Ketika kaum Muslimin mengalami berbagai gelombang fitnah
yang berasal dari arah Timur Madinah, yaitu Irak, maka Syaithan pun
mengeluarkan tanduknya untuk memecah belah barisan kaum Muslimin hingga
terpisah dari al-Jama’ah.
وَأَوَّلُ الْفِتَنِ كَانَ مِنْ
قِبَلِ الْمَشْرِقِ فَكَانَ ذَلِكَ سَبَبًا لِلْفُرْقَةِ بَيْنَ الْمُسْلِمِينَ
وَذَلِكَ مِمَّا يُحِبُّهُ الشَّيْطَانُ وَيَفْرَحُ بِهِ وَكَذَلِكَ الْبِدَعُ
نَشَأَتْ مِنْ تِلْكَ الْجِهَةِ
Fitnah
yang pertama kali muncul sumbernya (berasal) dari arah Timur. Fitnah itu
sebagai sebab terjadinya perpecahan di antara kaum Muslimin, dan itulah di
antara hal yang menyenangkan Syaithan dan menjadikannya bergembira,
demikian pula bid’ah-bid’ah muncul dari arah tersebut.
[Fathul
Bari Syarah Shahih al-Bukhari 13/47, al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani]
فَلَمَّا افْتَرَقَتْ الْأُمَّةُ فِي
خِلَافَةِ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَجَدَ شَيْطَانُ الْخَوَارِجِ مَوْضِعَ
الْخُرُوجِ فَخَرَجُوا وَكَفَّرُوا عَلِيًّا وَمُعَاوِيَةَ
Tatkala
umat terpecah belah pada masa kekhalifahan ‘Aliy Radhiyallahu ‘anhu, maka Syaithan
Khawarij mendapatkan (kesempatan) untuk keluar, lantas mereka pun keluar serta
mengkafirkan ‘Aliy dan Mu’awiyyah.
[Majmu’
al-Fatawa 19/89, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah]
هَلْ سَمِعْتَ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ الْخَوَارِجَ فَقَالَ سَمِعْتُهُ وَأَشَارَ
بِيَدِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ قَوْمٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ بِأَلْسِنَتِهِمْ لَا
يَعْدُو تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ
الرَّمِيَّةِ
“Apakah
engkau pernah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyebutkan tentang Khawarij?”
ia pun menjawab, “Aku telah mendengar beliau bersabda -sambil berisyarat ke
arah Timur-, “Mereka adalah kaum yang membaca al-Qur’an dengan
lisan-lisan mereka, namun bacaan mereka hanya sampai kerongkongannya. mereka melesat
(keluar) dari agama, sebagaimana melesatnya anak panah
dari busurnya.” [Muslim no.1776]
هَلْ سَمِعْتَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي الْخَوَارِجِ شَيْئًا قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ
وَأَهْوَى بِيَدِهِ قِبَلَ الْعِرَاقِ يَخْرُجُ مِنْهُ قَوْمٌ يَقْرَءُونَ
الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ مُرُوقَ
السَّهْمِ مِنْ الرَّمِيَّةِ
“Apakah
engkau pernah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda
tentang Khawarij?” Ia menjawab, “aku mendengar beliau bersabda -sambil
mengarahkan tangannya ke arah Irak-, “Dari sanalah akan keluar suatu kaum
yang membaca al-Qur’an namun tidak melewati kerongkongannya, mereka melesat
(keluar) dari Islam, sebagaimana melesatnya anak panah
dari busurnya.” [Bukhari no.6422]
اعْتِقَادُهُمْ فِي أَئِمَّةِ
الْهُدَى وَجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِينَ أَنَّهُمْ خَارِجُونَ عَنْ الْعَدْلِ
وَأَنَّهُمْ ضَالُّونَ وَهَذَا مَأْخَذُ الْخَارِجِينَ عَنْ السُّنَّةِ مِنْ
الرَّافِضَةِ وَنَحْوِهِمْ ثُمَّ يَعُدُّونَ مَا يَرَوْنَ أَنَّهُ ظُلْمٌ
عِنْدَهُمْ كُفْرًا. ثُمَّ يُرَتَّبُونَ عَلَى الْكُفْرِ أَحْكَامًا
ابْتَدَعُوهَا. فَهَذِهِ ثَلَاثُ مَقَامَاتٍ لِلْمَارِقِينَ مِنْ الحرورية
وَالرَّافِضَةِ وَنَحْوِهِمْ. فِي كُلِّ مَقَامٍ تَرَكُوا بَعْضَ أُصُولِ دِينِ
الْإِسْلَامِ حَتَّى مَرَقُوا مِنْهُ كَمَا مَرَقَ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ
Keyakinan mereka terhadap para pemimpin al-Huda dan Jama’ah kaum Muslimin bahwasanya
mereka (pemimpin al-Huda dan Jama’ah kaum Muslimin) telah keluar dari keadilan
dan sesungguhnya mereka berada dalam kesesatan. Keyakinan ini diambil oleh yang
keluar dari as-Sunnah dari kalangan Rafidhah (Syiah) dan lainnya
yang seperti mereka. Kemudian mereka menganggap apa-apa yang dipandang sebagai
kedzaliman, namun di sisi mereka (dipandang) sebagai kekufuran. Selanjutnya
mereka menempatkannya dengan menghukumi kafir yang sesuai dengan apa yang
mereka ada-adakan. Ini adalah 3 (tiga) tingkatan al-Mariqin (kelompok yang
melesat keluar dari agama) dari kalangan al-Haruriyyah (Khawarij) dan Rafidhah
(Syiah) serta lainnya yang seperti mereka. Pada setiap tingkatannya, mereka meninggalkan
sebagian Ushuluddin Islam hingga melesat sebagaimana melesatnya
anak panah dari busurnya.
[Majmu’
al-Fatawa 28/497, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah]
سَمِعْتُ إِبْرَاهِيمَ بْنَ
الْحَسَنِ بْنِ الْحَسَنِ، أَخَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَسَنِ يَقُولُ: قَدْ
وَاللَّهِ مَرَقَتْ عَلَيْنَا الرَّافِضَةُ كَمَا مَرَقَتِ الْحَرُورِيَّةُ عَلَى عَلِيِّ
بْنِ أَبِي طَالِبٍ
Aku
mendengar Ibrahim bin al-Hasan bin al-Hasan, saudaranya ‘Abdullah bin
al-Hasan, ia berkata, “Sungguh, demi Allah, Rafidhah telah melesat
(keluar) dari kami (Ahlul Bayt) sebagaimana melesatnya Khawarij dari
‘Aliy bin Abi Thalib.
[Fadhail ash-Shahabah li Daruquthniy no.32 1/58]
فَانْتَحَلَتْ الْخَوَارِجُ كِتَابَ
اللَّهِ وَانْتَحَلَتْ الشِّيعَةُ أَهْلَ الْبَيْتِ وَكِلَاهُمَا غَيْرُ مُتَّبِعٍ
لِمَا انْتَحَلَهُ؛
Khawarij mengaku (mengikuti) Kitabullah
(Al-Qur’an), sedangkan Syiah mengaku (mengikuti) Ahlul Bayt.
Padahal keduanya tidaklah mengikuti apa yang mereka akui.
[Majmu’
al-Fatawa 13/210, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah]
أَنَّ هَؤُلَاءِ الرَّافِضَةَ
الْمُحَارِبِينَ شَرٌّ مِنْ الْخَوَارِجِ وَكُلٌّ مِنْ الطَّائِفَتَيْنِ انْتَحَلَتْ
إحْدَى الثَّقَلَيْنِ؛ لَكِنَّ الْقُرْآنَ أَعْظَمُ. فَلِهَذَا كَانَتْ
الْخَوَارِجُ أَقَلَّ ضَلَالًا مِنْ الرَّوَافِضِ؛ مَعَ أَنَّ كُلَّ وَاحِدَةٍ
مِنْ الطَّائِفَتَيْنِ مُخَالَفَةٌ لِكِتَابِ اللَّهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ
وَمُخَالَفَةٌ لِصَحَابَتِهِ وَقَرَابَتِهِ وَمُخَالِفُونَ لِسُنَّةِ خُلَفَائِهِ
الرَّاشِدِينَ وَلِعِتْرَتِهِ أَهْلِ بَيْتِهِ
Sesungguhnya Rafidhah (Syiah) yang Militan lebih Keji daripada
Khawarij, masing-masing dari kedua kelompok tersebut mengaku-ngaku (mengikuti) salah satu
ats-Tsaqalain (Kitabullah dan Ahlul Bayt), namun (Khawarij) masih memuliakan Al-Qur’an. Oleh
karena itu Khawarij lebih kecil kesesatannya dibandingkan dengan Rafidhah (Syiah). Sesungguhnya kedua
kelompok tersebut menyelisihi Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, menyelisihi Shahabat
dan Kerabatnya serta mereka menyelisihi Sunnah Khulafa’ ar-Rasyidin dan Itrah
Ahlul Baytnya.
[Majmu’
al-Fatawa 3/83, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah]
Khawarij generasi awal sebelumnya telah muncul pada zaman
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
هَذَا الرَّجُل يقال لَهُ ذو
الخويصرة التميمي وفي لفظ أنه قَالَ لَهُ اعدل فَقَالَ ويلك ومن يعدل إذا لم أعدل
فهذا أول خارجي خرج فِي الإسلام
Orang
tersebut adalah Dzu al-Khuwaishirah at-Tamimiy, dalam sebuah lafazh
bahwasanya ia berkata kepada beliau, “Berlaku adil-lah.” Lantas beliau
bersabda, “Celakalah engkau, lalu siapa lagi yang akan berlaku adil jika aku
tidak dapat berbuat adil?” Itulah Kharijiy pertama yang keluar di dalam Islam. [Talbis
Iblis 82, Imam Ibnul Jauziy]
أَتَى رَجُلٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْجِعْرَانَةِ مُنْصَرَفَهُ مِنْ حُنَيْنٍ وَفِي ثَوْبِ
بِلَالٍ فِضَّةٌ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْبِضُ مِنْهَا
يُعْطِي النَّاسَ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ اعْدِلْ قَالَ وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا
لَمْ أَكُنْ أَعْدِلُ لَقَدْ خِبْتَ وَخَسِرْتَ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَعْدِلُ فَقَالَ
عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ دَعْنِي يَا رَسُولَ اللَّهِ فَأَقْتُلَ
هَذَا الْمُنَافِقَ فَقَالَ مَعَاذَ اللَّهِ أَنْ يَتَحَدَّثَ النَّاسُ أَنِّي أَقْتُلُ
أَصْحَابِي إِنَّ هَذَا وَأَصْحَابَهُ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ
يَمْرُقُونَ مِنْهُ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ
Terdapat seorang laki-laki yang menemui Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam di Ji’ranah, sekembalinya dari Hunain. Sedangkan
di pakaian Bilal terdapat perak, dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
sedang memegangnya sambil membagikan kepada manusia. Lalu ia berkata, “Wahai
Muhammad, berlaku adil-lah,” Lantas beliau bersabda, “Celakalah engkau, lalu siapa lagi yang akan
berlaku adil jika aku tidak dapat berbuat adil, niscaya aku akan kecewa dan
merugi apabila aku tidak berbuat adil.” Lalu ‘Umar bin al-Khaththab
Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Wahai Rasulullah, biarkanlah aku yang membunuh
orang munafiq ini.” Kemudian beliau bersabda, “Aku berlindung kepada Allah akan
pembicaraan manusia bahwasanya aku telah membunuh sahabat-sahabatku, sesungguhnya
orang ini dan sahabat-sahabatnya membaca al-Qur’an namun tidak melewati
kerongkongannya. Mereka melesat darinya sebagaimana melesatnya anak panah dari
busurnya.” [Muslim no.1761]
بَعَثَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذُهَيْبَةٍ فَقَسَمَهَا بَيْنَ
الْأَرْبَعَةِ الْأَقْرَعِ بْنِ حَابِسٍ الْحَنْظَلِيِّ ثُمَّ الْمُجَاشِعِيِّ وَعُيَيْنَةَ
بْنِ بَدْرٍ الْفَزَارِيِّ وَزَيْدٍ الطَّائِيِّ ثُمَّ أَحَدِ بَنِي نَبْهَانَ وَعَلْقَمَةَ
بْنِ عُلَاثَةَ الْعَامِرِيِّ ثُمَّ أَحَدِ بَنِي كِلَابٍ فَغَضِبَتْ قُرَيْشٌ وَالْأَنْصَارُ
قَالُوا يُعْطِي صَنَادِيدَ أَهْلِ نَجْدٍ وَيَدَعُنَا قَالَ إِنَّمَا أَتَأَلَّفُهُمْ
فَأَقْبَلَ رَجُلٌ غَائِرُ الْعَيْنَيْنِ مُشْرِفُ الْوَجْنَتَيْنِ نَاتِئُ الْجَبِينِ
كَثُّ اللِّحْيَةِ مَحْلُوقٌ فَقَالَ اتَّقِ اللَّهَ يَا مُحَمَّدُ فَقَالَ مَنْ يُطِعْ
اللَّهَ إِذَا عَصَيْتُ أَيَأْمَنُنِي اللَّهُ عَلَى أَهْلِ الْأَرْضِ فَلَا تَأْمَنُونِي
فَسَأَلَهُ رَجُلٌ قَتْلَهُ أَحْسِبُهُ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيدِ فَمَنَعَهُ فَلَمَّا
وَلَّى قَالَ إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا أَوْ فِي عَقِبِ هَذَا قَوْمًا يَقْرَءُونَ
الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ مُرُوقَ السَّهْمِ
مِنْ الرَّمِيَّةِ يَقْتُلُونَ أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَيَدَعُونَ أَهْلَ الْأَوْثَانِ
لَئِنْ أَنَا أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ
‘Aliy Radhiyallahu ‘anhu mengirimkan emas kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, lalu beliau membagikannya kepada 4 orang, yaitu
al-Aqra’ bin Habis al-Handzhaliy, al-Mujasyi’iy, ‘Uyainah bin Badr al-Fazariy,
Zaid ath-Thaiy, kemudian (beliau membagikannya juga kepada) seorang bani Nabhan, dan
‘Alqamah bin ‘Ulatsah al-‘Amiriy serta seorang bani Kilab, maka marahlah
Quraisy dan Anshar seraya berkata, “Beliau memberikan kepada para pembesar
penduduk Najd dan mengabaikan kita.” Lantas beliau pun bersabda, “Sesungguhnya
aku memberikan kepada mereka agar melunakkan hati mereka.” Lalu datanglah
seorang laki-laki yang cekung kedua matanya, menonjol kedua pipi dan keningnya,
lebat janggutnya, dicukur (kepalanya), seraya berkata, “Bertakwalah kepada Allah wahai
Muhammad.” Lantas beliau pun bersabda, “Siapa lagi yang akan taat kepada Allah
jika aku tidak melakukan ketaatan, lalu mengapa Allah mempercayaiku atas
penduduk bumi sedangkan kalian tidak mempercayaiku.” Kemudian terdapat seseorang
yang meminta (izin)
untuk membunuhnya –aku mengira ia adalah Khalid bin al-Walid- namun beliau
melarangnya. Tatkala ia berpaling, beliau bersabda, “Sesungguhnya dari asal (keturunan)
orang ini atau datang di belakang setelah (orang ini) sebuah kaum yang di mana
mereka membaca al-Qur’an namun tidak melewati kerongkongannya. Mereka melesat
(keluar) dari agama sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya, Mereka
membunuhi orang-orang
Islam dan membiarkan para penyembah berhala, apabila aku mendapati mereka,
niscaya aku akan membunuh mereka seperti pembunuhan kaum ‘Aad. [Bukhari
no.3095]
بَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقْسِمُ جَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ ذِي الْخُوَيْصِرَةِ التَّمِيمِيُّ فَقَالَ
اعْدِلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ
قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقَهُ قَالَ دَعْهُ فَإِنَّ لَهُ
أَصْحَابًا يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ صَلَاتَهُ مَعَ صَلَاتِهِ وَصِيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِ
يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ
“Ketika kami
bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang sedang membagi (ghanimah), datanglah
‘Abdullah bin Dzu al-Khuwaishirah at-Tamimiy seraya berkata, “Berlaku
adil-lah wahai Rasulullah,” Lantas beliau pun bersabda, “Celakalah engkau, lalu
siapa lagi yang akan berlaku adil jika aku tidak dapat berbuat adil?” Lalu
‘Umar bin al-Khaththab berkata, “Biarkan aku yang memenggal lehernya.” Kemudian
beliau bersabda, “Biarkanlah dia, sesungguhnya ia memiliki sahabat-sahabat yang
di mana kalian akan menganggap remeh shalat salah seorang di antara kalian
dengan shalatnya dan puasa kalian dengan puasanya. Mereka melesat (keluar) dari
agama sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya. [Bukhari no.6421]
Dari ke-3 hadits tersebut di atas, terdapat sebuah
kesimpulan bahwasanya ‘Abdullah
bin Dzu al-Khuwaishirah at-Tamimiy sang Kharijiy generasi awal memiliki
pengikut baik dari keturunannya maupun sahabatnya. Oleh karena itu, para
simpatisan Syiah Rafidhah Takfiriy akan menuduh setiap orang yang berseberangan
dengan mereka yang berasal dari keturunan bani Tamim, maka akan dituduh sebagai
Khawarij.
