mereka (Syiah al-Qaramithah) juga memecah serta mencongkel Hajar Aswad dari
Ka’bah Mekkah dan membawanya ke daerah kekuasaannya pada tahun 317 Hijriyah.
Mereka melakukan kekejian tersebut dikarenakan terdapat
sebuah perintah dari agamanya yakni Syiah, untuk memasangkan/meletakkan Hajar
Aswad di Masjid Kufah agar menjadi Kiblat kaum Syiah dalam menghadapkan
wajahnya dalam shalat.
Nouri al-Maliki Perdana Menteri Syiah Rafidhah Irak
Dengan izin dari Allah, kami akan meningkatkan (pelayanan)
Karbala.
Karena Karbala seharusnya menjadi kiblat bagi
dunia Islam, dikarenakan al-Husain berada di dalamnya.
Dan Insya Allah keinginan saya adalah pejabat daerah yang
terkait segera mempercepat dalam meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada
para penziarah Imam al-Husain dalam setiap acara. Dan pelayanan terhadap
penziarah Imam al-Husain tidak hanya diberikan untuk acara 10 Muharram atau Arba’in
saja. Namun juga (pelayanan diberikan) pada setiap hari Jumat dan bahkan
(seharusnya) setiap hari, karena ia (Karbala) merupakan Kiblat
dan Kiblat dalam menghadap kepadanya lima kali sehari
dan juga al-Husain adalah putra Kiblat ini yang Allah Tabaraka wa Ta’ala telah
memerintahkan untuk menghadap kepadanya.
[https://www.youtube.com/watch?feature=player_detailpage&v=yacGmPhNc7w&]
بينا
نحن ذات يوم حول أمير المؤمنين (عليه السلام) في مسجد الكوفة, إذ قال: يا أهل
الكوفة, لقد حباكم الله عز وجل بما لم يحب به أحدا, ففضل مصلاكم,
ولا
تذهب الأيام حتى ينصب الحجر الأسود فيه, وليأتين عليه زمان يكون مصلى المهدي من
ولدي, ومصلى كل مؤمن, ولا يبقى على الأرض مؤمن إلا كان به أو حن قلبه إليه,
الأمالي
– الشيخ الصدوق – الصفحة ٢٩٨
Pada suatu hari kami berada di sekitar Amirul Mukminin
(‘alaihi Salam) di Masjid Kufah, ia berkata, “Wahai penduduk Kufah,
sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah mencintai kalian dengan sesuatu yang Ia
tidak pernah mencintai seorang pun (sebelum kalian), yakni keutamaan dalam
tempat shalat (Masjid Kufah) kalian.
Dan tidaklah berlalu hari-hari hingga dipasangkan/diletakkan
Hajar Aswad di dalam (Masjid Kufah) ini, dan sungguh akan datang
atasnya (Masjid Kufah) pada suatu zaman di mana (Masjid Kufah) ini akan menjadi
tempat shalat al-Mahdi yang berasal dari keturunanku, serta tempat shalat bagi
setiap Mukmin. Tidak tersisa di atas bumi seorang Mukmin pun, kecuali ia
menjadikan (Masjid Kufah tempat shalat) atau hatinya sangat mengharapkannya
(shalat di Masjid Kufah).
[Al-Amaliy 298, Shaduq Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1134_الأمالي-الشيخ-الصدوق/الصفحة_296]
Hal ini telah mereka (Syiah al-Qaramithah) akui ketika Hajar
Aswad dikembalikan ke tempatnya semula yakni Ka’bah di Mekkah pada tahun 339
Hijriyyah.
وقالوا:
نحن أخذناه بأمر فلا نَرُدُّهُ إِلَّا بِأَمْرِ مَنْ أَخَذْنَاهُ بِأَمْرِهِ.
فَلَمَّا
كَانَ فِي هَذَا الْعَامِ حَمَلُوهُ إِلَى الْكُوفَةِ وَعَلَّقُوهُ عَلَى
الْأُسْطُوَانَةِ السَّابِعَةِ مِنْ جَامِعِهَا لِيَرَاهُ
الناس،
وكتب أخو أَبِي طَاهِرٍ كِتَابًا فِيهِ: إِنَّا أَخَذْنَا هَذَا الْحَجَرَ
بِأَمْرٍ وَقَدْ رَدَدْنَاهُ بِأَمْرِ مَنْ أَمَرَنَا بِأَخْذِهِ لِيَتِمَّ حَجُّ
النَّاسِ وَمَنَاسِكُهُمْ.
Mereka (Syiah al-Qaramithah) berkata, “Kami mengambilnya
dengan sebuah perintah dan kami tidak akan mengembalikannya kecuali dengan sebuah
perintah dari orang yang telah memerintahkan kami untuk mengambilnya.”
Namun pada tahun ini (339 Hijriyah), mereka membawanya ke Kufah
dan menggantungkannya di atas tiang yang ketujuh dari Jami’ (Masjid)-nya agar
manusia dapat melihatnya. Kemudian saudara-saudara Abu Thahir menuliskan sebuah
tulisan padanya, “Sesungguhnya kami mengambil batu ini dengan sebuah perintah
dan kami telah mengembalikannya dengan sebuah perintah dari orang yang telah
memerintahkan kami untuk mengambilnya, agar menyempurnakan Haji manusia dan
manasik kalian.”
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 11/252, al-Hafizh Ibnu Katsir]
Berikut adalah kisah Syiah al-Qaramithah
سَنَةُ
ثَمَانٍ وَسَبْعِينَ وَمِائَتَيْنِ
Tahun 278 Hijriyah
قال:
وفيها تحركت القرامطة وَهُمْ فِرْقَةٌ مِنَ الزَّنَادِقَةِ الْمَلَاحِدَةِ
أَتْبَاعِ الْفَلَاسِفَةِ مِنَ الْفُرْسِ الَّذِينَ يَعْتَقِدُونَ نُبُوَّةَ
زَرَادِشْتَ وَمَزْدَكَ، وَكَانَا يُبِيحَانِ الْمُحَرَّمَاتِ.
(Ibnu al-Jauziy) berkata, “Pada tahun ini (278 Hijriyah) al-Qaramithah
(Syiah) melakukan pergerakkan, mereka (Syiah al-Qaramithah) berasal dari kaum
Zanadiqah (Zindiq-Munafiq) yang atheis, pengikut filsafat Persia yang meyakini
kenabian Zaradista (Zoroaster) dan Mazdak, yang di mana keduanya menghalalkan
apa-apa yang diharamkan.
ثمَّ
هُمْ بَعْدَ ذَلِكَ أَتْبَاعُ كُلِّ نَاعِقٍ إِلَى بَاطِلٍ، وَأَكْثَرُ مَا يفسدون
من جهة الرافضة ويدخلون إلى الباطل من جهتهم، لأنهم أقل الناس عقولاً، ويقال لهم
الاسماعيلية، لا نتسابهم إِلَى إِسْمَاعِيلَ الْأَعْرَجِ بْنِ جَعْفَرٍ الصَّادِقِ.
Kemudian mereka (Syiah al-Qaramithah) selain itu juga
menjadi pengikut setiap penyeru kepada kebatilan. Kebanyakan mereka (Syiah
al-Qaramithah) adalah orang-orang rusak yang berasal dari Rafidhah (Syiah) dan
mereka (Syiah al-Qaramithah) masuk ke dalam kebatilan dari arah mereka (Syiah
Rafidhah), dikarenakan mereka adalah manusia yang paling kecil otaknya. Mereka
juga dinamai dengan al-Isma’iliyyah (Syiah), bukan nisbat ke Isma’il al-A’raj
bin Ja’far ash-Shadiq.
وَيُقَالُ
لَهُمُ الْقَرَامِطَةُ، قِيلَ نِسْبَةً إِلَى قِرْمِطِ بْنِ الْأَشْعَثِ
الْبَقَّارِ، وَقِيلَ إِنَّ رَئِيسَهُمْ كَانَ فِي أَوَّلِ دَعْوَتِهِ يَأْمُرُ
مَنِ اتَّبَعَهُ بِخَمْسِينَ صَلَاةً في كل يوم وليلة لشغلهم بِذَلِكَ عَمَّا
يُرِيدُ تَدْبِيرَهُ مِنَ الْمَكِيدَةِ.
Mereka dinamakan juga dengan al-Qaramithah (Syiah), yakni
nisbat kepada Qirmith bin al-Asy’ats al-Baqqar. Dikatakan bahwasanya pimpinan
mereka pada awal dakwahnya memerintahkan para pengikutnya untuk mengerjakan
shalat 50 (raka’at) dalam sehari semalam untuk menyibukkan mereka dengannya
agar dapat merencanakan tipu muslihatnya.
ثُمَّ
اتَّخَذَ نُقَبَاءَ اثْنَيْ عَشَرَ، وَأَسَّسَ لِأَتْبَاعِهِ دَعْوَةً ومسلكاً
يسلكونه ودعا إلى إمام أَهْلِ الْبَيْتِ،
Kemudian ia memilih 12 (dua belas) panglima dan memberikan
asas (peraturan) bagi para pengikutnya baik dalam seruan serta tingkah laku sehingga
mereka mengikutinya (asas tersebut), serta ia (juga) menyeru kepada Imam Ahlul
Bait.
وَيُقَالُ
لَهُمُ الْبَاطِنِيَّةُ لِأَنَّهُمْ يُظْهِرُونَ الرَّفْضَ وَيُبْطِنُونَ
الْكُفْرَ الْمَحْضَ، وَالْخُرَّمِيَّةُ وَالْبَابَكِيَّةُ نِسْبَةً إِلَى بَابَكَ
الْخُرَّمِيِّ الَّذِي ظَهَرَ فِي أَيَّامِ المعتصم
Mereka juga disebut sebagai al-Bathiniyyah (Syiah), karena
secara lahiriyah menolak dan menyembunyikan kekafiran yang murni. (Selain itu)
mereka disebut sebagai al-Khurramiyyah dan al-Babakiyyah, nisbat kepada Babak
al-Khurramiy yang melakukan pemberontakan pada masa pemerintahan al-Mu’tashim.
وَيُقَالُ
لَهُمُ التَّعْلِيمِيَّةُ نِسْبَةً إِلَى التَّعَلُّمِ مِنَ الْإِمَامِ
الْمَعْصُومِ.
وَتَرْكِ
الرَّأْيِ وَمُقْتَضَى الْعَقْلِ.
Mereka juga disebut sebagai at-Ta’limiyyah, dikarenakan
mengambil ilmu dari Imam al-Ma’shum, serta meninggalkan pendapat dan tuntunan
akal.
وَيُقَالُ
لَهُمُ السَّبْعِيَّةُ نِسْبَةً إِلَى الْقَوْلِ بِأَنَّ الْكَوَاكِبَ السبعة
المتحيزة السائر مُدَبِّرَةٌ لِهَذَا الْعَالَمِ فِيمَا يَزْعُمُونَ لَعَنَهُمُ
اللَّهُ.
Mereka juga disebut sebagai as-Sab’iyyah berdasarkan
perkataan mereka yakni terdapat 7 (tujuh) bintang berbeda yang beredar yang
mengendalikan alam ini dan mereka menyerukan (keyakinan ini), semoga laknat
Alllah bagi mereka.
وقد
ذكر ابن الجوزي تفصيل قولهم وبسطه، وقد سبقه إلى ذلك أَبُو بَكْرٍ
الْبَاقِلَّانِيُّ الْمُتَكَلِّمُ الْمَشْهُورُ فِي كِتَابِهِ " هَتْكُ
الْأَسْتَارِ وَكَشْفُ الْأَسْرَارِ " فِي الرَّدِّ عَلَى الْبَاطِنِيَّةِ،
وَرَدَّ عَلَى كِتَابِهِمُ الَّذِي جَمَعَهُ بَعْضُ قُضَاتِهِمْ بِدِيَارِ مِصْرَ
فِي أَيَّامِ الْفَاطِمِيِّينَ الَّذِي سماه " البلاغ الأعظم والناموس الأكبر
" وجعله سِتَّ عَشْرَةَ دَرَجَةً أَوَّلُ دَرَجَةٍ أَنْ يَدْعُوَ مَنْ
يَجْتَمِعُ بِهِ أَوَّلًا إِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السُّنَّةِ إِلَى الْقَوْلِ
بِتَفْضِيلِ عَلِيٍّ عَلَى عثمان بن عفان، ثم ينتقل به إِذَا وَافَقَهُ عَلَى
ذَلِكَ إِلَى تَفْضِيلِ عَلِيٍّ عَلَى الشَّيْخَيْنِ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ، ثُمَّ
يَتَرَقَّى به إِلَى سَبِّهِمَا لِأَنَّهُمَا ظَلَمَا عَلِيًّا وَأَهْلَ
الْبَيْتِ، ثُمَّ يَتَرَقَّى بِهِ إِلَى تَجْهِيلِ الْأُمَّةِ وَتَخْطِئَتِهَا فِي
مُوَافَقَةِ أَكْثَرِهِمْ عَلَى ذَلِكَ، ثُمَّ يَشْرَعُ فِي الْقَدْحِ فِي دِينِ
الْإِسْلَامِ مِنْ حَيْثُ هُوَ.
Telah disebutkan oleh Ibnul Jauziy secara rinci mengenai
perkataan (keyakinan) mereka dan membongkarnya. Sebelumnya Abu Bakar
al-Baqilaniy yang terkenal di dalam kitabnya “Hatku al-Astar wa Kasyfu al-Asrar”
telah membantah al-Bathiniyyah (Syiah). Dan (juga) membantah atas kitab mereka
yang dikarang oleh seorang qadhi mereka di negeri Mesir pada masa pemerintahan
al-Fathimiyyun yang dinamakan “al-Balagh al-A’zhim wa an-Namus al-Akbar”. Kitab
tersebut memiliki 16 (enam belas) tingkatan. Tingkatan pertama, ia menyeru
orang yang membacanya jika ia berasal dari kalangan Ahlus Sunnah untuk
mengutamakan Aliy di atas ‘Utsman bin ‘Affan. Kemudian ia akan mengajaknya jika
telah sepakat, untuk mengutamakan ‘Aliy atas 2 (orang) Syaikh, yakni Abu Bakar
dan ‘Umar. Kemudian meningkat kepada mencaci-maki mereka, dikarenakan mereka
berdua telah mendzalimi ‘Aliy dan Ahlul Baitnya. Kemudian meningkat lagi bahwasanya
umat ini bodoh dan keliru karena mayoritasnya menyepakati (Abu Bakar dan Umar).
Kemudian mulailah mencemari agama Islam dari sumbernya (Shahabat Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam).
ثُمَّ
بَعْدَ هَذَا كُلِّهِ لَهُمْ مقامات في الكفر والزندقة والسخافة مما ينبغي لضعيف
العقل والدين أن ينزه نفسه عنه إذا تصوره، وهو مما فتحه إبليس عليهم من أنواع
الكفر وأنواع الجهالات،
Selanjutnya, mereka memiliki masing-masing tingkatan dalam
hal kekafiran, kezindiqan (munafiq), kemustahilan yang seharusnya (tidak
didengar) oleh orang yang lemah akal dan agama atau lemah persepsinya. Melalui
mereka inilah iblis membuka berbagai pintu kekafiran dan kebodohan.
وَالْمَقْصُودُ
أَنَّ هَذِهِ الطَّائِفَةَ تَحَرَّكَتْ فِي هَذِهِ السَّنَةِ، ثم استفحل أمرهم
وتفاقم الحال بهم كما سنذكره، حتى آل بهم الْحَالُ إِلَى أَنْ دَخَلُوا
الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ فَسَفَكُوا دم الحجيج في وسط المسجد حول الكعبة وكسروا
الحجر الأسود واقتلعوه من موضعه، وذهبو بِهِ إِلَى بِلَادِهِمْ فِي سَنَةِ سَبْعَ
عَشْرَةَ وَثَلَاثِمِائَةٍ، ثُمَّ لَمْ يَزَلْ عِنْدَهُمْ إِلَى سَنَةِ تِسْعٍ
وَثَلَاثِينَ وَثَلَاثِمِائَةٍ، فَمَكَثَ غَائِبًا عَنْ مَوْضِعِهِ من البيت
ثِنْتَيْنِ وَعِشْرِينَ سَنَةً فَإِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ راجعون.