Padahal
sebagaimana yang telah diketahui oleh teman-teman bahwasanya bani Tamim yang
berasal dari bani Mudhar telah tersebar luas ke seluruh negeri yang telah
ditaklukkan oleh para Khalifah yang berada di atas Manhaj Nubuwwah.
Kabilah
‘Arab yang nasabnya dari Tamim bin Murr bin Ad... hingga nasabnya sampai kepada
Ilyas bin Mudhar, pemukimannya berada di timur al-Jazirah al-‘Arabiyyah, di
antaranya adalah : Najd, Bahrain, al-Yamamah, lembah Furat. Anak kabilahnya adalah
Zaid Manah, Handzhalah, Rayah, Kulaib, Yarbu’, Darim, Nihsyal dan Majasya’.
Bani
Tamim masuk ke dalam agama Islam sejak tahun 2 hijriyah, beberapa dari mereka
murtad dan mengikuti Sujah binti al-Harits (ia adalah wanita bani Tamim) yang
berasal dari bani Yarbu’. Tidak lama kemudian ia kembali masuk Islam bersama
kaumnya, mereka ikut menaklukkan Persia dan Khurasan.
Penduduk
mayoritas di Afrika (yakni Tunisia Andzak) adalah dari bani Tamim.
[Athlas
al-Hadits an-Nabawi Min al-Kutub ash-Shihah as-Sittah 93, Dr. Syauqi Abu
Khalil]
Setelah
para simpatisan Syiah Rafidhah Takfiriy tersebut menuduh bani Tamim sebagai
Khawarij, selanjutnya mereka akan menyematkan gelar bagi bani Tamim sebagai
Pengikut Dajjal, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam.
سَيَخْرُجُ أُنَاسٌ مِنْ أُمَّتِي مِنْ
قِبَلِ الْمَشْرِقِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ كُلَّمَا خَرَجَ
مِنْهُمْ قَرْنٌ قُطِعَ كُلَّمَا خَرَجَ مِنْهُمْ قَرْنٌ قُطِعَ حَتَّى عَدَّهَا زِيَادَةً
عَلَى عَشْرَةِ مَرَّاتٍ كُلَّمَا خَرَجَ مِنْهُمْ قَرْنٌ قُطِعَ حَتَّى يَخْرُجَ الدَّجَّالُ
فِي بَقِيَّتِهِمْ
“Akan
keluar sekelompok orang dari umatku yang berasal dari arah Timur, yang di mana
mereka membaca al-Qur’an namun tidak melewati kerongkongan mereka. Setiap
keluar dari mereka sebuah tanduk, maka akan terpotong. Setiap keluar dari
mereka sebuah tanduk, maka akan terpotong, hingga jumlahnya lebih dari 10
(sepuluh) kali. Setiap keluar dari mereka sebuah tanduk, maka akan terpotong,
hingga keluarlah Dajjal di dalam orang-orang yang tersisa dari mereka.
[Ahmad
no.6576, Shahih : Musnad Imam Ahmad no.6871, Syaikh Ahmad Muhammad Syakir]
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَنْشَأُ نَشْءٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ
كُلَّمَا خَرَجَ قَرْنٌ قُطِعَ قَالَ ابْنُ عُمَرَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلَّمَا خَرَجَ قَرْنٌ قُطِعَ أَكْثَرَ مِنْ عِشْرِينَ
مَرَّةً حَتَّى يَخْرُجَ فِي عِرَاضِهِمْ الدَّجَّالُ
Bahwasanya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Akan muncul sekelompok
orang yang di mana mereka membaca al-Qur’an, namun tidak melewati kerongkongan
mereka. Setiap keluar tanduk, maka akan terpotong.” Berkata Ibnu ‘Umar, “Aku
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Setiap keluar
tanduk, maka akan terpotong, sebanyak lebih dari 20 (dua puluh) kali. Hingga
keluarlah Dajjal di dalam pasukan mereka.
[Ibnu
Majah no.170, Hasan : Shahih Ibnu Majah no.144, Syaikh al-Albani]
Namun
ada satu hal yang menarik mengenai bani Tamim, bahwasanya merekalah (bani
Tamim) yang akan memerangi Dajjal dengan gigih yang di mana Khawarij berada di
dalam barisan Dajjal.
قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ لَا أَزَالُ
أُحِبُّ بَنِي تَمِيمٍ مِنْ ثَلَاثٍ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
هُمْ أَشَدُّ أُمَّتِي عَلَى الدَّجَّالِ
Abu
Hurairah berkata, “Aku akan senantiasa mencintai bani Tamim mengenai 3 (tiga)
hal yang di mana aku telah mendengarnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
“Mereka (bani Tamim) adalah umatku yang paling gigih dalam (memerangi) Dajjal. [Muslim
no.4587]
Pada
masa kekhalifahan ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu, terdapat banyak
penaklukkan di daerah timur, yaitu penaklukkan Daulah Persia. Kemudian ketika
masa Kekhalifahan ‘Utsman bin al-‘Affan Radhiyallahu ‘anhu, maka menjadi
sempurnalah penaklukkan Daulah Persia tersebut dengan kematian Rajanya, yakni Kisra.
Penaklukkan-penaklukkan tersebut sebelumnya telah Tanya Syiah Goreskan Pena Part
[4] Khilafah Nubuwwah Menaklukkan Dunia.
وَمَنَّ عَلَى أهل الإسلام بأن ألهم
الصديق أن يستخلف عمر الفاروق، فقام بالأمر بَعْدَهُ قِيَامًا تَامًّا، لَمْ
يَدُرِ الْفُلْكُ بَعْدَ الأنبياء عَلَى مِثْلِهِ فِي قُوَّةِ سِيرَتِهِ وَكَمَالِ
عَدْلِهِ.
Adalah sebuah anugerah Allah kepada umat Islam, bahwasanya
Allah memberikan ilham kepada (Abu Bakar) ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu agar (mewasiatkan)
‘Umar al-Faruq untuk meneruskan kekhalifahan. Maka ‘Umar pun melaksanakan tugas
khalifah setelahnya dengan sangat sempurna. Setelah masa demi masa berlalu akan
kepemimpinan setelah para Nabi, maka tidak ada yang menyamai ketangguhan ‘Umar
dalam kemajuan kekhalifahannya dan kesempurnaan dalam keadilan hukumnya.
وَتَمَّ فِي أَيَّامِهِ فَتْحُ
الْبِلَادِ الشَّامِيَّةِ بِكَمَالِهَا وَدِيَارِ مِصْرَ إِلَى آخِرِهَا وَأَكْثَرِ
إِقْلِيمِ فَارِسَ. وَكَسَرَ كِسْرَى وَأَهَانَهُ غَايَةَ الْهَوَانِ وَتَقَهْقَرَ
إِلَى أَقْصَى مَمْلَكَتِهِ، وَقَصَّرَ قَيْصَرَ، وَانْتَزَعَ يَدَهُ عَنْ بلاد
الشام، وانحدر إلى القسطنطينية، وَأَنْفَقَ أَمْوَالَهُمَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ،
كَمَا أَخْبَرَ بِذَلِكَ وَوَعَدَ بِهِ رَسُولَ اللَّهِ، عَلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ
أَتَمُّ سَلَامٍ وَأَزْكَى صَلَاةٍ.
Pada masa kekhalifahannya, sempurnalah penaklukkan negeri
Syam, negeri Mesir dan lainnya serta sebagian besar negeri Persia. Ia berhasil
menghancurkan Kisra dan menghinakannya dengan sangat hina serta memukul mundur
telak hingga ke kerajaannya. Dan mengurangi daerah kekuasaan Kaisar dengan
mengambil alih kekuasaanya atas negeri Syam hingga meluas ke Konstantinopel.
Harta ghanimah dari kedua negeri tersebut diinfakkan di jalan Allah,
sebagaimana yang telah dikabarkan dan dijanjikan sendiri oleh Rasulullah
–Semoga Allah senantiasa mencurahkan Shalawat dan Salam kepada beliau.-
ثُمَّ لَمَّا كانت الدولة العثمانية
امتدت الممالك الْإِسْلَامِيَّةُ إِلَى أَقْصَى مَشَارِقِ الْأَرْضِ
وَمَغَارِبِهَا، فَفُتِحَتْ بِلَادُ الْمَغْرِبِ إِلَى أَقْصَى مَا هُنَالِكَ
الْأَنْدَلُسُ وَقُبْرُصُ، وَبِلَادُ الْقَيْرَوَانِ، وَبِلَادُ سَبْتَةَ مِمَّا
يَلِي الْبَحْرَ الْمُحِيطَ، وَمِنْ نَاحِيَةِ الْمَشْرِقِ إِلَى أَقْصَى بِلَادِ
الصِّينِ،
Selanjutnya, ketika tampuk kekhilafahan dipegang oleh
‘Utsman, maka daerah kekuasaan Islam telah meluas sampai ke penjuru bumi bagian
timur dan penjuru bumi bagian baratnya. Ia berhasil menaklukkan negeri Maghrib
hingga Andalusia (Spanyol), Cyprus, negeri Qairuwan dan negeri Sabtah yang
berada di sebelah samudera. Sementara daerah timur (yang telah ditaklukkan)
telah sampai ke negeri Cina.
وَقُتِلَ كِسْرَى وَبَادَ مُلْكُهُ
بِالْكُلِّيَّةِ، وَفُتِحَتْ مَدَائِنُ الْعِرَاقِ وَخُرَاسَانُ وَالْأَهْوَازُ، وَقَتَلَ
الْمُسْلِمُونَ مِنَ التُّرْكِ مَقْتَلَةً عَظِيمَةً جِدًّا، وَخَذَلَ اللَّهُ
مَلِكَهُمُ الْأَعْظَمَ خَاقَانَ، وَجُبِيَ الْخَرَاجُ مِنَ الْمَشَارِقِ
وَالْمَغَارِبِ إِلَى حَضْرَةِ أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، وَذَلِكَ بِبَرَكَةِ تِلَاوَتِهِ وَدِرَاسَتِهِ وَجَمْعِهِ
الْأُمَّةَ عَلَى حِفْظِ الْقُرْآنِ، وَلِهَذَا ثَبَتَ فِي الصَّحِيحِ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
Dan terbunuhlah Kisra, maka dengan sendirinya kerajaannya
jatuh secara keseluruhan. Ditaklukkan pula daerah-daerah di Irak, Khurasan dan
Ahwaz. Dan terjadi pertempuran antara kaum muslimin dengan orang-orang Turk
dengan peperangan yang dahsyat. Allah pun menggariskan kekalahan raja besar
mereka (Turk) yaitu Khaqan. Maka upeti yang dikumpulkan dari negeri timur dan
barat mengalir ke hadapan Amirul Mukminin ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu
‘anhu. Hal ini berkat keberkahan tilawah al-Qur’annya, kajian-kajian
al-Qur’annya yang dibentuknya serta menginstruksikan rakyatnya untuk mengumpulkan
al-Qur’an. Penaklukkan tersebut telah termaktub di dalam ash-Shahih bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
«إِنَّ اللَّهَ
زَوَى لِيَ الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مشارقها ومغاربها، ويبلغ مُلْكُ أُمَّتِي مَا
زُوِيَ لِيَ مِنْهَا»
Sesungguhnya Allah telah menghimpunkan untukku sebidang
bumi. Kemudian aku melihat bagian timur dan bagian barat penjuru bumi tersebut.
Kelak kerajaan (daerah kekuasaan) umatku akan sampai pada daratan bumi yang di
mana Allah telah menghimpunkannya untukku. [Muslim no.5144]
[Tafsir Ibnu Katsir 6/77-78, al-Hafizh Ibnu Katsir]
Akhirnya
Daulah Persia menjadi hancur luluh lantak tak tersisa, sebagaimana yang telah dikabarkan
oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengenainya.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ مَاتَ كِسْرَى فَلَا كِسْرَى بَعْدَهُ وَإِذَا هَلَكَ قَيْصَرُ
فَلَا قَيْصَرَ بَعْدَهُ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتُنْفَقَنَّ كُنُوزُهُمَا فِي
سَبِيلِ اللَّهِ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Kisra
telah meninggal dan tidak ada Kisra sesudahnya, dan apabila Kaisar telah
meninggal maka tidak ada Kaisar sesudahnya. Dan demi Dzat yang jiwaku yang
berada di Tangan-Nya, sungguh harta simpanan keduanya akan diinfakkan di jalan
Allah. [Muslim no.5196]
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَلَكَ كِسْرَى ثُمَّ لَا يَكُونُ كِسْرَى بَعْدَهُ وَقَيْصَرُ
لَيَهْلِكَنَّ ثُمَّ لَا يَكُونُ قَيْصَرُ بَعْدَهُ وَلَتُقْسَمَنَّ كُنُوزُهُمَا فِي
سَبِيلِ اللَّهِ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Kisra
telah binasa kemudian tidak ada lagi Kisra sesudahnya, dan Kaisar sungguh akan
celaka kemudian tidak akan ada lagi Kaisar sesudahnya. Dan sungguh harta
simpanan keduanya akan dibagi di jalan Allah. [Muslim no.5197]
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ لَتَفْتَحَنَّ عِصَابَةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ أَوْ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ
كَنْزَ آلِ كِسْرَى الَّذِي فِي الْأَبْيَضِ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh
satu golongan dari kaum muslimin atau dari kaum mukminin akan menaklukkan
simpanan harta kekayaan keluarga Kisra yang ada di (istana) putih.” [Muslim
no.5198]
[2918]
قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (قَدْ مَاتَ كسرى فلاكسرى بَعْدَهُ
وَإِذَا هَلَكَ قَيْصَرُ فَلَا قَيْصَرَ بَعْدَهُ وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ
لَتُنْفِقُنَّ كُنُوزَهُمَا فِي سَبِيلِ الله) قال الشافعى وسائر العلماء معناه
لايكون كسرى بالعراق ولاقيصر بِالشَّامِ كَمَا كَانَ فِي زَمَنِهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَّمَنَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِانْقِطَاعِ
مُلْكِهِمَا فِي هَذَيْنِ الْإِقْلِيمَيْنِ فَكَانَ كَمَا قَالَ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
(2918) Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, [قَدْ مَاتَ كسرى فلاكسرى بَعْدَهُ
وَإِذَا هَلَكَ قَيْصَرُ فَلَا قَيْصَرَ بَعْدَهُ وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ
لَتُنْفِقُنَّ كُنُوزَهُمَا فِي سَبِيلِ الله] “Kisra telah meninggal dan tidak ada Kisra sesudahnya, dan
apabila Kaisar telah meninggal maka tidak ada Kaisar sesudahnya. Dan demi Dzat
yang jiwaku ada di Tangan-Nya, sungguh harta simpanan keduanya akan diinfakkan
di jalan Allah.” Asy-Syafi’i dan segenap ulama berkata, “Maknanya, tidak akan
ada lagi Kisra di Irak dan Kaisar di Syam seperti yang ada pada zaman
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
memberitahukan kepada kita terputusnya kekuasaan keduanya pada dua wilayah ini.