Maksudnya adalah kelompok ini (Syiah al-Qaramithah) melakukan
pergerakkan pada tahun ini, kemudian perkara mereka menjadi gawat dan
menimbulkan situasi yang genting, sebagaimana yang akan dijelaskan nantinya. Sedemikian
gentingnya hingga mereka (Syiah al-Qaramithah) memasuki Masjidil Haram untuk
menumpahkan darah jama’ah Haji di tengah Masjid yakni sekitar Ka’bah, mereka (Syiah
al-Qaramithah) memecah Hajar Aswad dan mencongkelnya dari tempatnya. Mereka
membawanya ke negeri mereka pada tahun 317 Hijriyah, kemudian tetap berada di
sisi mereka (Syiah al-Qaramithah) hingga tahun 339 Hijriyah. Sehingga (Hajar
Aswad) pernah hilang dari tempatnya yakni Baitul (Ka’bah) selama 22 tahun –Inna
lillahi wa inna lillahi raji’un-.
[Al-Bidayah wa
an-Nihayah 11/71-72, al-Hafizh Ibnu Katsir]
سَنَةُ
سِتٍّ وَثَمَانِينَ وَمِائَتَيْنِ
Tahun 286 Hijriyah
ظهور
أبي سعيد الجنابي رأس القرامطة وَهْمْ أَخْبَثُ مِنَ الزَّنْجِ وَأَشَدُّ فَسَادًا
كَانَ ظُهُورُهُ فِي جُمَادَى الْآخِرَةِ مِنْ هَذِهِ السَّنَةِ بنواحي البصرة ،
فالتف عليه من الأعراب وَغَيْرِهِمْ بشرٌ كَثِيرٌ، وَقَوِيَتْ شَوْكَتُهُ جِدًّا،
وَقَتَلَ مَنْ حَوْلَهُ مَنْ أَهْلِ الْقُرَى، ثمَّ صَارَ إِلَى الْقَطِيفِ
قَرِيبًا مِنَ الْبَصْرَةِ، وَرَامَ دُخُولَهَا فَكَتَبَ الْخَلِيفَةُ
الْمُعْتَضِدُ إِلَى نَائِبِهَا يَأْمُرُهُ بِتَحْصِينِ سورها، فعمره وَجَدَّدُوا
مَعَالِمَهُ بِنَحْوٍ مَنْ أَرْبَعَةِ آلَافِ دِينَارٍ، فامتنعت مِنَ
الْقَرَامِطَةِ بِسَبَبِ ذَلِكَ.
Pemberontakan Abu Sa’id al-Janabiy, pemimpin al-Qaramithah
(Syiah). Mereka lebih keji daripada Zanji dan paling rusak. Pemberontakannya
muncul pada bulan Jumadil Akhir di tahun ini di tepi kota Bashrah. Datangnya
dukungan dari kalangan Arab Badui dan selainnya dengan jumlah yang banyak,
pasukannya sangat kuat. Ia membantai di daerah sekitarnya dari penduduknya,
kemudian pergi ke Qathif dekat Bashrah, berhasrat untuk memasukinya. Maka
Khalifah al-Mu’tadhid menulis surat kepada wakilnya dan memerintahkannya untuk
membentengi dindingnya. Maka merekapun merenovasi bangunan (menara)-nya dengan
biaya sekitar 4.000 (empat ribu) dinar, sehingga selamatlah dari al-Qaramithah
(Syiah) disebabkan (renovasi benteng).
وَتَغَلَّبَ
أَبُو سَعِيدٍ الْجَنَّابِيُّ وَمَنْ مَعَهُ مِنَ الْقَرَامِطَةِ عَلَى هَجَرَ ما
حَوْلَهَا مِنَ الْبِلَادِ، وَأَكْثَرُوا فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ.
Abu Sa’id al-Jannabiy beserta pasukannya dari al-Qaramithah
(Syiah) dapat menguasai kota Hajar dan sekitar negerinya, serta banyak
melakukan kerusakan di atas muka bumi.
وَكَانَ
أَصْلُ أَبِي سَعِيدٍ الْجَنَّابِيِّ هَذَا أَنَّهُ كَانَ سِمْسَارًا فِي الطَّعَامِ
يَبِيعُهُ وَيَحْسِبُ لِلنَّاسِ الْأَثْمَانَ، فَقَدِمَ رَجُلٌ بِهِ، يُقَالُ لَهُ
يَحْيَى بْنُ الْمَهْدِيِّ فِي سَنَةِ إِحْدَى وَثَمَانِينَ وَمِائَتَيْنِ فَدَعَا
أَهْلَ الْقَطِيفِ إِلَى بَيْعَةِ الْمَهْدِيِّ، فَاسْتَجَابَ لَهُ رَجُلٌ يُقَالُ
لَهُ عَلِيُّ بْنُ الْعَلَاءِ بْنِ حَمْدَانَ الزِّيَادِيُّ، وَسَاعَدَهُ فِي
الدَّعْوَةِ إِلَى الْمَهْدِيِّ، وَجَمَعَ الشِّيعَةَ الَّذِينَ كَانُوا
بِالْقَطِيفِ فَاسْتَجَابُوا له، وكان في جُمْلَةِ مَنِ اسْتَجَابَ أَبُو سَعِيدٍ
الْجَنَّابِيُّ هَذَا قَبَّحَهُ اللَّهُ، ثُمَّ تَغَلَّبَ عَلَى أَمْرِهِمْ
وَأَظْهَرَ فِيهِمُ الْقَرْمَطَةَ فَاسْتَجَابُوا لَهُ وَالْتَفُّوا عَلَيْهِ،
فَتَأَمَّرَ عَلَيْهِمْ وَصَارَ هُوَ الْمُشَارَ إِلَيْهِ فِيهِمْ.
وَأَصْلُهُ
مِنْ بَلْدَةٍ هُنَاكَ يُقَالُ لَهَا جَنَّابَةُ،
Asal-usul Abu Sa’id al-Jannabiy adalah seorang makelar
makanan yaitu menjualnya dan menghitung harganya kepada masyarakat. Hingga
datang seorang laki-laki kepadanya, ia adalah Yahya bin al-Mahdi pada tahun 281
Hijriyah. Lalu ia mengajak penduduk Qathif untuk membaiat al-Mahdi, maka seorang
laki-laki menerimanya, ia adalah ‘Aliy bin al-‘Ala bin Hamdan az-Ziyadiy. Ia
membantunya dalam menyeru kepada al-Mahdi, ia mengumpulkan Syiah yang berada di
Qathif, sehingga mereka (Syiah) pun menerimanya. Di antara yang menerimanya
adalah Abu Sa’id al-Jannabiy –semoga Allah memburukannya-. Kemudian ia (Abu
Sa’id al-Jannabiy) menguasai urusan mereka dan kemudian muncullah di antara
mereka kaum al-Qaramithah (Syiah), lalu mereka (Syiah al-Qaramithah)
menerimanya dan mendukungnya. Lalu ia memimpin mereka dan menjadi penasihat
dalam urusan mereka.
Asalnya dari negeri kecil yang disebut Jannabah.
[Al-Bidayah wa
an-Nihayah 11/92-93, al-Hafizh Ibnu Katsir]
سَنَةُ
سَبْعٍ وَثَمَانِينَ وَمِائَتَيْنِ
Tahun 287 Hijriyah
فِي
رَبِيعٍ الْأَوَّلِ مِنْهَا تَفَاقَمَ أَمْرُ الْقَرَامِطَةِ صُحْبَةِ أَبِي
سَعِيدٍ الْجَنَّابِيِّ فَقَتَلُوا وَسَبَوْا وَأَفْسَدُوا فِي بلاد هَجَرَ
Pada bulan Rabi’ul Awal di tahun ini, semakin merajalela
perkara al-Qaramithah (Syiah) pengikut Abu Sa’id al-Jannabiy. Mereka (Syiah al-Qaramithah)
membantai, menawan dan membuat kerusakan di negeri Hajar.