Dan memang demikian yang terjadi seperti yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam.
فَأَمَّا كِسْرَى فَانْقَطَعَ
مُلْكُهُ وَزَالَ بِالْكُلِّيَّةِ مِنْ جَمِيعِ الْأَرْضِ وَتَمَزَّقَ مُلْكُهُ
كُلَّ مُمَزَّقٍ وَاضْمَحَلَّ بِدَعْوَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَأَمَّا قَيْصَرُ فَانْهَزَمَ مِنَ الشَّامِ وَدَخَلَ أَقَاصِي
بِلَادِهِ فَافْتَتَحَ الْمُسْلِمُونَ بِلَادَهُمَا وَاسْتَقَرَّتْ
لِلْمُسْلِمِينَ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ وَأَنْفَقَ الْمُسْلِمُونَ كُنُوزَهُمَا فِي
سَبِيلِ اللَّهِ كَمَا أَخْبَرَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهَذِهِ
Adapun Kisra, kekuasaannya runtuh dan hilang secara
keseluruhan dari segenap muka bumi, kerajaannya terpecah belah sejadi-jadinya
dan luluh oleh dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Sedangkan
Kaisar lengser dari Syam dan masuk ke wilayah-wilayah pinggir negerinya. Kaum
muslimin berhasil menaklukkan negeri keduanya dan negeri-negeri itupun tunduk
kepada kaum muslimin, segala puji hanya milik Allah. Dan kaum muslimin
menginfakkan harta kekayaan keduanya di jalan Allah sebagaimana yang dikabarkan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
مُعْجِزَاتٌ ظَاهِرَةٌ وَكِسْرَى
بِفَتْحِ الْكَافِ وَكَسْرِهَا لُغَتَانِ مَشْهُورَتَانِ وَفِي رِوَايَةٍ
لَتُنْفِقُنَّ كُنُوزَهُمَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَفِي رِوَايَةٍ لَتُقَسِّمُنَّ
كُنُوزَهُمَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَفِي رِوَايَةٍ كَنْزًا لِكِسْرَى الَّذِي فِي
الْأَبْيَضِ أَيِ الَّذِي فِي قَصْرِهِ الْأَبْيَضِ أَوْ قُصُورِهِ وَدُورِهِ
الْبِيضِ
Ini merupakan mu’jizat yang sangat tampak. dan [كسر] dengan fathah pada huruf kaf [كَسْرَ] atau dengan kasrah pada huruf kaf [كِسْرَ], merupakan dua versi bacaan yang masyhur. Di dalam satu
riwayat disebutkan, [لَتُنْفِقُنَّ كُنُوزَهُمَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ] “sungguh harta simpanan keduanya akan
diinfakkan di jalan Allah.” Di dalam riwayat lain disebutkan, [لَتُقَسِّمُنَّ كُنُوزَهُمَا فِي
سَبِيلِ اللَّهِ] “Dan sungguh
harta simpanan keduanya akan dibagi di jalan Allah.” Di dalam riwayat lain
disebutkan, [كَنْزًا
لِكِسْرَى الَّذِي فِي الْأَبْيَضِ]
“simpanan harta kekayaan keluarga Kisra yang ada di (istana) putih.” Yakni, di istana
putihnya, atau di istana-istana dan rumah-rumahnya yang berwarna putih.
[Syarah Shahih Muslim 18/42-43, Imam an-Nawawi]
Sedangkan
Istana Kisra Daulah Persia berada di al-Madain Irak dekat Kufah yang merupakan
tempat kelahiran Syiah Khawarij.
Kota
yang dibangun oleh Anu Syirwan bin Qabadz (di timur tepi sungai Dijlah,
selatan kota Baghdad 30 km). Ia adalah Raja mulia Persia yang teguh dan cerdik
akalnya serta sopan. Ia dan Raja-Raja bani Sasan tinggal di kota tersebut
hingga penaklukkan Islam di bawah pemimpin pasukan Sa’ad bin Abi Waqqash (16
H).
Nama
kota tersebut dalam bahasa Persia adalah Thisfun (Tusfin), sedangkan
nama kota tersebut dalam bahasa ‘Arab adalah al-Madain. Dikarenakan
terdapat 7 kota yang di mana setiap kotanya dengan kota lainnya ada yang sangat
dekat dan ada juga yang sangat jauh. [Ar-Raudh al-Mi’thar 526, Mu’jam
al-Buldan 5/74]
[Athlas
al-Hadits an-Nabawi Min al-Kutub ash-Shihah as-Sittah 333, Dr. Syauqi Abu
Khalil]
Kemudian
terbukalah harta simpanan Kisra Daulah Persia, sehingga membuat sebagian
manusia terfitnah dengan harta tersebut hingga membantai seorang Muhajirin,
yakni Amirul Mukminin ‘Utsman bin al-‘Affan Radhiyallahu ‘anhu.
إِذَا فُتِحَتْ عَلَيْكُمْ خَزَائِنُ
فَارِسَ وَالرُّومِ أَيُّ قَوْمٍ أَنْتُمْ قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ نَقُولُ
كَمَا أَمَرَنَا اللَّهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ تَتَنَافَسُونَ ثُمَّ تَتَحَاسَدُونَ ثُمَّ تَتَدَابَرُونَ ثُمَّ
تَتَبَاغَضُونَ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ ثُمَّ تَنْطَلِقُونَ فِي مَسَاكِينِ الْمُهَاجِرِينَ
فَتَجْعَلُونَ بَعْضَهُمْ عَلَى رِقَابِ بَعْضٍ
“Apabila
dibukakan kepada kalian harta simpanan Persia dan Romawi, menjadi kaum yang
seperti apakah kalian?” ‘Abdurrahman bin ‘Auf menjawab, “Kami akan mengatakan
sebagaimana yang Allah perintahkan kepada kami.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam bersabda, “Ataukah kalian menjadi selain itu? Kalian saling
berlomba-lomba, kemudian saling hasad, lalu saling berpaling, serta saling
bermusuhan atau yang seperti itu. Kemudian kalian akan pergi ke tempat
Muhajirin, lalu kalian menjadikan sebagian mereka di atas leher sebagian
lainnya.”
[Ibnu
Majah no.3986, Shahih : Shahih Ibnu Majah no.3245, Syaikh al-Albani]
Sebagian
manusia terfitnah oleh sifat Persia dalam hal harta, sehingga mereka menuntut
kepada Muhajirin, yakni Amirul Mukminin ‘Utsman bin al-‘Affan Radhiyallahu
‘anhu agar diberikan harta.
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ
قَالَ: جَاءَنِي رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ فِي خِلَافَةِ عُثْمَانَ فَكَلَّمَنِي،
فَإِذَا هُوَ يَأْمُرُنِي فِي كَلَامِهِ بِأَنْ أَعْيَبَ عَلَى عُثْمَانَ،
فَلَمَّا قَضَى كَلَامَهُ قُلْتُ
لَهُ: إِنَّا كُنَّا نَقُولُ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
حَيٌّ: أَفْضَلُ أُمَّةِ رَسُولِ اللَّهِ بَعْدَهُ أَبُو بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرُ،
ثُمَّ عُثْمَانُ، وَإِنَّا وَاللَّهِ مَا نَعْلَمُ عُثْمَانَ قَتَلَ نَفْسًا
بِغَيْرِ حَقٍّ، وَلَا جَاءَ مِنَ الْكَبَائِرِ شَيْئًا، وَلَكِنْ هُوَ هَذَا
الْمَالُ، فَإِنْ أَعْطَاكُمُوهُ رَضِيتُمْ، وَإِنْ أَعْطَاهُ أُولِي قَرَابَتِهِ
سَخِطْتُمْ، إِنَّمَا تُرِيدُونَ أَنْ تَكُونُوا كَفَارِسَ وَالرُّومِ، لَا
يَتْرُكُونَ لَهُمْ أَمِيرًا إِلَّا قَتَلُوهُ.
Bahwasanya
‘Abdullah bin ‘Umar berkata, “Seorang laki-laki dari Anshar mendatangiku pada
zaman Kekhalifahan ‘Utsman dengan berkata kepadaku. Ia memerintahkan kepadaku
dalam perkataannya untuk mencela ‘Utsman.”
Tatkala
ia selesai berbicara, maka aku berkata kepadanya, “Sesungguhnya semasa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam masih hidup kami berkata, “Orang yang
paling utama dari umatnya Rasulullah setelahnya adalah Abu Bakr, kemudian
‘Umar, lalu ‘Utsman. Dan aku, Demi Allah, tidaklah kami mengetahui ‘Utsman
pernah membunuh seorangpun tanpa hak atau melakukan dosa besar sedikitpun,
namun permasalahannya adalah mengenai harta. Jika ia memberikan (harta) tersebut kepada kalian, maka
kalian ridha. Dan jika ia memberikan (harta) tersebut kepada kerabatnya,
maka kalian membencinya. Sesungguhnya kalian menginginkan menjadi seperti
orang-orang Persia dan Romawi, tidaklah kalian meninggalkan bagi mereka seorang
pun pemimpin, kecuali membunuhnya.
[Fadhail ash-Shahabah li Ahmad bin Hanbal no.64 1/94]
وقد كان ، رضي الله عنه ، حسن الشكل ،
مليح الوجه ، كريم الأخلاق ، ذا حياء كثير ، وكرم غزير ، يؤثر أهله وأقاربه في الله
تأليفا لقلوبهم من متاع الحياة الدنيا الفاني ; لعله يرغبهم في إيثار ما يبقى على ما
يفنى ، كما كان النبي ، صلى الله عليه وسلم ، يعطي أقواما ويدع آخرين ; يعطي أقواما
خشية أن يكبهم الله على وجوههم في النار ، ويكل آخرين إلى ما جعل الله في قلوبهم من
الهدى والإيمان ، وقد عابه بسبب هذه الخصلة أقوام ، كما عاب بعض الخوارج على رسول الله
، صلى الله عليه وسلم ، في الإيثار . وقد قدمنا ذلك في غزوة حنين حيث قسم غنائمها
Beliau
(‘Utsman) Radhiyallahu ‘anhu memiliki penampilan yang menawan dan
berwajah tampan serta berakhlak mulia. Beliau sangat pemalu, seorang yang
mulia, perhatian kepada keluarga dan kerabatnya karena Allah, yaitu dalam
melunakkan hati mereka dengan memberikan kehidupan dunia yang fana. Mungkin
juga mengharapkan agar mereka (dapat) memilih yang abadi daripada yang fana.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dengan
memberikan suatu kaum dan sebaliknya (tidak memberi) kaum lainnya. Beliau
memberi kepada suatu kaum dikarenakan khawatir Allah akan menyeret wajah mereka
ke dalam Neraka, dan menyerahkan (kaum) lain kepada hidayah dan iman yang telah
disematkan Allah di dalam hati mereka, sehingga dicemooh oleh sekelompok kaum
dengan sebab ini, seperti cemoohan yang dilakukan oleh sebagian Khawarij
terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam memilih (yang lain
dalam pemberian). Dan kami telah memaparkannya pada peperangan Hunain ketika
beliau membagikan ghanimah.
[Al-Bidayah wa
an-Nihayah 7/224, al-Hafizh Ibnu Katsir]
Fitnah
ini merupakan Fitnah Tanduk Syaithan yang berasal dari arah Timur Madinah Pusat
Kekufuran, yakni Persia al-Majusi, sebagaimana yang telah Tanya Syiah Goreskan
Pena Part [12] Najd Irak Tanduk Setan Timur Madinah.
خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ بَيْتِ عَائِشَةَ فَقَالَ رَأْسُ الْكُفْرِ مِنْ هَاهُنَا
مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ يَعْنِي الْمَشْرِقَ
Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Sallam keluar dari rumah ‘Aisyah seraya bersabda, “Pusat
Kekufuran dari sana, yaitu tempat munculnya Tanduk Syaithan [قَرْنُ الشَّيْطَانِ].” Yakni Timur [الْمَشْرِقَ].
[Muslim no.5170]
[3301] قَوْلُهُ رَأْسُ الْكُفْرِ نَحْوَ
الْمَشْرِقِ فِي رِوَايَةِ الْكُشْمِيهَنِيِّ قِبَلَ الْمَشْرِقِ
وَفِي ذَلِكَ إِشَارَةٌ إِلَى
شِدَّةِ كُفْرِ الْمَجُوسِ لِأَنَّ مَمْلَكَةَ الْفُرْسِ وَمَنْ أَطَاعَهُمْ مِنَ
الْعَرَبِ كَانَتْ مِنْ جِهَةِ الْمَشْرِقِ بِالنِّسْبَةِ إِلَى الْمَدِينَةِ
وَكَانُوا فِي غَايَةِ الْقَسْوَةِ وَالتَّكَبُّرِ وَالتَّجَبُّرِ حَتَّى مَزَّقَ
مَلِكُهُمْ كِتَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا سَيَأْتِي
فِي مَوْضِعِهِ وَاسْتَمَرَّتِ الْفِتَنُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ كَمَا سَيَأْتِي
بَيَانُهُ وَاضِحًا فِي الْفِتَنِ
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, [رَأْسُ الْكُفْرِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ] “Pusat kekufuran berada di arah Timur [نَحْوَ الْمَشْرِقِ]” Dalam riwayat al-Kusymihaniy [قِبَلَ الْمَشْرِقِ] “Ke arah Timur.”
Hal tersebut memberikan isyarat akan kerasnya kekufuran
kaum Majusi, karena sesungguhnya kerajaan Persia dan
orang-orang yang mentaatinya dari bangsa ‘Arab yang merupakan
berada di arah Timur [الْمَشْرِقِ]
ketika dilihat dari kota Madinah [الْمَدِينَةِ]. Dan mereka berada pada puncak kekerasan hati, kesombongan dan
keangkuhan hingga raja mereka merobek-robek surat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam sebagaimana yang akan disebutkan pada tempatnya nanti. Dan berlangsungnya
Fitnah [الْفِتَنُ] secara terus menerus dari
arah Timur [الْمَشْرِقِ] sebagaimana yang akan dijelaskan pada
pembahasan tentang fitnah.
[Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari 6/352, al-Hafidzh
Ibnu Hajar al-Asqalani]
Fitnah
bermula dari kalangan Khawarij Irak membicarakan keburukan bagi Amirul Mukminin
‘Utsman bin al-‘Affan Radhiyallahu ‘anhu yang merupakan menantu Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang telah menikahi 2 Ahlul Bayt puteri beliau
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
وَذَكَرَ الْفِتَنَ فَقَرَّبَهَا
فَمَرَّ رَجُلٌ مُقَنَّعٌ فِي ثَوْبٍ فَقَالَ هَذَا يَوْمَئِذٍ عَلَى الْهُدَى
فَقُمْتُ إِلَيْهِ فَإِذَا هُوَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ قَالَ فَأَقْبَلْتُ
عَلَيْهِ بِوَجْهِهِ فَقُلْتُ هَذَا قَالَ نَعَمْ
Lalu
beliau (Rasulullah) menyebutkan beberapa fitnah yang telah dekat, kemudian melintaslah
seorang laki-laki yang bertutupkan kepala, beliau berkata, “Orang inilah yang
pada hari tersebut berada di atas petunjuk.” Maka aku bergegas menuju
kepadanya, ternyata dia adalah Utsman bin ‘Affan. lalu aku menatap wajahnya dan
berkata, “Apakah orang ini?” beliau menjawab, “Iya, benar.”
[Tirmidzi
no.3637, Shahih : Shahih Tirmidzi no.3704, Syaikh al-Albani]
سَنَةُ ثَلَاثٍ وَثَلَاثِينَ
Tahun 33 Hijriyyah
وَفِيهَا سَيَّرَ أَمِيرُ
الْمُؤْمِنِينَ جَمَاعَةً مِنْ قُرَّاءِ أَهْلِ الْكُوفَةِ إِلَى الشَّامِ،
وَكَانَ سَبَبُ ذَلِكَ أَنَّهُمْ تَكَلَّمُوا بِكَلَامٍ قَبِيحٍ فِي مَجْلِسِ
سَعِيدِ بْنِ عَامِرٍ
Pada
tahun ini, Amirul Mukminin (‘Utsman) memberangkatkan sekelompok Qura’
Penduduk Kufah ke Syam, Sebabnya adalah bahwasanya mereka berbicara dengan
pembicaraan yang buruk di dalam majlis Sa’id bin ‘Amir.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/185, al-Hafizh Ibnu Katsir]
وَفِي هَذِهِ السَّنَةِ سَيَّرَ
عُثْمَانُ بَعْضَ أَهْلِ الْبَصْرَةِ مِنْهَا إِلَى الشَّامِ، وَإِلَى مِصْرَ
بِأَسْبَابٍ مُسَوِّغَةٍ لِمَا فَعَلَهُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَكَانَ هَؤُلَاءِ
مِمَّنْ يُؤَلِّبُ عَلَيْهِ وَيُمَالِئُ الْأَعْدَاءَ فِي الْحَطِّ وَالْكَلَامِ
فِيهِ، وَهُمُ الظَّالِمُونَ فِي ذَلِكَ، وَهُوَ الْبَارُّ الرَّاشِدُ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ
Pada
tahun ini (33 H) juga ‘Utsman memberangkatkan sebagian penduduk Bashrah
dari Bashrah ke Syam, dan ke Mesir. penyebab kebijakan yang dilakukan oleh
beliau Radhiyallahu ‘anhu tersebut adalah dikarenakan orang-orang tersebut memprovokasi
terhadap dirinya (‘Utsman) dan melonggarkan para musuh untuk mendarat (di
wilayah Islam) serta membicarakan tentang dirinya. Mereka adalah orang-orang yang
dzhalim, sedangkan beliau Radhiyallahu ‘anhu adalah pemimpin yang banyak
berbuat kebajikan.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/186, al-Hafizh Ibnu Katsir]
سَنَةُ أَرْبَعٍ وَثَلَاثِينَ
Tahun 34 Hijriyyah
وَفِي هَذِهِ السَّنَةِ تكاتب
المنحرفون عن طاعة عثمان وَكَانَ جُمْهُورُهُمْ مِنْ أَهْلِ الْكُوفَةِ - وَهُمْ
فِي مُعَامَلَةِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ خَالِدِ بْنِ الْوَلِيدِ بِحِمْصَ
مَنْفِيُّونَ عَنِ الْكُوفَةِ
Pada
tahun ini orang-orang yang menyimpang dari ketaatan terhadap ‘Utsman saling
berkirim surat, mayoritas mereka adalah berasal dari penduduk Kufah. Mereka
adalah orang-orang yang tinggal di wilayah kerja ‘Abdurrahman bin Khalid bin
al-Walid di Homs yang di mana mereka telah diusir dari Kufah.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/186, al-Hafizh Ibnu Katsir]
سنة خمس وثلاثين
Tahun 35 Hijriyyah
تكاتب أَهْلُ مِصْرَ وَأَهْلُ
الْكُوفَةِ وَأَهْلُ الْبَصْرَةِ وَتَرَاسَلُوا، وَزُوِّرَتْ كُتُبٌ عَلَى لِسَانِ
الصَّحَابَةِ الَّذِينَ بِالْمَدِينَةِ، وَعَلَى لِسَانِ عَلِيٍّ وَطَلْحَةَ
وَالزُّبَيْرِ، يَدْعُونَ النَّاسَ إِلَى قِتَالِ عُثْمَانَ وَنَصْرِ الدِّينِ،
وَأَنَّهُ أَكْبَرُ الجهاد اليوم.
Penduduk
Mesir dan penduduk Kufah serta penduduk Bashrah saling berkirim surat dengan
merekayasa surat atas nama Shahabat yang berada di Madinah dan mengatas-namakan
‘Aliy, Thalhah dan az-Zubair. Mereka mengajak manusia untuk membunuh ‘Utsman serta
menolong agama dan hal tersebut merupakan jihad yang terbesar pada hari itu.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/194, al-Hafizh Ibnu Katsir]
أَنَّ هَؤُلَاءِ الْخَوَارِجَ
قَبَّحَهُمُ اللَّهُ، زَوَّرُوا كُتُبًا عَلَى لِسَانِ الصَّحَابَةِ إِلَى
الْآفَاقِ يُحَرِّضُونَهُمْ عَلَى قِتَالِ عُثْمَانَ،
Bahwasanya
mereka kaum Khawarij, semoga Allah memburukkan mereka, telah memanipulasi
sejumlah surat atas nama para Shahabat ke segala penjuru dalam mendorong mereka
untuk menyerang ‘Utsman.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/218, al-Hafizh Ibnu Katsir]
أَنَّ الصَّحَابَةَ كَتَبُوا إِلَى
الْآفَاقِ مِنَ الْمَدِينَةِ يَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْقُدُومِ عَلَى عُثْمَانَ
لِيُقَاتِلُوهُ، وَهَذَا كَذِبٌ عَلَى الصَّحَابَةِ، وَإِنَّمَا كُتِبَتْ كُتُبٌ
مُزَوَّرَةٌ عَلَيْهِمْ، كَمَا كَتَبُوا مِنْ جِهَةِ عَلِيٍّ وَطَلْحَةَ
وَالزُّبَيْرِ إِلَى الْخَوَارِجِ كُتُبًا مُزَوَّرَةً عَلَيْهِمْ أَنْكَرُوهَا
Bahwasanya
para Shahabat menulis surat ke segala penjuru dari Madinah dengan memerintahkan
manusia untuk menghadapi ‘Utsman karena mereka (Shahabat) hendak
menyerangnya (‘Utsman). Ini adalah kedustaan terhadap Shahabat, dan
sesungguhnya surat yang ditulis adalah rekayasa atas nama mereka. Sebagaimana
yang mereka tulis yang datangnya dari sisi ‘Aliy, Thalhah, dan az-Zubair kepada
Khawarij, surat-surat yang direkayasa atas nama mereka yang di mana mereka
(Shahabat) telah mengingkarinya.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/196, al-Hafizh Ibnu Katsir]
Selanjutnya
mereka (Khawarij) mengepung rumah Amirul Mukminin ‘Utsman Radhiyallahu
‘anhu.
- الثَّالِثُ -
أَنَّ هَؤُلَاءِ الْخَوَارِجَ لَمَّا اغْتَنَمُوا غَيْبَةَ كَثِيرٍ مِنْ أَهْلِ
الْمَدِينَةِ فِي أَيَّامِ الْحَجِّ، وَلَمْ تَقْدِمِ الْجُيُوشُ مِنَ الْآفَاقِ
لِلنُّصْرَةِ، بَلْ لَمَّا اقْتَرَبَ مَجِيئُهُمْ، انْتَهَزُوا فُرْصَتَهُمْ،
قَبَّحَهُمُ اللَّهُ، وَصَنَعُوا مَا صَنَعُوا مِنَ الْأَمْرِ الْعَظِيمِ
-Ketiga-
Bahwasanya Khawarij tersebut mengambil kesempatan di saat kebanyakan penduduk
Madinah sedang tidak ada (di Madinah) pada saat musim Haji. Sedangkan pasukan
dari segala penjuru belum tiba untuk membantu. Bahkan ketika mereka (pasukan
bantuan) hampir tiba, mereka
(Khawarij) segera mengambil kesempatan, semoga Allah memburukkan mereka,
melakukan apa yang mereka ingin lakukan dalam perkara yang besar.
- الرَّابِعُ -
أَنَّ هَؤُلَاءِ الْخَوَارِجُ كَانُوا قَرِيبًا مِنْ أَلْفَيْ مُقَاتِلٍ مِنَ
الْأَبْطَالِ، وَرُبَّمَا لَمْ يَكُنْ فِي أَهْلِ الْمَدِينَةِ هَذِهِ الْعِدَّةُ
مِنَ الْمُقَاتِلَةِ، لِأَنَّ النَّاسَ كَانُوا فِي الثُّغُورِ وَفِي
الْأَقَالِيمِ فِي كُلِّ جهة،
-Keempat-
Bahwasanya Khawarij tersebut jumlahnya hampir 2.000 pasukan yang gagah berani, sehingga
bagi penduduk Madinah jumlahnya tidak sebanding untuk melakukan perlawanan.
Karena manusia sedang berada di sejumlah benteng, wilayah, dan (tersebar) di segala
arah.
ومع هذا كان كثير من الصحابة
اعْتَزَلَ هَذِهِ الْفِتْنَةَ وَلَزِمُوا بُيُوتَهُمْ، وَمَنْ كَانَ يحضر منهم
المسجد لا يجئ إِلَّا وَمَعَهُ السَّيْفُ، يَضَعُهُ عَلَى حَبْوَتِهِ إِذَا
احْتَبَى، وَالْخَوَارِجُ مُحْدِقُونَ بِدَارِ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
وَرُبَّمَا لَوْ أَرَادُوا صَرْفَهُمْ عَنِ الدَّارِ لما أمكنهم ذلك
Selain
itu, kebanyakan Shahabat menghindari fitnah ini dan tinggal di dalam
rumah-rumah mereka. Sebagian mereka mendatangi Masjid, tidak datang melainkan
bersamanya sebilah pedang, ia membawanya di dalam pakaiannya ketika menutupi (tubuh).
Sedangkan Khawarij mengepung rumah ‘Utsman Radhiyallahu ‘anhu, sehingga jika
mereka ingin memalingkan diri dari rumah tersebut, maka tidak mungkin bagi
mereka untuk melakukannya.
ولكن كبار الصحابة قد بعثوا أولادهم
إلى الدار يحاجفون عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، لِكَيْ تَقْدَمَ الجيوش
من الأمصار لنصرته، فما فجئ النَّاسَ إِلَّا وَقَدْ ظَفِرَ أُولَئِكَ بِالدَّارِ
مِنْ خَارِجِهَا، وَأَحْرَقُوا بَابَهَا، وَتَسَوَّرُوا عَلَيْهِ حَتَّى
قَتَلُوهُ،
Akan
tetapi para tokoh Shahabat mengirimkan anak-anak mereka ke rumah tersebut untuk
melindungi ‘Utsman Radhiyallahu ‘anhu, dikarenakan sejumlah pasukan dari segala
penjuru akan tiba menolongnya. Ketika mendatangi mereka, (ternyata) mereka
telah menguasai rumah tersebut dari luar. Mereka membakar pintunya, dan
menyelinap masuk hingga membunuhnya (‘Utsman).
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/220-221, al-Hafizh Ibnu
Katsir]
Hingga
akhirnya, Amirul Mukminin ‘Utsman Radhiyallahu ‘anhu pun Syahid dibunuh dengan
cara yang dzalim di rumahnya oleh Khawarij, dan Baitul Mal pun dijarah hartanya
oleh mereka.
ذَكَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِتْنَةً فَمَرَّ رَجُلٌ فَقَالَ يُقْتَلُ فِيهَا هَذَا الْمُقَنَّعُ
يَوْمَئِذٍ ظُلْمًا قَالَ فَنَظَرْتُ فَإِذَا هُوَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ رَضِيَ
اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ
Tatkala
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyebutkan fitnah, melintaslah
seorang laki-laki. Lantas beliau bersabda, “Ketika terjadinya (fitnah), orang
yang bertutup kepala ini akan dibunuh secara dzhalim.” Kemudian (Ibnu ‘Umar)
berkata, “Lalu aku melihat orang tersebut, ia adalah ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu
Ta’ala ‘anhu.”
[Ahmad no.5682, Shahih : Musnad Imam Ahmad no.5953,
Syaikh Ahmad
Muhammad Syakir]
أَنَّهُ نَادَى مناد منهم: أيحل
لنادمه وَلَا يَحِلُّ لَنَا مَالُهُ، فَانْتَهَبُوهُ ثُمَّ خَرَجُوا فَأَغْلَقُوا
الْبَابَ عَلَى عُثْمَانَ وَقَتِيلَيْنِ مَعَهُ،
Bahwasanya
seseorang dari mereka menyerukan sebuah seruan, “Apakah halal darahnya (‘Utsman)
bagi kami, sedangkan hartanya tidak halal bagi kami.” Lalu mereka mengurasnya,
kemudian mereka pergi dan menutup pintu (rumah dengan meninggalkan) ‘Utsman beserta
dua orang yang terbunuh bersamanya.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/211, al-Hafizh Ibnu Katsir]
ثُمَّ تَنَادَى الْقَوْمُ: أَنْ
أَدْرِكُوا بَيْتَ الْمَالِ لَا تَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ، فَسَمِعَهُمْ حَفَظَةُ
بَيْتِ الْمَالِ فَقَالُوا: يَا قَوْمُ النجا النجا، فَإِنَّ هَؤُلَاءِ الْقَوْمَ
لَمْ يَصْدُقُوا فِيمَا قَالُوا مِنْ أَنَّ قَصْدَهُمْ قِيَامُ الْحَقِّ وَالْأَمْرُ
بِالْمَعْرُوفِ والنَّهي عَنِ الْمُنْكَرِ وَغَيْرُ ذَلِكَ مِمَّا ادَّعَوْا
أَنَّهُمْ إِنَّمَا قَامُوا لِأَجْلِهِ وَكَذَبُوا إِنَّمَا قَصْدُهُمُ
الدُّنْيَا، فَانْهَزَمُوا وَجَاءَ الْخَوَارِجُ فَأَخَذُوا مَالَ بَيْتِ المال
وكان فيه شئ كثير جدا
Kemudian
kaum tersebut berteriak, “Datangilah Baitul Mal, jangan sampai kalian
tertinggal dalam menjarahnya.” Lantas para penjaga Baitul Mal mendengar mereka
seraya berkata, “Wahai kaum selamatkanlah diri kalian, selamatkanlah diri
kalian.” Sesungguhnya kaum (pembunuh ‘Utsman) tersebut tidak jujur, yakni tujuan mereka adalah
menegakkan kebenaran serta amar ma’ruf nahi munkar dan selain dari itu, mereka
mengklaim bahwasanya mereka melaksanakannya karena tujuan tersebut, namun
mereka berdusta, karena sesungguhnya tujuan mereka adalah dunia. Akhirnya
mereka (para penjaga) melarikan diri, ketika Khawarij tersebut telah tiba,
dengan menjarah harta Baitul Mal yang di mana di dalamnya terdapat banyak
sekali harta.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/211, al-Hafizh Ibnu Katsir]
Kemudian terjadilah peperangan Jamal dan Shiffin dalam
menuntut darah ‘Utsman bin al-‘Affan Radhiyallahu ‘anhu yang telah dibunuh secara
dzalim oleh Khawarij, yang di mana para pembunuh ‘Utsman banyak yang menyusup
di pasukan Amirul Mukminin ‘Aliy Radhiyallahu ‘anhu.