[Al-Bidayah wa
an-Nihayah 11/95, al-Hafizh Ibnu Katsir]
سَنَةُ
ثَمَانٍ وَثَمَانِينَ وَمِائَتَيْنِ
Tahun 288 Hijriyah
وَفِيهَا
اقْتَرَبَ الْقَرَامِطَةُ من البصرة فخاف أهلها منهم خوفاً شديداً، وهموا بالرحيل
منها فمنعهم نائبها.
Pada tahun ini, al-Qaramithah (Syiah) mendekati kota
Bashrah, sehingga penduduknya sangat ketakutan terhadap mereka (Syiah
al-Qaramithah). Mereka (penduduk Bashrah) berniat mengungsi darinya, namun
gubernurnya melarang mereka.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 11/97, al-Hafizh Ibnu Katsir]
سَنَةُ
تِسْعٍ وَثَمَانِينَ وَمِائَتَيْنِ
Tahun 289 Hijriyah
فِيهَا
عَاثَتِ الْقَرَامِطَةُ بِسَوَادِ الْكُوفَةِ
Pada tahun ini, al-Qaramithah (Syiah) datang untuk
mengelamkan Kufah.
وَفِيهَا
قَصَدَتِ الْقَرَامِطَةُ دِمَشْقَ فِي جَحْفَلٍ عَظِيمٍ ، وَتَفَاقَمَ الحال بهم،
وَكَانَ ذَلِكَ بِسِفَارَةِ يَحْيَى بْنِ زَكْرَوَيْهِ بْنِ بهرويه الَّذِي
ادَّعَى عِنْدَ الْقَرَامِطَةِ أنَّه مُحَمَّدُ بْنُ عبد الله بن إسماعيل بْنُ
جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي
طَالِبٍ، وَقَدْ كَذَبَ فِي ذَلِكَ، وَزَعَمَ لَهُمْ أَنَّهُ قَدِ اتَّبَعَهُ
عَلَى أَمْرِهِ مِائَةُ أَلْفٍ، وَأَنَّ نَاقَتَهُ مَأْمُورَةٌ حَيْثُ مَا
تَوَجَّهَتْ بِهِ نصر على أهل تلك الجهة.
Pada tahun ini al-Qaramithah (Syiah) menuju ke Damaskus
dengan pasukan yang besar. Situasinya semakin genting, peristiwa ini didalangi
oleh Yahya bin Zakrawaih bin Bahrawaih yang mengakui di hadapan al-Qaramithah
(Syiah) sebagai Muhammad bin Abdullah bin Isma’il bin Ja’far bin Muhammad bin
‘Aliy bin al-Husain bin ‘Aliy bin Abi Thalib, Dalam hal ini (pengakuan nasab)-nya
adalah kedustaan. Ia juga mengklaim bahwasanya perintahnya diikuti oleh 100.000
(seratus ribu) orang, dan untanya mendapatkan perintah (wahyu) yaitu kemana
saja ia mengarah maka akan diberikan kemenangan atas penduduk yang ditujunya.
فَرَاجَ
ذَلِكَ عِنْدَهُمْ وَلَقَّبُوهُ الشَّيْخَ، وَاتَّبَعَهُ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي
الْأَصْبَغِ، وَسُمُّوا بِالْفَاطِمِيِّينَ.
Klaimnya tersebut tersebar luas di kalangan mereka (Syiah
al-Qaramithah), sehingga mereka (Syiah al-Qaramithah) menggelarinya sebagai
Syaikh. Ia juga diikuti oleh kelompok yang berasal dari bani al-Ashbagh yang
dinamakan al-Fathimiyyun (Syiah).
وَقَدْ
بَعَثَ إِلَيْهِمُ الْخَلِيفَةُ جَيْشًا كَثِيفًا فَهَزَمُوهُ، ثُمَّ اجْتَازُوا
بِالرُّصَافَةِ فَأَحْرَقُوا جَامِعَهَا،
Al-Khalifah mengirimkan kepada mereka (Syiah al-Qaramithah)
sebuah pasukan besar, Namun mereka (Syiah al-Qaramithah) berhasil
mengalahkannya. Kemudian mereka (Syiah al-Qaramithah) melewati Rushafah dan
membakar Jami’ (Masjid)-nya.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 11/98, al-Hafizh Ibnu Katsir]
سنة
تسعين ومائتين
Tahun 290 Hijriyah
فِيهَا
أَقْبَلَ يَحْيَى بْنُ زَكْرَوَيْهِ بْنِ مَهْرَوَيْهِ أبو قاسم القرمطي المعروف
بالشيخ في جحافله فَعَاثَ بِنَاحِيَةِ الرَّقَّةِ فَسَادًا
Pada tahun ini Yahya bin Zakrawaih bin Mahrawaih Abu Qasim
al-Qirmithiy yang dikenal sebagai Syaikh datang dengan pasukannya. Ia
mendatangi pinggiran kota Raqqah dengan membuat kerusakan.
وَفِيهَا
قُتِلَ يَحْيَى بْنُ زَكْرَوَيْهِ على باب دمشق زرقه رجل من المغاربة بمزراق نار
فقتله،
Pada tahun ini terbunuhnya Yahya bin Zakrawaih di gerbang
Damaskus oleh seseorang yang berasal dari Magribiyyah dengan lemparan Mizraq
yang berapi, sehingga membunuhnya.
فَقَامَ
بِأَمْرِ الْقَرَامِطَةِ مِنْ بَعْدِهِ أَخُوهُ الْحُسَيْنُ وَتَسَمَّى بِأَحْمَدَ
وَتَكَنَّى بِأَبِي الْعَبَّاسِ وَتَلَقَّبَ بِأَمِيرِ المؤمنين، وأطاعه القرامطة،
فَحَاصَرَ دِمَشْقَ فَصَالَحَهُ أَهْلُهَا عَلَى مَالٍ، ثُمَّ سَارَ إِلَى حِمْصَ
فَافْتَتَحَهَا وَخُطِبَ لَهُ عَلَى مَنَابِرِهَا،
Pimpinan al-Qaramithah (Syiah) setelahnya diambil-alih oleh
saudaranya yakni al-Husain, ia menamai (diri)-nya dengan Ahmad alias Abu
al-‘Abbas yang bergelar Amirul Mukminin. Al-Qaramithah (Syiah) mentaatinya,
lalu ia mengepung Damaskus, kemudian penduduknya berdamai kepadanya dengan
membayarkan upeti. Setelah itu ia bergerak menuju Homs dan menaklukkannya,
lantas (namanya) disebut di atas mimbar-mimbarnya.
ثُمَّ
سَارَ إِلَى حَمَاةَ وَمَعَرَّةِ النُّعْمَانِ فَقَهَرَ أَهْلَ تِلْكَ النَّوَاحِي
وَاسْتَبَاحَ أَمْوَالَهُمْ وَحَرِيمَهُمْ، وَكَانَ يَقْتُلُ الدَّوَابَّ
وَالصِّبْيَانَ فِي الْمَكَاتِبِ، وَيُبِيحُ لمن معه وطئ النِّسَاءِ، فَرُبَّمَا
وَطِئَ الْوَاحِدَةَ الْجَمَاعَةُ الْكَثِيرَةُ مِنَ الرِّجَالِ، فَإِذَا وَلَدَتْ
وَلَدًا هَنَأَ بِهِ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمُ الْآخَرَ،
Kemudian ia bergerak menuju Hamah dan Ma’arah an-Nu’man,
lalu ia dapat mengalahkan penduduknya, merampas harta dan menculik wanita-wanita
mereka, dan mereka juga membantai ternak dan anak-anak. Ia mengizinkan
pasukannya untuk memperkosa para wanitanya, ada kalanya seorang wanita
diperkosa oleh sejumlah laki-laki yang banyak. Apabila wanita tersebut
melahirkan seorang anak, maka masing-masing dari mereka mengucapkan selamat
kepada temannya yang lain.
وكان
القرمطي هذا يكتب إلى أصحابه: " من عبد الله المهدي أحمد بن عبد الله المهدي
المنصور الناصر لدين الله القائم بِأَمْرِ اللَّهِ الْحَاكِمِ بِحُكْمِ اللَّهِ،
الدَّاعِي إِلَى كِتَابِ اللَّهِ، الذَّابِّ عَنْ حَرِيمِ اللَّهِ، الْمُخْتَارِ
مِنْ وَلَدِ رَسُولِ اللَّهِ "
Orang Qirmith tersebut menulis surat kepada
sahabat-sahabatnya dengan berisi :
“Dari Abdullah al-Mahdi Ahmad bin Abdullah yang diberi petunjuk,
ditolong, membela agama Allah, menjalankan perintah Allah, menghukumi dengan
hukum Allah, yang menyeru kepada Kitabullah, membela kehormatan Allah, yang
terpilih dari keturunan Rasulullah.”
وَكَانَ
يَدَّعِي أَنَّهُ مِنْ سُلَالَةِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ مِنْ فَاطِمَةَ،
وَهُوَ كَاذِبٌ أَفَّاكٌ أَثِيمٌ قَبَّحَهُ اللَّهُ، فَإِنَّهُ كَانَ مِنْ أَشَدَّ
النَّاسِ عَدَاوَةً لِقُرَيْشٍ، ثم لبني هاشم،
Pengakuannya bahwasanya ia adalah seorang keturunan ‘Aliy bin
Abi Thalib dari (jalur) Fathimah. Padahal ia adalah seorang pendusta dan
pembohong –semoga Allah memburukannya-. Sesungguhnya ia adalah seorang yang
paling benci terhadap Quraisy, kemudian Bani Hasyim.
دَخَلَ
سُلَمْيَةَ فَلَمْ يَدَعْ بِهَا أَحَدًا مِنْ بني هاشم حتى قتلهم وقتل أولادهم
واستباح حريمهم.
Selanjutnya, ia memasuiki Sulamyah dan tidak menyisakan
seorang pun dari Bani Hasyim, hingga membantai mereka dan membunuh anak-anak
mereka serta menculik wanita-wanita mereka.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 11/108-109, al-Hafizh Ibnu
Katsir]
سنة
إحدى وتسعين ومائتين
Tahun 291 Hijriyah
فيها
جرت وقعة عظيمة بين القرامطة وجند الخليفة فهزموا القرامطة وأسروا رئيسهم الحسن بن
زكرويه، ذا الشامة، فَلَمَّا أُسِرَ حُمِلَ إِلَى الْخَلِيفَةِ فِي جَمَاعَةٍ
كثيرة من أصحابه من رؤوسهم وأدخل بغداد على فيل مشهور، وأمر الخليفة بعمل دفة
مرتفعة فأجلس عليها وجئ بِأَصْحَابِهِ فَجَعَلَ يَضْرِبُ أَعْنَاقَهُمْ بَيْنَ
يَدَيْهِ وَهُوَ يَنْظُرُ، وَقَدْ جَعَلَ فِي فَمِهِ خَشَبَةً مُعْتَرِضَةً
مَشْدُودَةً إِلَى قَفَاهُ، ثُمَّ أُنْزِلَ فَضُرِبَ مِائَتَيْ سَوْطٍ ثُمَّ
قُطِعَتْ يَدَاهُ وَرَجْلَاهُ، وَكُوِيَ، ثُمَّ أُحْرِقَ وَحُمِلَ رَأْسُهُ عَلَى
خَشَبَةٍ وَطِيفَ بِهِ في أرجاء بغداد، وذلك في ربيع الأول منها.
Pada tahun ini terjadi perang besar antara al-Qaramithah
(Syiah) dengan pasukan Khalifah. Mereka berhasil mengalahkan al-Qaramithah
(Syiah) dan menawan pimpinannya yakni al-Husain bin Zakrawaih Dzu Syamah.
Tatkala ditawan, ia dibawa kepada Khalifah bersama sejumlah besar panglima
pasukannya, lalu dibawa masuk ke Baghdad dengan dinaikkan ke gajah yang telah
terkenal. Kemudian Khalifah memerintahkan untuk mendirikan panggung yang
tinggi, lantas ia diduduki di atasnya dan pasukannya digiring serta dipenggal
leher mereka di hadapannya dan ia pun melihatnya, dan mulutnya disumpal dengan
kayu panjang yang diikat pada tengkuknya. Kemudian ia diturunkan untuk didera
sebanyak 200 cambukan, setelah itu dipotong tangan dan kakinya, disetrika,
setelah itu dibakar dan kepalanya diletakkan di atas kayu seraya diarak
keliling Baghdad. Kejadian tersebut terjadi pada bulan Rabi’ul Awal di tahun
ini.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 11/110, al-Hafizh Ibnu Katsir]
سَنَةُ
ثَلَاثٍ وَتِسْعِينَ وَمِائَتَيْنِ
Tahun 293 Hijriyah
فِيهَا
الْتَفَّ عَلَى أَخِي الْحُسَيْنِ الْقِرْمِطِيِّ الْمَعْرُوفِ بِذِي الشامة الذي
قتل في التي قبلها خلائق من القرامطة بِطَرِيقِ الْفُرَاتِ، فَعَاثَ بِهِمْ فِي
الْأَرْضِ فَسَادًا،
Pada tahun ini, saudaranya al-Husain al-Qirmithiy yang
dikenal dengan Dzu Syamah yang terbunuh sebelumnya mendapatkan banyak dukungan
dari al-Qaramithah (Syiah) yang berada di jalanan al-Furat. Mereka membalas
dendam dengan membuat kerusakan di atas muka bumi.
ثم
قصد طبرية فامتنعوا منه فدخلها قهراً فقتل بها خلقاً كثيراً مِنَ الرِّجَالِ،
وَأَخَذَ شَيْئًا كَثِيرًا مِنَ الْأَمْوَالِ، ثُمَّ كَرَّ رَاجِعًا إِلَى
الْبَادِيَةِ،
Kemudian berangkat menuju Thabariyah, (penduduknya)
menghalanginya. Sehingga ia memasuki (Thabariyah) dengan paksa, maka
terbunuhlah penduduknya dengan sangat banyak dari kalangan laki-laki. Dan
merampas hartanya dengan sangat banyak, kemudian istirahat pergi kembali ke
padang pasir.
وَدَخَلَتْ
فِرْقَةٌ أُخْرَى مِنْهُمْ إِلَى هِيتَ فَقَتَلُوا أَهْلَهَا إِلَّا الْقَلِيلَ،
وَأَخَذُوا مِنْهَا أَمْوَالًا جَزِيلَةً حَمَلُوهَا عَلَى ثلاثة آلاف بعير،
Kelompok lainnya yang berasal dari mereka memasuki kota Hit,
lalu mereka membantai penduduknya kecuali sedikit (yang dibiarkan hidup). Mereka
merampas harta yang banyak, sehingga mereka membawanya dengan 3.000 (tiga ribu)
unta.
وَنَبَغَ
رَجُلٌ مِنَ الْقَرَامِطَةِ يُقَالُ لَهُ الدَّاعِيَةُ بِالْيَمَنِ، فَحَاصَرَ
صَنْعَاءَ فَدَخَلَهَا قَهْرًا وَقَتَلَ خَلْقًا مِنْ أَهْلِهَا، ثُمَّ سَارَ
إِلَى بَقِيَّةِ مُدُنِ اليمن فأكثر الْفَسَادَ وَقَتَلَ خَلْقًا مِنَ
الْعُبَّادِ،
Telah muncul seorang laki-laki yang berasal dari
al-Qaramithah (Syiah) yang disebut sebagai ad-Daiyah di Yaman. Lalu ia mengepung
Shan’a dan memasukinya dengan paksa, serta membantai dengan sangat banyak
penduduknya. Kemudian berangkat menuju kota-kota Yaman lainnya yang tersisa, lantas
membuat kerusakan yang amat banyak serta membantai banyak penduduknya.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 11/113, al-Hafizh Ibnu Katsir]
سَنَةُ
أَرْبَعٍ وَتِسْعِينَ وَمِائَتَيْنِ
Tahun 294 Hijriyah
فِي
المحرم من هذه السنة اعترض زكرويه في أصحابه إلى الْحُجَّاجَ مِنْ أَهْلِ
خُرَاسَانَ وَهَمْ قَافِلُونَ مِنْ مَكَّةَ فَقَتَلَهُمْ عَنْ آخِرِهِمْ وَأَخَذَ
أَمْوَالَهُمْ وَسَبَى نِسَاءَهُمْ فَكَانَ قِيمَةُ مَا أَخَذَهُ مِنْهُمْ
أَلْفَيْ أَلْفِ دِينَارٍ، وَعِدَّةُ مَنْ قُتِلَ عِشْرِينَ أَلْفَ إِنْسَانٍ،
وَكَانَتْ نِسَاءُ الْقَرَامِطَةِ يَطُفْنَ بَيْنَ الْقَتْلَى من الحجاج وفي
أيديهم الآنية من الماء يزعمن أنهن يسقين الجريح العطشان، فَمَنْ كَلَّمَهُنَّ
مِنَ الْجَرْحَى قَتَلْنَهُ وَأَجْهَزْنَ عَلَيْهِ لعنهن الله ولعن
أَزْوَاجَهُنَّ.