أَنَّ عَلِيًّا كَانَ إِذْ ذَاكَ
إِمَامَ الْمُسْلِمِينَ وَأَفْضَلَهُمْ يَوْمَئِذٍ بِاتِّفَاقِ أَهْلِ السُّنَّةِ
وَلِأَنَّ أَهْلَ الْحَلِّ وَالْعَقْدِ بَايَعُوهُ بَعْدَ قَتْلِ عُثْمَانَ
وَتَخَلَّفَ عَنْ بَيْعَتِهِ مُعَاوِيَةُ فِي أَهْلِ الشَّامِ ثُمَّ خَرَجَ
طَلْحَةُ وَالزُّبَيْرُ وَمَعَهُمَا عَائِشَةُ إِلَى الْعِرَاقِ فَدَعَوُا
النَّاسَ إِلَى طَلَبِ قَتَلَةِ عُثْمَانَ لِأَنَّ الْكَثِيرَ مِنْهُمُ انْضَمُّوا
إِلَى عَسْكَرِ عَلِيٍّ
Bahwasanya ‘Aliy adalah Imam kaum Muslimin dan yang paling utama
pada saat itu dengan kesepakatan Ahlus Sunnah, dikarenakan Ahlul Halli wal
‘Aqdi membai’atnya setelah terbunuhnya ‘Utsman. Sedangkan Mu’awiyyah bersama
penduduk Syam menolak membai’atnya. Kemudian Thalhah dan Zubair bersama ‘Aisyah
keluar menuju Irak dengan mengajak manusia untuk menuntut pembunuhan ‘Utsman,
dikarenakan mereka (pembunuh ‘Utsman) banyak yang bergabung (menyusup) di dalam
pasukan ‘Aliy.
[Fathul Baariy Syarah Shahih al-Bukhariy 6/616, al-Hafizh
Ibnu Hajar al-Asqalaniy]
أُولَئِكَ الْخَوَارِجِ الَّذِينَ
قَتَلُوا عُثْمَانَ، مَعَ إنَّ عَلِيًّا فِي نَفْسِ الْأَمْرِ يَكْرَهُهُمْ،
وَلَكِنَّهُ تَرَبَّصَ بِهِمُ الدَّوَائِرَ، وَيَوَدُّ لَوْ تَمَكَّنَ مِنْهُمْ
لِيَأْخُذَ حَقَّ اللَّهِ مِنْهُمْ،
Mereka
adalah Khawarij yang telah membunuh Utsman, padahal Aliy sangat membenci
mereka, akan tetapi beliau menunggu kehancuran mereka dan sangat ingin jika
berhasil menguasai mereka, maka beliau akan mengambil hak Allah.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/257, al-Hafizh Ibnu Katsir]
وَلَمَّا اسْتَقَرَّ أَمْرُ بَيْعَةِ
علي دخل عليه طلحة والزبير ورؤس الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، وَطَلَبُوا
مِنْهُ إِقَامَةَ الْحُدُودِ، وَالْأَخْذَ بِدَمِ عُثْمَانَ.
فَاعْتَذَرَ إِلَيْهِمْ بِأَنَّ
هَؤُلَاءِ لَهُمْ مَدَدٌ وَأَعْوَانٌ، وَأَنَّهُ لَا يُمْكِنُهُ ذَلِكَ يَوْمَهُ
هَذَا، فَطَلَبَ مِنْهُ الزُّبَيْرُ أَنْ يُوَلِّيَهُ إِمْرَةَ الْكُوفَةِ
لِيَأْتِيَهُ بِالْجُنُودِ، وَطَلَبَ مِنْهُ طَلْحَةُ أَنْ يُوَلِّيَهُ إِمْرَةَ
الْبَصْرَةِ، لِيَأْتِيَهُ مِنْهَا بالجنود ليقوى بِهِمْ عَلَى شَوْكَةِ هَؤُلَاءِ
الْخَوَارِجِ،
Pada saat pembaiatan ‘Aliy telah diputuskan, maka Thalhah,
az-Zubair, dan para pemimpin Shahabat Radhiyallahu ‘anhum pun menemuinya.
Mereka meminta darinya agar ditegakkan hudud dan menuntut darah ‘Utsman.
Lalu (‘Aliy) memberikan alasan kepada mereka bahwasanya
orang-orang tersebut sangat banyak dan beragam, sehingga tidak mungkin memenuhi
tuntutan tersebut saat itu juga. Lantas az-Zubair menuntut darinya agar diberikan
wewenang kekuasaan beberapa pasukan di Kufah. Thalhah juga menuntut darinya
agar diberikan wewenang kekuasaan beberapa pasukan di Bashrah, untuk memperkuat
mereka dalam menghadapi gerombolan Khawarij.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/255, al-Hafizh Ibnu Katsir]
وَقَامَ فِي النَّاسِ مُعَاوِيَةُ
وَجَمَاعَةٌ مِنَ الصَّحَابَةِ مَعَهُ يُحَرِّضُونَ النَّاسَ عَلَى الْمُطَالَبَةِ
بِدَمِ عُثْمَانَ، مِمَّنْ قَتَلَهُ مِنْ أُولَئِكَ الْخَوَارِجِ
Mu’awiyyah beserta sejumlah Shahabat menghampiri manusia
dengan mendorong mereka untuk menuntut darah ‘Utsman yang telah dibunuh oleh
kalangan Khawarij.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/255, al-Hafizh Ibnu Katsir]
Lalu terjadilah peperangan Jamal, yang dilanjutkan dengan
peperangan Shiffin yang mengakibatkan Tahkim antara kedua belah pihak, yakni
pihak ‘Aliy dan pihak Mu’awiyyah Radhiyallahu ‘anhuma.
Namun ijtihad ‘Aliy-lah bersama penduduk Irak yang lebih
mendekati kebenaran daripada ijtihad Mu’awiyyah beserta penduduk Syam yang
menuntut darah ‘Utsman, yaitu menstabilkan keadaan terlebih dahulu agar lebih
kondusif, barulah setelah itu ditegakkan qishas atas pembunuhan ‘Utsman yang
dilakukan oleh Khawarij.
Dan pihak ‘Aliy Radhiyallahu ‘anhu-lah yang memerangi
Khawarij.
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَقْتَتِلَ فِئَتَانِ عَظِيمَتَانِ
وَتَكُونُ بَيْنَهُمَا مَقْتَلَةٌ عَظِيمَةٌ وَدَعْوَاهُمَا وَاحِدَةٌ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Tidaklah
tegak hari Kiamat hingga dua kelompok besar saling berperang dan terjadi di
antara keduanya peperangan yang besar, padahal dakwah keduanya adalah satu. [Muslim
no.5142]
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ذَكَرَ قَوْمًا يَكُونُونَ فِي أُمَّتِهِ يَخْرُجُونَ فِي فُرْقَةٍ مِنْ
النَّاسِ سِيمَاهُمْ التَّحَالُقُ قَالَ هُمْ شَرُّ الْخَلْقِ أَوْ مِنْ أَشَرِّ الْخَلْقِ
يَقْتُلُهُمْ أَدْنَى الطَّائِفَتَيْنِ إِلَى الْحَقِّ قَالَ فَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَهُمْ مَثَلًا أَوْ قَالَ قَوْلًا الرَّجُلُ يَرْمِي الرَّمِيَّةَ
أَوْ قَالَ الْغَرَضَ فَيَنْظُرُ فِي النَّصْلِ فَلَا يَرَى بَصِيرَةً وَيَنْظُرُ فِي
النَّضِيِّ فَلَا يَرَى بَصِيرَةً وَيَنْظُرُ فِي الْفُوقِ فَلَا يَرَى بَصِيرَةً
قَالَ قَالَ أَبُو سَعِيدٍ وَأَنْتُمْ
قَتَلْتُمُوهُمْ يَا أَهْلَ الْعِرَاقِ
Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyebutkan
suatu kaum yang akan muncul di umatnya yang keluar ketika
manusia terpecah belah. Ciri-ciri mereka adalah berkepala gundul,
(Abu Sa’id) mengatakan, “Mereka adalah seburuk-buruk makhluk atau di antara
makhluk yang paling buruk yang memerangi mereka adalah salah satu
dari dua kelompok yang mendekati kebenaran.” (Abu Sa’id)
melanjutkan, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memberikan perumpamaan tentang
mereka atau bersabda, “Seorang laki-laki yang hendak melesatkan panahan atau
sasaran, kemudian ia melihat mata anak panahnya namun tidak melihat sesuatupun
(darah), lalu ia melihat batang anak panahnya namun tidak melihat sesuatupun
(darah), lantas ia melihat ujung anak panah tempat tali busurnya namun tidak
melihat sesuatupun (darah).”
Abu Sa’id berkata, “Dan kalianlah yang telah memerangi
mereka, wahai penduduk Irak.” [Muslim no.1766]
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ فِي أُمَّتِي فِرْقَتَانِ فَتَخْرُجُ مِنْ بَيْنِهِمَا
مَارِقَةٌ يَلِي قَتْلَهُمْ أَوْلَاهُمْ بِالْحَقِّ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Akan ada
dua kelompok di umatku, kemudian di antara dua kelompok tersebut akan keluar
suatu kelompok yang akan diperangi oleh (kelompok) yang lebih mendekati
kebenaran.” [Muslim no.1768]
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي حَدِيثٍ ذَكَرَ فِيهِ قَوْمًا يَخْرُجُونَ عَلَى فُرْقَةٍ مُخْتَلِفَةٍ
يَقْتُلُهُمْ أَقْرَبُ الطَّائِفَتَيْنِ مِنْ الْحَقِّ
Dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam hadits yang
disebutkan di dalamnya, “Suatu kaum yang keluar dari kelompok yang berselisih,
yang akan diperangi oleh salah satu (kelompok) yang lebih mendekati kebenaran.”
[Muslim no.1770]
فَهَذَا الْحَدِيثُ الصَّحِيحُ
دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ كِلْتَا الطَّائِفَتَيْنِ المُقْتَتِلَتَيْنِ - عَلِيٌّ
وَأَصْحَابُهُ وَمُعَاوِيَةُ وَأَصْحَابُهُ - عَلَى حَقٍّ وَأَنَّ عَلِيًّا
وَأَصْحَابَهُ كَانُوا أَقْرَبَ إلَى الْحَقِّ مِنْ مُعَاوِيَةَ وَأَصْحَابِهِ.
فَإِنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ هُوَ الَّذِي قَاتَلَ الْمَارِقِينَ وَهُمْ
" الْخَوَارِجُ الحرورية " الَّذِينَ كَانُوا مِنْ شِيعَةِ عَلِيٍّ
Hadits shahih ini adalah sebuah dalil bahwasanya kedua
kelompok yang berperang tersebut, yakni ‘Aliy bersama para sahabatnya dan
Mu’awiyyah beserta para sahabatnya, berada di atas kebenaran. Dan bahwasanya ‘Aliy
bersama para sahabatnyalah yang lebih mendekati kepada kebenaran daripada
Mu’awiyyah beserta para sahabatnya. Dan sesungguhnya ‘Aliy bin Abi Thalib-lah
yang memerangi al-Mariqin, yakni “Khawarij al-Haruriyyah” yang merupakan
Syiah ‘Aliy.
[Majmu’
al-Fatawa 4/467, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah]
فهذا الحديث من دلائل النبوة إذ قد
وقع الأمر طبق ما أخبر به عليه الصلاة والسلام، وَفِيهِ الْحُكْمُ بِإِسْلَامِ
الطَّائِفَتَيْنِ أَهْلِ الشَّام وَأَهْلِ العراق،
Hadits ini merupakan bukti kenabian, yaitu telah benar-benar
terjadi peristiwa yang sesuai dengan khabarnya (Rasulullah) ‘alaihi Shalatu wa
Sallam. Dan di dalamnya terdapat hukum keislaman kedua kelompok tersebut, yakni
penduduk Syam dan penduduk Irak.
لا كما يزعمه فرقة الرافضة والجهلة
الطغام، مِنْ تَكْفِيرِهِمْ أَهْلَ الشَّامِ،
Tidak seperti anggapan kelompok Rafidhah (Syiah), Juhala dan
Jahat dalam mengkafirkan penduduk Syam.
وَفِيهِ أَنَّ أَصْحَابَ عَلِيٍّ
أَدْنَى الطَّائفتين إِلَى الْحَقِّ، وَهَذَا هُوَ مَذْهَبُ أَهْلِ السُّنَّةِ
وَالْجَمَاعَةِ أنَّ عَلِيًّا هُوَ المصيب وإن كان معاوية مجتهداً، وهو مأجور إن
شاء الله، ولكن علي هو الإمام فَلَهُ أَجْرَانِ كَمَا ثَبَتَ فِي صَحِيحِ
الْبُخَارِيِّ مِنْ حَدِيثِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
Dan (juga) dalam (hadits ini terdapat keterangan) bahwasanya
para sahabat ‘Aliy lebih mendekati kebenaran. Ini adalah madzhab Ahlus Sunnah
wal Jama’ah bahwasanya ia (‘Aliy) berada dalam kebenaran, dan Mu’awiyyah yang (memeranginya
dilakukan) atas dasar ijtihad. Sehingga ia (Mu’awiyyah) tetap mendapatkan
pahala, sedangkan ‘Aliy yang merupakan Imam mendapatkan dua pahala sebagaimana
yang telah tercantum di dalam Shahih al-Bukhariy dari hadits ‘Amr bin al-‘Ash,
bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
" إِذَا
اجْتَهَدَ الْحَاكِمُ فَأَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ وَإِذَا اجْتَهَدَ فَأَخْطَأَ
فَلَهُ أَجْرٌ "
“Apabila seorang Hakim berijtihad dan benar, maka baginya
dua pahala. Dan apabila ijtihadnya salah, maka baginya satu pahala.”
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/310, al-Hafizh Ibnu Katsir]
Kemudian terjadilah Tahkim antara ‘Aliy dan Mu’awiyyah
Radhiyallahu ‘anhuma.