Pada bulan Muharram di tahun ini, Zakrawaih dan pasukannya
merampok jama’ah Haji yang berasal dari penduduk Khurasan yang sedang melakukan
perjalanan dari Makkah. Mereka membantai mereka semua serta merampas hartanya
dan menawan wanita-wanitanya. Nilai harta yang mereka ambil adalah sebesar
1.000.000 (satu juta) dinar, sedangkan jumlah yang dibantai sebanyak 20.000
(dua puluh ribu) jiwa. Para wanita al-Qaramithah berjalan di antara orang-orang
yang terbunuh dari kalangan jama’ah Haji sambil memegang tempat minuman air
dalam rangka berpura-pura memberikan air minum bagi orang yang terluka dalam
kehausan. Namun jika ada yang berbicara kepada mereka dari orang yang terluka,
maka mereka akan membunuhnya dan mengakhiri hidupnya –semoga laknat Allah atas
wanita (Syiah al-Qaramithah) dan laknat atas suami-suaminya.
ذِكْرُ
مَقْتَلِ زَكْرَوَيْهِ لَعَنَهُ اللَّهُ
Kisah terbunuhnya Zakrawaih –semoga Allah melaknatnya-
لمَّا
بلغ الخليفة خبرا الحجيج وما أوقع بهم الخبيث جَهَّزَ إِلَيْهِ جَيْشًا كَثِيفًا
فَالْتَقَوْا مَعَهُ فَاقْتَتَلُوا قِتَالًا شَدِيدًا جِدًّا، قُتِلَ مِنَ
الْقَرَامِطَةِ خَلْقٌ كثير ولم يبق منهم إِلَّا الْقَلِيلُ، وَذَلِكَ فِي أَوَّلِ
رَبِيعٍ الْأَوَّلِ منها.
Tatkala telah sampai beritanya kepada Khalifah mengenai
jama’ah Haji yang dibantai oleh orang yang keji. Maka (Khalifah) menyiapkan
sebuah pasukan yang besar untuk menghadapi mereka (Syiah al-Qaramithah),
sehingga terjadilah pertempuran yang sangat dahsyat. Lalu terbunuhlah
al-Qaramithah (Syiah) dengan sangat banyak tanpa tersisa darinya kecuali
sedikit. Peristiwa tersebut terjadi pada awal bulan Rabi’ul Awal di tahun ini.
وضرب
رجل زكرويه بِالسَّيْفِ فِي رَأْسِهِ فَوَصَلَتِ الضَّرْبَةُ إِلَى دِمَاغِهِ،
وأخذ أسيراً فمات بعد خمسة أيام،
Seorang laki-laki menebas Zakrawaih dengan pedang di
kepalanya hingga mencapai otaknya. Setelah itu ia ditawan dan mati 5 (lima) hari
kemudian.
وَأَطْلَقَ
مَنْ كَانَ بِأَيْدِي الْقَرَامِطَةِ مِنَ النِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ الَّذِينَ
أَسَرُوهُمْ.
(Khalifah) juga
membebaskan orang-orang yang ditangkap oleh al-Qaramithah (Syiah) dari kalangan
wanita dan anak-anak yang ditawan oleh mereka (Syiah al-Qaramithah).
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 11/114-115, al-Hafizh Ibnu
Katsir]
سَنَةُ
ثِنْتَيْنِ وَثَلَاثِمِائَةٍ
Tahun 302 Hijriyah
وقطعت
الأعراب وطائفة من القرامطة الطريقين على الراجعين من الحجيج، وأخذوا منهم أمولا
كَثِيرَةً، وَقَتَلُوا مِنْهُمْ خَلْقًا وَأَسَرُوا أَكْثَرَ مِنْ مِائَتَيِ
امْرَأَةٍ حُرَّةٍ،
Arab badui dan kelompok dari al-Qaramithah (Syiah), mereka
merampok para jama’ah Haji yang baru pulang dari Haji. Mereka merampas darinya
harta yang sangat banyak dan membantai mereka dengan sangat banyak juga, serta
menawan lebih dari 200 wanita merdeka.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 11/139, al-Hafizh Ibnu Katsir]
سَنَةُ
سَبْعٍ وَثَلَاثِمِائَةٍ
Tahun 307 Hijriyah
وَفِيهَا
دَخَلَتِ الْقَرَامِطَةُ إِلَى الْبَصْرَةِ فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ.
Pada tahun ini, al-Qaramithah (Syiah) memasuki Bashrah dan
melakukan kerusakan.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 11/149, al-Hafizh Ibnu Katsir]
سنة
إحدى عشرة وثلثمائة
Tahun 311 Hijriyah
فِيهَا
دَخَلَ أَبُو طَاهِرٍ سُلَيْمَانُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ الْجَنَّابِيُّ أَمِيرُ
الْقَرَامِطَةِ فِي أَلْفٍ وَسَبْعِمِائَةِ فَارِسٍ إِلَى الْبَصْرَةِ لَيْلًا،
نَصَبَ السَّلَالِمَ الشَّعْرَ في سورها فدخلها قهراً وَفَتَحُوا أَبْوَابَهَا
وَقَتَلُوا مَنْ لَقُوهُ مِنْ أَهْلِهَا، وَهَرَبَ أَكْثَرُ النَّاسِ فَأَلْقَوْا
أَنْفُسَهُمْ فِي الْمَاءِ فَغَرِقَ كَثِيرٌ مِنْهُمْ، وَمَكَثَ بِهَا سَبْعَةَ
عَشَرَ يوماً يقتل ويأسر من نسائها وذراريها، ويأخذ ما يختار من أموالها.
Pada tahun ini, Abu Thahir Sulaiman bin Abu Sa’id
al-Jannabiy pemimpin al-Qaramithah (Syiah) bersama 1.700 (seribu tujuh ratus)
pasukan berkuda memasuki Bashrah pada malam hari. Mereka (Syiah al-Qaramithah)
memasang tangga yang terbuat dari rambut/bulu pada dinding-dinding Bashrah, lalu
memasukinya secara paksa dan membuka pintu-pintunya. Kemudian mereka (Syiah
al-Qaramithah) membantai orang-orang yang ditemui dari penduduknya. Kebanyakan
penduduknya melarikan diri dan menceburkan dirinya ke dalam sungai, sehingga
banyak yang tenggelam dari mereka. Dia menetap di sana selama 17 (tujuh belas)
hari, membunuh dan menawan kaum wanita maupun anak-anaknya, serta merampas dari
harta yang dipilihnya.
ثم
عاد إلى بلده هجر، كلما بَعَثَ إِلَيْهِ الْخَلِيفَةُ جُنْدًا مِنْ قِبَلِهِ فَرَّ
هارباً وترك البلد خاوياً، إنا لله وإنا إليه راجعون.
Kemudian kembali ke negerinya yakni Hajar. Ketika sang
Khalifah mengirim kepadanya sebuah pasukan dari pihaknya (Khalifah), maka ia
pun melarikan diri kabur dan meninggalkan negeri (Bashrah) dalam keadaan
kosong. –Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un-
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 11/168, al-Hafizh Ibnu Katsir]
سنة
ثنتي عشرة وثلثمائة
Tahun 312 Hijriyah
فِي
الْمُحَرَّمِ مِنْهَا اعْتَرَضَ الْقِرْمِطِيُّ أَبُو طَاهِرٍ الحسين بْنُ أَبِي
سَعِيدٍ الْجَنَّابِيُّ لَعَنَهُ اللَّهُ، وَلَعَنَ أَبَاهُ. لِلْحَجِيجِ وَهُمْ
رَاجِعُونَ منٌ بَيْتِ اللَّهِ الْحَرَامِ، قَدْ أَدَّوْا فَرْضَ اللَّهِ
عَلَيْهِمْ، فَقَطَعَ عَلَيْهِمُ الطَّرِيقَ فَقَاتَلُوهُ دَفْعًا عَنْ
أَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَحَرِيمِهِمْ، فَقَتَلَ مِنْهُمْ خَلْقًا كَثِيرًا
لَا يَعْلَمُهُمْ إلا الله، وَأَسَرَ مِنْ نِسَائِهِمْ وَأَبْنَائِهِمْ مَا
اخْتَارَهُ، وَاصْطَفَى مِنْ أَمْوَالِهِمْ مَا أَرَادَ، فَكَانَ مَبْلَغُ مَا
أخذه مِنَ الْأَمْوَالِ مَا يُقَاوِمُ أَلْفَ أَلْفِ دِينَارٍ، وَمِنَ الْأَمْتِعَةِ
وَالْمَتَاجِرِ نَحْوَ ذَلِكَ، وَتَرَكَ بَقِيَّةَ الناس بعد ما أخذ جمالهم وزادهم
وأموالهم ونساءهم وأبناءهم على بعد الديار في تلك الفيافي والبرية بلا ماء ولا زاد
ولا محمل.
Pada bulan Muharram di tahun ini, al-Qirmithiy (Syiah) yakni
Abu Thahir al-Husain bin Abu Sa’id al-Jannabiy –semoga Allah melaknatnya &
melaknat ayahnya- merampok jama’ah Haji yang baru kembali dari Baitullah
al-Haram setelah melaksanakan kewajiban Allah atas mereka. Ia (Abu Thahir) memblokade
rute perjalanan mereka, maka mereka (jama’ah Haji) melawannya dalam rangka
membela harta, diri dan wanita mereka. Ia (Abu Thahir) membantai mereka dengan
sangat banyak yang (jumlah) tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya Allah. Dia
(Abu Thahir) menawan kaum wanita dan anak-anak mereka yang dipilihnya, serta
memilih harta mereka yang dikehendakinya. jumlah yang dirampasnya dari harta
(jama’ah Haji) adalah sebesar 1.000.000 (satu juta) dinar, serta barang-barang
dan dagangan yang (jumlahnya) sebesar sekitar itu juga. Lalu ia (Abu Thahir)
meninggalkan orang-orang yang tersisa setelah merampas unta, bekal, harta dan
para wanita serta anak-anaknya di negeri padang pasir yang liar tanpa adanya
air dan bekal serta sekedup.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 11/170, al-Hafizh Ibnu Katsir]
سَنَةُ
ثَلَاثَ عَشْرَةَ وثلاثمائة
Tahun 313 Hijriyah
وفي
صفر منها بلغ الخليفة أَنَّ جَمَاعَةً مِنَ الرَّافِضَةِ يَجْتَمِعُونَ فِي
مَسْجِدِ براثى فَيَنَالُونَ مِنَ الصَّحابة وَلَا يُصَلُّونَ الْجُمُعَةَ،
وَيُكَاتِبُونَ القرامطة ويدعون إلى مُحَمَّدِ بْنِ إِسْمَاعِيلَ الَّذِي ظَهَرَ
بَيْنَ الْكُوفَةِ وبغداد، ويدّعون أنه المهدي،
Pada bulan Shafar di tahun ini, berlepas dirinya dari
Khalifah oleh sekelompok orang dari Rafidhah (Syiah). Mereka berkumpul di
masjid Baratsa, mereka (Syiah Rafidhah) melecehkan para Shahabat dan tidak
melaksanakan shalat Jum’at. Mereka (Syiah Rafidhah) mengirimkan surat kepada
al-Qaramithah (Syiah) dan mengajak mereka kepada (kepemimpinan) Muhammad bin
Isma’il yang muncul di antara Kufah dan Baghdad, seraya mengklaim bahwasanya ia
adalah al-Mahdi.
وَخَرَجَ
النَّاسُ لِلْحَجِّ فِي ذِي الْقَعْدَةِ فَاعْتَرَضَهُمْ أَبُو طَاهِرٍ
سُلَيْمَانُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ الْجَنَّابِيُّ القرمطي، فرجع أكثر الناس إلى
بلدانهم،
Orang-orang berangkat pergi Haji pada bulan Dzulqa’dah, maka
Abu Thahir Sulaiman bin Abu Sa’id al-Jannabiy al-Qirmithiy merampok mereka,
sehingga banyak orang-orang yang kembali ke negerinya.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 11/173, al-Hafizh Ibnu Katsir]
سنة
ست عشرة وثلاثمائة
Tahun 316 Hijriyah
فيها
عاث أَبُو طَاهِرٍ سُلَيْمَانُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ الْجَنَّابِيُّ القرمطي فِي
الْأَرْضِ فَسَادًا، حَاصَرَ الرَّحْبَةَ فَدَخَلَهَا قَهْرًا وقتل من أهلها
خلقاً،
Pada tahun ini Abu Thahir Sulaiman bin Abu Sa’id al-Jannabiy
membalas dendam dengan membuat kerusakan di atas permukaan bumi. Ia mengepung
Rahbah dan memasukinya dengan paksa serta membantai penduduknya dengan sangat
banyak.
وَعَاثَ
فِي نُوَاحِي الْمَوْصِلِ فساداً، وفي سنجار ونواحيها، وخرب تلك الدِّيَارِ
وَقَتَلَ وَسَلَبَ وَنَهَبَ.
Ia juga
membalas dendam di tepian Moshul dengan membuat kerusakan dan di Sinjar serta
di wilayah-wilayah sekitarnya. Ia menghancurkan negerinya dan membantai,
merampok serta merampas.
وَدَعَا
إلى المهدي الذي ببلاد المغرب بمدينة المهدية.
Dan ia juga mengajak al-Mahdi (Syiah al-Fathimiyyah) yang
berada di negeri Maghrib di kota al-Mahdiyah.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 11/179, al-Hafizh Ibnu Katsir]
سنة
سبع عشرة وثلاثمائة
Tahun 317 Hijriyah
ذِكْرُ
أَخْذِ الْقَرَامِطَةِ الْحَجَرَ الْأَسْوَدَ إِلَى بِلَادِهِمْ
Kisah perampasan al-Qaramithah (Syiah) terhadap Hajar Aswad
ke negerinya (Syiah al-Qaramithah).
فيها
خرج ركب العراق وأمير هم مَنْصُورٌ الدَّيْلَمِيُّ فَوَصَلُوا إِلَى مَكَّةَ
سَالِمِينَ، وَتَوَافَتِ الركوب هناك من كل مكان وجانب وفج، فَمَا شَعَرُوا إِلَّا
بِالْقِرْمِطِيِّ قَدْ خَرَجَ عَلَيْهِمْ فِي جَمَاعَتِهِ يَوْمَ التَّرْوِيَةِ،
فَانْتَهَبَ أَمْوَالَهُمْ وَاسْتَبَاحَ قتالهم، فقتل في رحاب مكة وشعابها وفي
المسجد الحرام وفي جوف الكعبة من الحجاج خلقاً كثيراً، وجلس أمير هم أبو طاهر
لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى بَابِ الْكَعْبَةِ، وَالرِّجَالُ تُصْرَعُ حوله، والسيوف
تعمل في النَّاس في المسجد الحرام في الشهر الحرام فِي يَوْمِ التَّرْوِيَةِ،
Pada tahun ini rombongan ‘Iraq keluar dan pimpinan
(rombongan) mereka adalah Manshur ad-Dailamiy, hingga mereka tiba di Makkah
dengan selamat. Lalu rombongan-rombongan lain pun tiba dari segala penjuru.