فَرَاسَلُوا أَهْلَ الشَّامِ فِي
ذَلِكَ فَقَالُوا ابْعَثُوا حَكَمًا مِنْكُمْ وَحَكَمًا مِنَّا وَيَحْضُرُ
مَعَهُمَا مَنْ لَمْ يُبَاشِرِ الْقِتَالَ فَمَنْ رَأَوُا الْحَقَّ مَعَهُ
أَطَاعُوهُ فَأَجَابَ عَلِيٌّ وَمَنْ مَعَهُ إِلَى ذَلِكَ وَأَنْكَرَتْ ذَلِكَ
تِلْكَ الطَّائِفَةُ الَّتِي صَارُوا خَوَارِجَ وَكَتَبَ عَلِيٌّ بَيْنَهُ وَبَيْنَ
مُعَاوِيَةَ كِتَابَ الْحُكُومَةِ بَيْنَ أَهْلِ الْعِرَاقِ وَالشَّامِ هَذَا مَا
قَضَى عَلَيْهِ أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مُعَاوِيَةَ فَامْتَنَعَ أَهْلُ
الشَّامِ مِنْ ذَلِكَ وَقَالُوا اكْتُبُوا اسْمَهُ وَاسْمَ أَبِيهِ فَأَجَابَ
عَلِيٌّ إِلَى ذَلِكَ فَأَنْكَرَهُ عَلَيْهِ الْخَوَارِجُ أَيْضًا ثُمَّ انْفَصَلَ
الْفَرِيقَانِ عَلَى أَنْ يَحْضُرَ الْحَكَمَانِ وَمَنْ مَعَهُمَا بَعْدَ مُدَّةٍ
عَيَّنُوهَا فِي مَكَانٍ وَسَطٍ بَيْنَ الشَّامِ وَالْعِرَاقِ
Penduduk Syam mengirim utusan seraya berkata, “Utuslah
seorang hakim dari kalian dan seorang hakim dari kami serta menghadirkan
bersama keduanya yang tidak turut serta dalam peperangan. Barangsiapa yang
dipandang dalam kebenaran, maka diharuskan untuk ditaati.” ‘Aliy dan
orang-orang yang bersamanya menerimanya, namun terdapat orang yang menolaknya,
yakni kelompok yang menjadi Khawarij. ‘Aliy dan Mu’awiyyah menulis kesepakatan
antara penduduk Irak dan Syam, “Inilah yang ditetapkan oleh Amirul Mukminin dan
Mu’awiyyah.” Namun penduduk Syam menolaknya dan berkata, “Tulislah namanya dan
nama ayahnya saja.” ‘Aliy pun menerimanya, namun Khawarij tetap menolaknya juga.
Kemudian berpisahlah kedua kelompok tersebut untuk menghadiri kedua hakim dan
orang-orang yang bersamanya. Setelah itu mereka menyaksikannya di daerah
pertengahan antara Syam dan Irak.
وَيَرْجِعُ الْعَسْكَرَانِ إِلَى
بِلَادِهِمْ إِلَى أَنْ يَقَعَ الْحُكْمُ فَرَجَعَ مُعَاوِيَةُ إِلَى الشَّامِ
وَرَجَعَ عَلِيٌّ إِلَى الْكُوفَةِ فَفَارَقَهُ الْخَوَارِجُ وَهُمْ ثَمَانِيَةُ
آلَافٍ وَقِيلَ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْ عَشَرَةِ آلَافٍ وَقِيلَ سِتَّةُ آلَافٍ
وَنَزَلُوا مَكَانًا يُقَالُ لَهُ حَرُورَاءُ ثَمَّ قِيلَ لَهُمُ الْحَرُورِيَّةُ
Kedua pasukan tersebut kembali ke negerinya masing-masing
hingga terjadinya Tahkim, lantas Mu’awiyyah kembali ke Syam dan ‘Aliy kembali
ke Kufah. Sedangkan Khawarij memisahkan diri, jumlah mereka sebanyak 8.000
orang, dikatakan juga mereka berjumlah 10.000 orang, dan ada yang megatakan
6.000 orang. Kemudian mereka menempati wilayah yang bernama Harura’, sehingga
mereka disebut Haruriyyah.
[Fathul
Bari 12/284, al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani]
Harura’ adalah sebuah desa yang berada di kota Kufah, di
sanalah tempat tinggalnya Khawarij yang menentang ‘Aliy bin Abi Thalib
Radhiyallahu ‘anhu, mereka dinisbatkan kepadanya (Harura’).
[Athlas
al-Hadits an-Nabawi Min al-Kutub ash-Shihah as-Sittah 146, Dr. Syauqi Abu
Khalil]
فَإِنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
لَمَّا كَاتَبَ مُعَاوِيَةَ وَحَكَمَ الْحَكَمَانِ خَرَجَ عَلَيْهِ ثَمَانِيَةُ آلَافٍ
مِنْ قُرَّاءِ النَّاسِ فَنَزَلُوا بِأَرْضٍ يُقَالُ لَهَا حَرُورَاءُ مِنْ جَانِبِ
الْكُوفَةِ وَإِنَّهُمْ عَتَبُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا انْسَلَخْتَ مِنْ قَمِيصٍ أَلْبَسَكَهُ
اللَّهُ تَعَالَى وَاسْمٍ سَمَّاكَ اللَّهُ تَعَالَى بِهِ ثُمَّ انْطَلَقْتَ فَحَكَّمْتَ
فِي دِينِ اللَّهِ فَلَا حُكْمَ إِلَّا لِلَّهِ تَعَالَى
Tatkala ‘Aliy Radhiyallahu ‘anhu menuliskan (perjanjian
kesepakatan) dengan
Mu’awiyyah dan dua orang hakim telah memutuskan, maka keluarlah darinya (‘Aliy)
sebanyak 8.000 orang dari kalangan Qurra’. Mereka menetap di daerah yang
bernama Harura’ yang terletak di dekat Kufah, sesungguhnya mereka mencelanya
(‘Aliy) seraya berkata, “Engkau telah melepaskan pakaian yang Allah Ta’ala telah
sematkan dan (melepaskan) nama yang Allah Ta’ala telah berikan kepadamu.
Kemudian engkau pergi lalu (mengutus) hakim di dalam agama Allah, padahal tidak
ada hukum kecuali milik Allah Ta’ala.”
[Ahmad no.621, Shahih : Musnad Imam Ahmad no.656, Syaikh Ahmad Muhammad Syakir]
وَأَنَّهُمْ عَتَبُوا عَلَيْهِ فِي
كَوْنِهِ حكم الرجال، وأنه محى اسْمَهُ مِنَ الْإِمْرَةِ، وَأَنَّهُ غَزَا يَوْمَ
الْجَمَلِ فَقَتَلَ الْأَنْفُسَ الْحَرَامَ وَلَمْ يَقْسِمِ الْأَمْوَالَ
وَالسَّبْيَ، فأجاب عن الأولين بما تقدم، وعن الثالث بما قَالَ: قَدْ كَانَ فِي
السَّبْيِ أُمُّ الْمُؤْمِنِينَ فَإِنْ قُلْتُمْ لَيْسَتْ لَكُمْ بأمٍ فَقَدْ
كَفَرْتُمْ، وإن استحللتم سبي أمهاتكم فَقَدْ كَفَرْتُمْ.
قَالَ: فَرَجَعَ مِنْهُمْ أَلْفَانِ
وَخَرَجَ سَائِرُهُمْ فَتَقَاتَلُوا.
Bahwasanya mereka (Khawarij) mencelanya (‘Aliy) yang
menjadikan Hakim dari seorang laki-laki (di dalam agama Allah), dan ia (‘Aliy)
menghapus namanya sebagai Pemerintah (Amirul Mukminin), serta ia (‘Aliy)
terlibat dalam perang Jamal dengan membunuh jiwa yang haram, namun tidak
membagikan harta dan tawanan. Lantas beliau (‘Aliy) pun menjawabnya dengan dua
(jawaban) yang pertama yang telah dipaparkan di awal (yakni hadits Imam Ahmad
no.621 tersebut di atas dengan redaksi yang panjang yang tidak Tanya Syiah tampilkan
seluruhnya). Dan mengenai (jawaban atas celaan) yang ketiga, beliau berkata, “Termasuk
yang berada di dalam tawanan adalah Ummul Mukminin. Jika menurut kalian, beliau
(Ummul Mukminin ‘Aisyah) adalah bukan ibu kalian, maka sungguh kalian telah Kafir.
Dan apabila kalian menghalalkan tawanan yang merupakan ibu kalian, maka sungguh
kalian telah Kafir (juga).”
(Perawi) melanjutkan, “Lalu kembalilah (ruju’) dua ribu
orang dari mereka, sedangkan sisanya keluar memeranginya (‘Aliy).”
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/312, al-Hafizh Ibnu Katsir]
فَأرْسل إِلَيْهِم عَليّ بن عَبَّاسٍ
فَنَاظَرَهُمْ فَرَجَعَ كَثِيرٌ مِنْهُمْ مَعَهُ ثُمَّ خَرَجَ إِلَيْهِمْ عَلِيٌّ
فَأَطَاعُوهُ وَدَخَلُوا مَعَهُ الْكُوفَةَ مَعَهُمْ رَئِيسَاهُمُ
Kemudian ‘Aliy mengutus Ibnu ‘Abbas kepada mereka, sehingga
banyak yang kembali dari mereka bersamanya. Lantas ‘Aliy pun berangkat menuju
mereka, lalu mereka mentaatinya dan masuk bersamanya ke Kufah bersama pemimpin
mereka.
ثُمَّ أَشَاعُوا أَنَّ عَلِيًّا
تَابَ مِنَ الْحُكُومَةِ وَلِذَلِكَ رَجَعُوا مَعَهُ فَبَلَغَ ذَلِكَ عَلِيًّا
فَخَطَبَ وَأَنْكَرَ ذَلِكَ فَتَنَادَوْا مِنْ جَوَانِبِ الْمَسْجِدِ لَا حُكْمَ
إِلَّا لِلَّهِ فَقَالَ كَلِمَةُ حَقٍّ يُرَادُ بِهَا بَاطِلٌ فَقَالَ لَهُمْ
لَكُمْ عَلَيْنَا ثَلَاثَةٌ أَنْ لَا نَمْنَعَكُمْ مِنَ الْمَسَاجِدِ وَلَا مِنْ
رِزْقِكُمْ مِنَ الْفَيْءِ وَلَا نَبْدَؤُكُمْ بِقِتَالٍ مَا لَمْ تُحْدِثُوا
فَسَادًا
Kemudian tersebarlah (berita) bahwasanya ‘Aliy telah
bertaubat dari Tahkim, oleh karena itu mereka kembali bersamanya. Tatkala
sampai beritanya kepada ‘Aliy, maka beliau pun berkhutbah dan mengingkarinya,
sehingga seluruh penjuru Masjid bergemuruh dengan menyerukan, “Tidak ada hukum
kecuali milik Allah,” Lantas (‘Aliy) pun berkata, “Kalimat yang haq, namun yang
diinginkan adalah kebathilan.” Lalu (‘Aliy) berkata kepada mereka, “Bagi kalian
atas kami adalah 3 hal yaitu, kami tidak melarang kalian dari Masjid-Masjid,
tidak (menghalangi) rezeki kalian dari fai, serta kami tidak akan memulai
peperangan dengan kalian selama kalian tidak membuat kerusakan.
وَخَرَجُوا شَيْئًا بَعْدَ شَيْءٍ
إِلَى أَنِ اجْتَمَعُوا بِالْمَدَائِنِ فَرَاسَلَهُمْ فِي الرُّجُوعِ فَأَصَرُّوا
عَلَى الِامْتِنَاعِ حَتَّى يَشْهَدَ عَلَى نَفْسِهِ بِالْكُفْرِ لِرِضَاهُ
بِالتَّحْكِيمِ وَيَتُوبَ ثُمَّ رَاسَلَهُمْ أَيْضًا فَأَرَادُوا قَتْلَ رَسُولِهِ
ثُمَّ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنَّ مَنْ لَا يَعْتَقِدُ مُعْتَقَدَهُمْ بِكفْر
وَيُبَاحُ دَمُهُ وَمَالُهُ وَأَهْلُهُ وَانْتَقَلُوا إِلَى الْفِعْلِ
فَاسْتَعْرَضُوا النَّاسَ فَقَتَلُوا مَنِ اجْتَازَ بِهِمْ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Kemudian keluarlah mereka sedikit demi sedikit hingga
berkumpul di al-Madain, lalu diutuslah kepada mereka untuk kembali, namun
mereka bersikeras untuk berkumpul. Hingga menyatakan bahwa dirinya telah kafir dengan
meridhai Tahkim dan kemudian bertaubat. Lalu diutus lagi kepada mereka, namun
mereka malah hendak membunuh utusannya tersebut. Mereka berkumpul dengan
menyatakan bahwasanya barangsiapa yang tidak memiliki keyakinan yang seperti
keyakinan mereka maka kafir, sehingga dibolehkan (untuk ditumpahkan) darahnya,
hartanya, dan keluarganya. Mereka melakukan dengan memeriksa manusia dan
membunuhi yang berseberangan dengan mereka dari kalangan kaum Muslimin.
وَمَرَّ بِهِمْ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
خَبَّابِ بْنِ الْأَرَتِّ وَكَانَ وَالِيًا لِعَلِيٍّ عَلَى بَعْضِ تِلْكَ
الْبِلَادِ وَمَعَهُ سُرِّيَّةٌ وَهِيَ حَامِلٌ فَقَتَلُوهُ وبقروا بطن
سُرِّيَّتِهِ عَنْ وَلَدٍ فَبَلَغَ عَلِيًّا فَخَرَجَ إِلَيْهِمْ فِي الْجَيْشِ
الَّذِي كَانَ هَيَّأَهُ لِلْخُرُوجِ إِلَى الشَّامِ فَأَوْقَعَ بِهِمْ
بِالنَّهْرَوَانِ
Tatkala
‘Abdullah bin Khabbab bin al-Arrat, ia ditugaskan oleh ‘Aliy untuk memimpin
sebagian negeri tersebut, melewati mereka (Khawarij) bersama seorang budak
perempuan yang sedang hamil. Mereka (Khawarij) pun membunuhnya dan mengeluarkan
anak (yang masih di dalam perut/kandungan) dari budak perempuan tersebut.
Ketika beritanya telah sampai kepada ‘Aliy, maka beliau pun berangkat menuju
kepada mereka bersama pasukan yang telah dipersiapkan untuk berangkat menuju
Syam. Lalu terjadilah pertempuran di Nahrawan.
[Fathul
Bari 12/284, al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani]
وَقَدْ أَجْمَعَ الْمُسْلِمُونَ
عَلَى وُجُوبِ قِتَالِ الْخَوَارِجِ وَالرَّوَافِضِ وَنَحْوِهِمْ إذَا فَارَقُوا
جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ
Kaum Muslimin telah ijma’
atas wajibnya memerangi Khawarij dan Rafidhah serta yang semisal
seperti mereka, jika mereka berpisah dari Jama’ah kaum Muslimin.
[Majmu’
al-Fatawa 28/530, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah]
فَأَمَّا قَتْلُ الْوَاحِدِ
الْمَقْدُورِ عَلَيْهِ مِنْ الْخَوَارِجِ؛ كالحرورية وَالرَّافِضَةِ وَنَحْوِهِمْ:
فَهَذَا فِيهِ قَوْلَانِ لِلْفُقَهَاءِ هُمَا رِوَايَتَانِ عَنْ الْإِمَامِ
أَحْمَد. وَالصَّحِيحُ أَنَّهُ يَجُوزُ قَتْلُ الْوَاحِدِ مِنْهُمْ؛
كَالدَّاعِيَةِ إلَى مَذْهَبِهِ وَنَحْوِ ذَلِكَ مِمَّنْ فِيهِ فَسَادٌ. فَإِنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: {أَيْنَمَا لَقِيتُمُوهُمْ
فَاقْتُلُوهُمْ} وَقَالَ: {لَئِنْ أَدْرَكْتهمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ}
وَقَالَ عُمَرُ لِصَبِيغِ بْنِ عِسْلٍ: لَوْ وَجَدْتُك مَحْلُوقًا لَضَرَبْت
الَّذِي فِيهِ عَيْنَاك. وَلِأَنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ طَلَبَ أَنْ
يَقْتُلَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ سَبَأٍ أَوَّلَ الرَّافِضَةِ حَتَّى هَرَبَ مِنْهُ.