Mereka tidak mengetahui kecuali al-Qirmithiy (Syiah) telah keluar menuju mereka
bersama kelompoknya pada hari Tarwiyah, kemudian mereka (Syiah al-Qaramithah) merampas
harta mereka dan membolehkan atas pembunuhan mereka. Maka dibantailah di
dataran tinggi Makkah dan celah-celah bukitnya, bahkan di dalam Masjidil Haran
serta di dalam Ka’bah dari jama’ah Haji yang sangat banyak. Pimpinan mereka
(Syiah al-Qaramithah) Abu Thahir –semoga Allah melaknatnya- duduk di atas pintu
ka’bah, sedangkan orang-orang (mati) bergelimpangan di sekitarnya.
Pedang-pedang menebas orang-orang di Masjidil Haram pada bulan Haram di hari
Tarwiyah.
فكان
الناس يفرون منهم فَيَتَعَلَّقُونَ بِأَسْتَارِ الْكَعْبَةِ فَلَا يُجْدِي ذَلِكَ
عَنْهُمْ شَيْئًا. بَلْ يُقْتَلُونَ وَهُمْ كَذَلِكَ، وَيَطُوفُونَ فَيُقْتَلُونَ
فِي الطَّوَافِ،
Orang-orang pun melarikan diri dari mereka (Syiah
al-Qaramithah) sambil memegang tirai Ka’bah, namun tidak berguna bagi mereka, bahkan
mereka (Syiah al-Qaramithah) membunuh mereka (jama’ah Haji) dalam keadaan
demikian. Mereka (Syiah al-Qaramithah) pun melakukan thawaf sambil membunuh
mereka (jama’ah Haji) yang sedang melakukan thawaf.
فلما
قضى القرمطي لعنه الله أمره وفعل ما فعل بالحجيج من الأفاعيل القبيحة، أمر أن تدفن
القتلى في بئر زمزم، ودفن كثيراً منهم في أماكنهم من الحرم، وفي الْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ.
Kemudian al-Qirmithiy (Syiah) –semoga Allah melaknatnya-
memerintahkan untuk melakukan perlakuan terhadap jama’ah Haji dengan perlakuan
yang buruk, yakni memerintahkan agar menguburkan (jama’ah Haji) yang terbunuh
di sumur zamzam dan banyak dari mereka yang dikuburkan di tempat (terbunuhnya)
di dalam (Masjidil) Haram.
وَهَدَمَ
قُبَّةَ زَمْزَمَ وَأَمَرَ بِقَلْعِ بَابِ الْكَعْبَةِ وَنَزَعَ كُسْوَتَهَا
عَنْهَا، وَشَقَّقَهَا بَيْنَ أَصْحَابِهِ، وَأَمَرَ رجلاً أن يصعد إلى ميزاب
الكعبة فيقتلعه، فسقط على أم رأسه فمات إلى النار.
Ia juga menghancurkan kubah zamzam dan memerintahkan untuk
menanggalkan pintu Ka’bah serta mencopot kiswahnya darinya, lalu ia
membagi-bagikannya kepada sahabat-sahabatnya. Kemudian ia memerintahkan
seseorang agar naik ke talang Ka’bah untuk mencopotnya, lalu ia terjatuh dengan
kepala terlebih dahulu, sehingga tewas menuju Neraka.
ثُمَّ
أَمَرَ بِأَنْ يُقْلَعَ الْحَجَرُ الأسود فجاءه رجل فضربه بِمُثْقَلٍ فِي يَدِهِ
وَقَالَ: أَيْنَ الطَّيْرُ الْأَبَابِيلُ، أَيْنَ الْحِجَارَةُ مِنْ سِجِّيلٍ؟
ثُمَّ قَلَعَ الْحَجَرَ الأسود وأخذوه حين راحوا معهم إلى بلادهم ، فمكث
عِنْدَهُمْ ثِنْتَيْنِ وَعِشْرِينَ سَنَةً حَتَّى رَدُّوهُ، كَمَا سنذكره في سنة
تسع وثلاثين وثلثمائة فَإِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ.
Kemudian ia memerintahkan untuk mencopot Hajar Aswad, maka
datanglah seorang laki-laki yang memukulnya (Hajar Aswad) dengan benda berat
yang ditangannya seraya berkata, “Mana burung-burung Ababil? Mana bebatuan dari
tanah yang terbakar?” Kemudian ia melepas Hajar Aswad dan membawanya ketika
mereka mulai kembali ke negerinya. (Hajar Aswad) tetap berada di (negeri)
mereka selama 22 (dua puluh dua) tahun hingga mereka mengembalikannya
sebagaimana yang akan disebutkan (kisahnya) pada tahun 339 Hijriyah. –Inna
lillahi wa inna ilaihi raji’un-
[Al-Bidayah wa
an-Nihayah 11/182, al-Hafizh Ibnu Katsir]
سنة
تسع وثلاثين وثلثمائة
Tahun 339 Hijriyah
فِي
هَذِهِ السَّنَةِ الْمُبَارَكَةِ فِي ذِي الْقَعْدَةِ مِنْهَا رُدَّ الْحَجَرُ
الْأَسْوَدُ الْمَكِّيُّ إِلَى مَكَانِهِ في البيت، وقد كان القرامطة أخذوه في سنة
سبع عشرة وثلثمائة كَمَا تَقَدَّمَ، وَكَانَ مَلِكُهُمْ إِذْ ذَاكَ أَبُو طاهر
سليمان بن أبي سعيد الحسين الجنابي، ولما وقع هذا أعظم المسلمون ذلك، وَقَدْ
بَذَلَ لَهُمُ الْأَمِيرُ بَجْكَمُ التُّرْكِيُّ خَمْسِينَ ألف دينار على أن يردوه
إلى موضعه فلم يفعلوا، وقالوا: نحن أخذناه بأمر فلا نَرُدُّهُ إِلَّا بِأَمْرِ
مَنْ أَخَذْنَاهُ بِأَمْرِهِ.
Pada tahun yang diberkahi ini yakni bulan Dzulqa’dah di
tahun ini, Hajar Aswad al-Makkiy dikembalikan ke tempatnya di Baitul (Haram), di
mana al-Qaramithah (Syiah) mengambilnya pada tahun 317 Hijriyah sebagaimana
yang telah (dikisahkan) sebelumnya. Pemimpin mereka (Syiah al-Qaramithah) saat
itu adalah Abu Thahir Sulaiman bin Abu Sa’id al-Husain al-Jannabiy.
فَلَمَّا
كَانَ فِي هَذَا الْعَامِ حَمَلُوهُ إِلَى الْكُوفَةِ وَعَلَّقُوهُ عَلَى
الْأُسْطُوَانَةِ السَّابِعَةِ مِنْ جَامِعِهَا لِيَرَاهُ
الناس،
وكتب أخو أَبِي طَاهِرٍ كِتَابًا فِيهِ: إِنَّا أَخَذْنَا هَذَا الْحَجَرَ
بِأَمْرٍ وَقَدْ رَدَدْنَاهُ بِأَمْرِ مَنْ أَمَرَنَا بِأَخْذِهِ لِيَتِمَّ حَجُّ
النَّاسِ وَمَنَاسِكُهُمْ.
Namun pada tahun ini, mereka membawanya ke Kufah dan
menggantungkannya di atas tiang yang ketujuh dari Jami’ (Masjid)-nya agar
manusia dapat melihatnya. Kemudian saudara-saudara Abu Thahir menuliskan sebuah
tulisan padanya, “Sesungguhnya kami mengambil batu ini dengan sebuah perintah
dan kami telah mengembalikannya dengan sebuah perintah dari orang yang telah
memerintahkan kami untuk mengambilnya, agar menyempurnakan Haji manusia dan
manasik kalian.”
ثُمَّ
أَرْسَلُوهُ إلى مكة بغير شئ عَلَى قَعُودٍ، فَوَصَلَ فِي ذِي الْقَعْدَةِ مِنْ
هَذِهِ السَّنَةِ
Kemudian mengirimkannya ke Makkah tanpa ikatan apapun, lalu
tiba pada bulan Dzulqa’dah di tahun ini.
[Al-Bidayah wa
an-Nihayah 11/252, al-Hafizh Ibnu Katsir]
0 comments:
Post a Comment