وَلِأَنَّ هَؤُلَاءِ مِنْ أَعْظَمِ الْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ. فَإِذَا لَمْ
يَنْدَفِعْ فَسَادُهُمْ إلَّا بِالْقَتْلِ قُتِلُوا وَلَا يَجِبُ قَتْلُ كُلِّ
وَاحِدٍ مِنْهُمْ إذَا لَمْ يَظْهَرْ هَذَا الْقَوْلُ أَوْ كَانَ فِي قَتْلِهِ
مَفْسَدَةٌ رَاجِحَةٌ. وَلِهَذَا تَرَكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَتْلَ ذَلِكَ الْخَارِجِيِّ ابْتِدَاءً لِئَلَّا يَتَحَدَّثَ النَّاسُ
أَنَّ مُحَمَّدًا يَقْتُلُ أَصْحَابَهُ " وَلَمْ يَكُنْ إذْ ذَاكَ فِيهِ
فَسَادٌ عَامٌّ؛ وَلِهَذَا تَرَكَ عَلِيٌّ قَتْلَهُمْ أَوَّلَ مَا ظَهَرُوا لِأَنَّهُمْ
كَانُوا خَلْقًا كَثِيرًا وَكَانُوا دَاخِلِينَ فِي الطَّاعَةِ وَالْجَمَاعَةِ
ظَاهِرًا لَمْ يُحَارِبُوا أَهْلَ الْجَمَاعَةِ وَلَمْ يَكُنْ يَتَبَيَّنْ لَهُ
أَنَّهُمْ هُمْ.
Adapun membunuh seorang Khawarij yang berada dalam kekuasaan
seperti al-Haruriyyah dan Rafidhah serta yang lainnya seperti mereka, maka
terdapat 2 (dua)
pendapat dari kalangan Fuqaha, yaitu terdapat 2 (dua) riwayat yang berasal dari
Imam Ahmad. Namun yang shahih adalah diperbolehkan membunuh seorang dari
kalangan mereka, seperti yang mendakwahkan kepada madzhab tersebut yang di
dalamnya terdapat kerusakan. Karena sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam telah bersabda, “Di mana saja kalian mendapati mereka, maka bunuhlah
mereka,” dan sabdanya, “Apabila aku mendapati mereka, niscaya aku akan membunuh
mereka seperti pembunuhan kaum ‘Aad.” Dan berkata ‘Umar kepada Shabigh bin
‘Isl, “Seandainya aku mendapati engkau mencukur (kepala), maka aku akan memukul
matamu.” Dan sesungguhnya ‘Aliy bin Abi Thalib pernah memerintahkan untuk membunuh
‘Abdullah bin Saba’ si Rafidhah (Syiah) (generasi) awal, sehingga ia melarikan
diri, dikarenakan pada dirinya terdapat kerusakan yang besar atas permukaan
bumi. Jika tidak dapat mencegah kerusakan mereka kecuali dengan pembunuhan,
maka mereka harus dibunuh. Dan tidaklah diwajibkan membunuh setiap orang di
antara mereka, jika belum menampakkan perkataan (dakwah) tersebut atau dalam
pembunuhannya terdapat kerusakan yang lebih besar. Oleh karena itu, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Salam meninggalkan pembunuhan atas Kharijiy (generasi)
awal agar manusia tidak mengatakan bahwasanya Muhammad telah membunuh
sahabatnya, selama ia tidak melakukan kerusakan di khalayak umum. Oleh karena
itu, ‘Aliy meninggalkan pembunuhan mereka (Khawarij) yang muncul pertama kali, dikarenakan
mereka jumlahnya banyak dan masuk ke dalam ketaatan jama’ah secara dzahir dan
mereka belum memerangi Ahlul Jama’ah serta belum ada kejelasan baginya (‘Aliy)
bahwasanya mereka adalah (Khawarij).
[Majmu’
al-Fatawa 28/499-500, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah]
Kemudian
berpencaranlah Khawarij ke segala penjuru.
Khawarij
adalah kelompok yang memisahkan diri dari ‘Aliy bin Abi Thalib pada tahun 38
H/658 M setelah perang Shiffin. Mereka berkata, “Tidak ada hukum kecuali milik
Allah.” Mereka terpecah menjadi 22 kelompok, mereka adalah : al-Haruriyyah,
az-Azariqah, an-Najdat, ash-Shufariyyah, al-‘Ajaridah, al-Baihasiyyah, dan
al-Ibadhiyyah...
Mereka
menetap di al-Ahwaz, Persia, Yaman, Oman, al-Jazirah, al-Yamamah dan utara
Afrika (ar-Rustamiyyun).
[Athlas
al-Hadits an-Nabawi Min al-Kutub ash-Shihah as-Sittah 166, Dr. Syauqi Abu
Khalil]
Kemudian
muncullah Syiah Rafidhah Takfiriy yang mengadopsi ajaran pendahulunya yang
berasal dari kalangan Syiah Khawarij Takfiry dalam mengkafirkan kaum Muslimin.
Bahkan Syiah Rafidhah yang militan lebih Keji daripada Syiah Khawarij,
dikarenakan mereka berdua (Syiah Rafidhah & Syiah Khawarij) berasal dari
tanduk yang satu, yakni Syiah Kufah Irak, sebagaimana yang telah diadopsi oleh
Daulah ‘Ubaidillah Syiah al-Fathimiyyah.
فإن لَمَّا صَارَ إِلَى بِلَادِ
الْمَغْرِبِ تَسَمَّى بِعُبَيْدِ الله، وتلقب بالمهدي، وأن من تقدم من سلفه
أَدْعِيَاءُ خَوَارِجُ، لَا نَسَبَ لَهُمْ فِي وَلَدِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالَبٍ،
Tatkala
ia telah sampai di negeri Maghrib, maka ia (mengaku) bernama ‘Ubaidillah
(pendiri Daulah ‘Ubaidillah Syiah al-Fathimiyyah) dengan julukan al-Mahdi. Dan
sesungguhnya para pendahulunya adalah para penyeru Khawarij, yang di mana
mereka tidak memiliki hubungan nasab dengan keturunan ‘Aliy bin Abi Thalib
(sama sekali).
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 11/397, al-Hafizh Ibnu Katsir]
Berikut
adalah sifat-sifat yang melekat pada Syiah Khawarij :
[-]
Ghuluw terhadap Imamah Amirul Mukminin ‘Aliy bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu
dan mudah mengkafirkan, serta berlepas diri dari Amirul Mukminin ‘Utsman bin
al-‘Affan Radhiyallahu ‘anhu.
أَنَّ الْخَوَارِجَ لَمْ يَطْلُبُوا
بِدَمِ عُثْمَانَ بَلْ كَانُوا يُنْكِرُونَ عَلَيْهِ أَشْيَاءَ وَيَتَبَرَّءُونَ
مِنْهُ وَأَصْلُ ذَلِكَ أَنَّ بَعْضَ أَهْلِ الْعِرَاقِ أَنْكَرُوا سِيرَةَ بَعْضِ
أَقَارِبِ عُثْمَانَ فَطَعَنُوا عَلَى عُثْمَانَ بِذَلِكَ وَكَانَ يُقَالُ لَهُمُ
الْقُرَّاءُ لِشِدَّةِ اجْتِهَادِهِمْ فِي التِّلَاوَةِ وَالْعِبَادَةِ إِلَّا
أَنَّهُمْ كَانُوا يَتَأَوَّلُونَ الْقُرْآنَ عَلَى غَيْرِ الْمُرَادِ مِنْهُ
وَيَسْتَبِدُّونَ بِرَأْيِهِمْ وَيَتَنَطَّعُونَ فِي الزُّهْدِ وَالْخُشُوعِ
وَغَيْرِ ذَلِكَ فَلَمَّا قُتِلَ عُثْمَانُ قَاتَلُوا مَعَ عَلِيٍّ وَاعْتَقَدُوا
كُفْرَ عُثْمَانَ وَمَنْ تَابَعَهُ وَاعْتَقَدُوا إِمَامَةَ عَلِيٍّ وَكُفْرَ مَنْ
قَاتَلَهُ مِنْ أَهْلِ الْجَمَلِ
Bahwasanya
Khawarij tidak menuntut darah ‘Utsman, bahkan mereka mengingkari
dan berlepas diri darinya (Utsman). Asalnya, sebagian penduduk Irak mengingkari sirah
sebagian kerabat ‘Utsman dengan mengecam ‘Utsman. Mereka disebut sebagai al-Qurra’
dikarenakan mereka sangat bersungguh-sungguh dalam tilawah dan ibadah, hanya
saja mereka membaca al-Qur’an tidak sebagaimana yang dimaksud, dan bersandar
pada pendapat mereka, serta memfasihkan dalam kezuhudan, kekhusyu’an dan
lainnya. Tatkala terbunuhnya ‘Utsman, mereka ikut berperang bersama
‘Aliy dan meyakini kafirnya ‘Utsman dan para pengikutnya. Mereka
meyakini Imamah ‘Aliy dan mengkafirkan orang yang memeranginya pada
perang Jamal.
[Fathul
Bari 12/283, al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani]
Begitu pula dengan Syiah Khawarij yang mengkafirkan kaum
Muslimin dan berlepas diri dari Amirul Mukminin ‘Utsman bin al-‘Affan
Radhiyallahu ‘anhu.
اتفقت الامامية على أن من أنكر إمامة
أحد من الأئمة وجحد ما أوجبه الله تعالى له من فرض الطاعة فهو كافر ضال مستحق للخلود
في النار
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج
٢٣ - الصفحة ٣٩٠
Imamiyyah (Syiah) bersepakat bahwa orang yang mengingkari
Imamah dari salah seorang Imam dan mengingkari apa-apa yang diwajibkan oleh
Allah Ta’ala baginya dalam hal kewajiban taat, maka ia Kafir, Sesat, dan layak
untuk kekal di Neraka.
[Bihar al-Anwar 23/390, al-Majlisiy Pendeta Syiah
Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1454_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٢٣/الصفحة_0?pageno=390#top]
وعقيدتنا في التبرؤ أننا نتبرأ من
الأصنام الأربعة؛ أبي بكر, وعمر, وعثمان, ومعاوية
حق اليقين, ص519 - لمحمد الباقر المجلسي
Aqidah
kami dalam berlepas diri adalah bahwasanya kami berlepas diri dari empat
berhala, yaitu Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman serta Mu’awiyyah.
[Haqq
al-Yaqin 519, Muhammad Baqir al-Majlisiy Pendeta Syiah Rafidhah]
Bahkan
si Khomeini Pendeta Syiah Rafidhah tidak mau beribadah kepada Ilah yang
mendudukkan ‘Utsman Radhiyallahu ‘anhu sebagai Amirul Mukminin.
إننا لا نعبد إلهاً يقيم بناء شامخا
للعبادة والعدالة والتدين ، ثم يقوم بهدمه بنفسه ، ويجلس يزيداً ومعاوية وعثمان
وسواهم من العتاة في مواقع الإمارة على الناس ،
كشف الأسرار – ص 123 - الخميني
“Sesungguhnya
kami tidak beribadah kepada Ilah yang menegakkan bangunan (pemerintahan)
yang megah demi beribadah, keadilan dan beragama, yang kemudian Dia sendiri yang
menghancurkannya. Dia telah mendudukkan Yazid dan Mu’awiyyah serta ‘Utsman dan
lainnya dari kalangan yang suka bertindak sewenang-wenang dengan menempatkannya
sebagai pemimpin manusia.
[Kasyf al-Asrar 123, Khumainiy Pendeta Syiah Rafidhah]
[-]
Mengkafirkan kaum Muslimin serta menghalalkan darah dan hartanya.
وَلَكِنْ مِنْ شَأْنِ أَهْلِ
الْبِدَعِ أَنَّهُمْ يَبْتَدِعُونَ أَقْوَالًا يَجْعَلُونَهَا وَاجِبَةً فِي
الدِّينِ بَلْ يَجْعَلُونَهَا مِنْ الْإِيمَانِ الَّذِي لَا بُدَّ مِنْهُ
وَيُكَفِّرُونَ مَنْ خَالَفَهُمْ فِيهَا وَيَسْتَحِلُّونَ دَمَهُ كَفِعْلِ
الْخَوَارِجِ وَالْجَهْمِيَّة وَالرَّافِضَةِ وَالْمُعْتَزِلَةِ وَغَيْرِهِمْ
Dan di antara perkara Ahlul Bida’, bahwasanya mereka
mengada-adakan sebuah perkataan yang di mana mereka menjadikannya sebagai
kewajiban di dalam agama, bahkan mereka menjadikannya sebagai bagian dari
keimanan yang harus diyakini, serta mereka mengkafirkan orang-orang yang
menyelisihinya dan menghalalkan darahnya, sebagaimana yang dilakukan
oleh Khawarij, Jahmiyyah, Rafidhah (Syiah), Mu’tazilah dan selainnya.
[Majmu’
al-Fatawa 19/212, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah]
Oleh
karena itu Syiah Khawarij menghalalkan darah kaum Muslimin yang mendahulukan
Imamah atas ‘Aliy, yakni Abu Bakar, Umar dan ‘Utsman Radhiyallahu ‘anhum.
إنهم كفار أنجاس بإجماع علماء الشيعة
الإمامية, وإنهم شرّ من اليهود والنصارى, وإن من علامات الناصبي تقديم غير علي
عليه في الإمامة
الأنوار النعمانية/ 206,207
Sesungguhnya mereka (Nashibi) adalah Kafir Najis
dengan kesepakatan (ijma’) para Ulama Syiah Imamiyyah, dan sesungguhnya mereka
adalah lebih buruk dari Yahudi dan Nashrani, dan sesungguhnya ciri-ciri
dari Nashibi adalah mendahulukan selain ‘Aliy ‘alaihi
dalam Imamah.
[Al-Anwar an-Nu’maniyyah 206-207, Ni’matullah al-Jazairiy
Pendeta Syiah Rafidhah]
[www.shiaweb.org/books/llah_llhaq_2/pa19.html]
وغني عن التعريف بأن مذهب النواصب هو
مذهب أهل السنة والجماعة
الشيعة هم أهل السنة - الدكتور محمد التيجاني
- الصفحة ١٦١
Dan cukuplah yang dimaksud dari definisi madzhab Nawashib/Nashibi
adalah madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
[Asy-Syiah hum Ahlus Sunnah 161, Muhammad at-Tijaniy
Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/4587_الشيعة-هم-أهل-السنة-الدكتور-محمد-التيجاني/الصفحة_159]
ليس الناصب من نصب لنا أهل البيت, لأنك
لا تجد رجلا يقول: أنا أبغض محمدا وآل محمد, ولكن الناصب من نصب لكم وهو يعلم أنكم
تتولونا وتتبرؤون من عدونا وأنكم من شيعتنا
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج
٢٩ - الصفحة مقدمة المحقق ٣٩
Nashibi bukanlah orang yang memusuhi
kami Ahlul Bait, dikarenakan engkau tidak akan menemukan seseorang yang
berkata, “Aku membenci Muhammad dan keluarga Muhammad.” Namun Nashibi
adalah orang yang memusuhi kalian dan ia mengetahui bahwasanya
kalian berwilayah kepada kami dan berlepas diri dari musuh-musuh kami dan
sesungguhnya kalian adalah Syiah kami.
[Bihar al-Anwar 29/39, al-Majlisi Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1460_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٢٩/الصفحة_35]
قلت لأبي عبد الله عليه السلام: ما
تقول في قتل الناصب؟ قال: حلال الدم أتقي عليك فان قدرت أن تقلب عليه حائطا أو
تغرقه في ماء لكي لا يشهد به عليك فافعل, قلت: فما ترى في ماله؟ قال توه ما قدرت
عليه
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج
٢٧ - الصفحة ٢٣١
Aku bertanya kepada Abu ‘Abdillah ‘alaihi Salam, “Bagaimana
pendapatmu mengenai membunuh Nashibi?” ia menjawab, “Halal darahnya
serta berhati-hatilah, jika engkau mampu merubuhkan tembok ke atas mereka atau
menenggelamkan ke dalam air sehingga tidak ada yang menyaksikan pembunuhanmu
maka lakukanlah. Aku bertanya, “Lalu bagaimana dengan hartanya?”
ia menjawab, “Habiskanlah jika engkau mampu.”
[Bihar al-Anwar 27/231, al-Majlisi Pendeta Syiah
Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1458_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٢٧/الصفحة_233]
خذ مال الناصب حيث وجدت وابعث إلينا
بالخمس
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج
٩٣ - الصفحة ١٩٤
Rampaslah harta Nashibi di mana pun kalian temukan
dan kirimkanlah kepada kami seperlimanya (khumus 20%).
[Bihar al-Anwar 93/194, al-Majlisi Pendeta Syiah
Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1524_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٩٣/الصفحة_196]
[-] Memiliki keyakinan bahwasanya Kaum Muslimin adalah Murtaddin/orang-orang yang Murtad.
{يَقْتُلُونَ
أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَيَدَعُونَ أَهْلَ الْأَوْثَانِ؛ لَئِنْ أَدْرَكْتهمْ
لَأَقْتُلُهُمْ قَتْلَ عَادٍ} وَهَذَا نَعْتُ سَائِرِ الْخَارِجِينَ
كَالرَّافِضَةِ وَنَحْوِهِمْ؛ فَإِنَّهُمْ يَسْتَحِلُّونَ دِمَاءَ أَهْلِ
الْقِبْلَةِ لِاعْتِقَادِهِمْ أَنَّهُمْ مُرْتَدُّونَ
“Mereka membunuhi orang-orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala, apabila
aku mendapati mereka, niscaya aku akan membunuh mereka seperti pembunuhan kaum
‘Aad.”
Sifat
ini adalah (sifat) yang nampak pada Khawarij, sebagaimana juga Rafidhah
(Syiah) dan lainnya yang seperti mereka. Sesungguhnya mereka menghalalkan
darah Ahlul Kiblat dikarenakan keyakinan mereka bahwasanya mereka
(Ahlul Kiblat/kaum Muslimin) adalah Murtaddin/orang-orang yang Murtad.
[Majmu’
al-Fatawa 28/497, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah]
Hal inilah yang menjadikan Syiah Khawarij menjadi Kafir
dikarenakan hendak meruntuhkan pondasi kaum Muslimin dalam beragama dengan memurtadkan seluruh Shahabat Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, sehingga hadits-hadits yang melalui jalur
Shahabat Radhiyallahu ‘anhum akan mereka (Syiah Khawarij) tolak dikarenakan
telah Murtad.
كان الناس أهل ردة بعد النبي (صلى الله
عليه وآله) سنة إلا ثلاثة فقلت: ومن الثلاثة؟ فقال: المقداد بن الأسود وأبو ذر الغفاري،
وسلمان الفارسي،
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج
٢٢ - الصفحة ٣٥١
“Bahwasanya manusia Murtad sepeninggal Nabi (Shallallahu ‘alaihi wa
aalihi) selama satu tahun, kecuali tiga orang.” Aku bertanya, “Siapakah ketiga
orang tersebut?” Lalu ia menjawab, “Al-Miqdad bin al-Aswad dan Abu Dzar al-Ghifariy
serta Salman al-Farisiy.
[Bihar al-Anwar 22/351, al-Majlisiy Pendeta Syiah
Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1453_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٢٢/الصفحة_0?pageno=351#top]
كان الناس أهل ردة بعد النبي (صلى الله
عليه وآله) إلا ثلاثة فقلت: ومن الثلاثة؟ فقال: المقداد بن الأسود وأبو ذر الغفاري
و سلمان الفارسي
الكافي - الشيخ الكليني - ج ٨ -
الصفحة ٢٤٥
“Bahwasanya manusia Murtad sepeninggal Nabi (Shallallahu ‘alaihi wa
aalihi), kecuali tiga orang.” Aku bertanya, “Siapakah ketiga orang tersebut?”
Lalu ia menjawab, “Al-Miqdad bin al-Aswad dan Abu Dzar al-Ghifariy serta Salman
al-Farisiy.
[Al-Kaafiy 8/245, al-Kulainiy Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1129_الكافي-الشيخ-الكليني-ج-٨/الصفحة_0?pageno=245#top]
[-] Daulah selain Daulah Syiah Khawarij adalah Thaghut yang
harus diperangi, sehingga tidak ada Jihad melawan para penyembah berhala.
الْخَوَارِجِ وَأَهْلِ الْبِدَعِ:
أَنَّهُمْ يُكَفِّرُونَ بِالذُّنُوبِ وَالسَّيِّئَاتِ. وَيَتَرَتَّبُ عَلَى
تَكْفِيرِهِمْ بِالذُّنُوبِ اسْتِحْلَالُ دِمَاءِ الْمُسْلِمِينَ وَأَمْوَالِهِمْ
وَأَنَّ دَارَ الْإِسْلَامِ دَارُ حَرْبٍ وَدَارَهُمْ هِيَ دَارُ الْإِيمَانِ.
وَكَذَلِكَ يَقُولُ جُمْهُورُ الرَّافِضَةِ
Khawarij dan Ahlul Bida’ : Bahwasanya mereka mengkafirkan
pelaku dosa besar dan kecil, sehingga dengan pengkafiran yang dilakukan oleh mereka
menyebabkan penghalalan darah kaum Muslimin dan harta mereka. Serta menjadikan
Darul Islam sebagai Darul Harbi (negeri yang diperangi), sedangkan negeri mereka adalah
negeri Iman. Dan begitu pula yang dikatakan oleh mayoritas Rafidhah (Syiah).
[Majmu’
al-Fatawa 19/73, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah]
Sehingga mereka (Syiah Khawarij) tidak mengakui pemimpin ataupun hakim yang
bukan berasal dari kalangan Syiah Khawarij, bahkan mereka akan menghukumi
pemimpin dan hakim tersebut sebagai Thaghut.
فتحاكما إلى السلطان وإلى القضاة أيحل
ذلك؟ قال: من تحاكم إليهم في حق أو باطل فإنما تحاكم إلى الطاغوت،
الكافي - الشيخ الكليني - ج ١ -
الصفحة ٦٧
“Mereka berdua bertahkim kepada Sulthan dan Qadhi, apakah hal
tersebut diperbolehkan?” Lantas ia menjawab, “Barangsiapa yang bertahkim kepada
mereka dalam hal kebenaran atau kebathilan, maka sesungguhnya ia telah
bertahkim kepada Thaghut.”
[Al-Kaafiy 1/67, al-Kulainiy Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1122_الكافي-الشيخ-الكليني-ج-١/الصفحة_0?pageno=67#top]
Setelah pemimpin kaum Muslimin yang bukan berasal dari Syiah
Khawarij dihukumi sebagai Thaghut, maka Mereka (Syiah Khawarij) akan berpaling
dari berjihad melawan para penyembah berhala, dikarenakan pemimpin panji jihad
tersebut adalah Thaghut.
كل راية ترفع قبل قيام القائم عليه
السلام فصاحبها طاغوت يعبد من دون الله عز وجل
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج
٥٢ - الصفحة ١٤٣
Setiap panji (jihad) yang dikibarkan sebelum munculnya
al-Qaim ‘alaihi Salam (Imam Mahdi Syiah), para pemilik panji tersebut adalah
Thaghut yang disembah selain Allah ‘Azza wa Jalla.
[Bihar al-Anwar 52/143, al-Majlisi Pendeta Syiah
Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1483_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٥٢/الصفحة_145]
ما خرج ولا يخرج منا أهل البيت إلى
قيام قائمنا أحد ليدفع ظلما أو ينعش حقا إلا اصطلمته البلية وكان قيامه زيادة في
مكروهنا وشيعتنا
الصحيفة السجادية الكاملة - الإمام
زين العابدين (ع) - الصفحة ١٦
Barangsiapa yang keluar (berjihad) atau dari golongan kami
yaitu Ahlul Bait yang keluar (berjihad) hingga munculnya Qaim (Imam Mahdi
Syiah) kami, baik untuk menolak kedzaliman atau untuk menegakkan kebenaran,
niscaya akan tertimpa bencana. Kedatangannya (Qaim Imam Mahdi Syiah) akan
menambah tipu daya kita dan Syiah kita.
[Ash-Shahifah as-Sajadiyah al-Kamilah 16, Zainal ‘Abidin]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1112_الصحيفة-السجادية-الكاملة-الإمام-زين-العابدين-ع/الصفحة_29]
جعلت فداك ما تقول في هؤلاء الذين
يقتلون في هذه الثغور؟ قال: فقال: الويل يتعجلون قتلة في الدنيا وقتلة في الآخرة
والله ما الشهيد الا شيعتنا ولو ماتوا على فرشهم
وسائل الشيعة (آل البيت) - الحر
العاملي - ج ١٥ - الصفحة ٣١
Aku menjadi tebusanmu, bagaimana pendapatmu mengenai
orang-orang yang terbunuh di wilayah perbatasan musuh? Ia menjawab,
“Kebinasaan, mereka tergesa-gesa dalam terbunuh di dunia dan terbunuh di
akhirat. Demi Allah, yang syahid hanyalah Syiah kita meskipun mereka mati di
atas kasur.”
[Wasail asy-Syiah 15/31, al-Hurr al-‘Amiliy Pendeta Syiah
Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1201_وسائل-الشيعة-آل-البيت-الحر-العاملي-ج-١٥/الصفحة_30]
[-] Syiah Khawarij sebagai Psikopat yang sakit jiwa akan
berlaku keji terhadap kaum Muslimin.
أَنَّ هَؤُلَاءِ الرَّافِضَةَ
الْمُحَارِبِينَ شَرٌّ مِنْ الْخَوَارِجِ
Sesungguhnya Rafidhah (Syiah) yang Militan lebih Keji daripada Khawarij.
[Majmu’
al-Fatawa 3/83, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah]
Syiah Khawarij membakar hidup dan mati kaum Muslimin.
Video 1
[https://www.youtube.com/watch?v=4utHSj8Ncyg&feature=player_detailpage]
Video 2
[https://www.youtube.com/watch?v=XYPdmFo4Bz8&feature=share]
Video 3
[https://www.youtube.com/watch?v=fSyNc4N8tOk]
واستحلوا دماء الأطفال ولم يستحلوا
أكل ثمرة بغير ثمنها وتعبوا فِي العبادات وسهروا وجزع ابْن ملجم عند قطع لسانه من
فوات الذكر واستحل قتل علي كرم اللَّه وجهه ثم شهروا السيوف عَلَى المسلمين
Mereka (Khawarij) menghalalkan darah anak-anak, namun tidak
menghalalkan memakan buah yang tidak dibeli, bersusah payah dalam beribadah dan
tidak tidur, serta Ibnu Muljam khawatir ketika lidahnya hendak dipotong
dikarenakan dapat melewatkan dzikr namun menghalalkan pembunuhan ‘Aliy
Karamallahu Wajhah, kemudian menghunuskan pedang kepada kaum Muslimin. [Talbis
Iblis 86, Imam Ibnul Jauziy]
Syiah
Khawarij bantai bayi-bayi dan anak-anak kecil kaum Muslimin.
Syiah
Khawarij berkata, “Binasakanlah bayi laki-laki dan bayi-bayi perempuan al-Harb.”
[https://www.youtube.com/watch?v=oXWg53994gU]
Pembantaian bayi-bayi dan anak-anak kaum Muslimin Suriah
oleh Syiah Alawi
Nushairiyyah Bashar Assad as-Suryani.
[https://www.youtube.com/watch?v=qqpR9JAL1GI]
[-]
Syiah Khawarij menikahi wanita meskipun telah bersuami dengan nama Mut’ah ala
Syiah.
إِنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ إِذَا
سُئِلَ عَنِ الْحَرُورِيَّةِ؟ قَالَ: يُكَفِّرُونَ الْمُسْلِمِينَ،
وَيَسْتَحِلُّونَ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ، وَيَنْكِحُونَ النِّسَاءَ فِي
عِدَدِهِنَّ، وَتَأْتِيهِمُ الْمَرْأَةُ فَيَنْكِحُهَا الرَّجُلُ مِنْهُمْ وَلَهَا
زَوْجٌ، فَلَا أَعْلَمُ أَحَدًا أَحَقَّ بِالْقِتَالِ مِنْهُمْ
Sesungguhnya Ibnu ‘Umar jika ditanya mengenai al-Haruriyyah
(Khawarij)?, maka beliau menjawab, “Mengkafirkan kaum Muslimin, menghalalkan
darah dan harta mereka, menikahi wanita-wanita dalam masa iddahnya, apabila
didatangkan seorang wanita maka ia akan dinikahi oleh seorang laki-laki di
antara mereka meskipun ia telah bersuami. Aku tidak mengetahui seorang pun yang
berhak untuk diperangi selain mereka.
[Al-‘Itisham 2/692-693, Imam asy-Syathibiy]
قلت لأبي عبد الله (عليه السلام): إني
أكون في بعض الطرقات فأرى المرأة الحسناء ولا آمن أن تكون ذات بعل أو من العواهر؟ قال:
ليس هذا عليك إنما عليك أن تصدقها في نفسها
الكافي - الشيخ الكليني - ج ٥ -
الصفحة ٤٦٢
Aku bertanya kepada Abu ‘Abdillah (alaihi Salam), “Aku
pernah berada di tengah perjalanan kemudian aku melihat seorang Wanita (Syiah)
yang cantik, namun aku merasa tidak aman (was-was) jika Wanita (Syiah) tersebut
telah memiliki suami atau seorang Wanita Pelacur? Lantas ia menjawab, “Itu
bukan urusanmu, sesungguhnya bagimu hanya mempercayainya saja mengenai diri
Wanita (Syiah) tersebut.
[Al-Kaafiy 5/462, al-Kulainiy Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1126_الكافي-الشيخ-الكليني-ج-٥/الصفحة_462]
[-] Syiah Khawarij adalah orang-orang yang bodoh alias
dungu, yang membaca al-Qur’an tidak melewati kerongkongannya.
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ سَيَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ أَحْدَاثُ الْأَسْنَانِ
سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ
لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ
الرَّمِيَّةِ فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ فَإِنَّ فِي قَتْلِهِمْ أَجْرًا
لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda, “Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang masih muda usianya, bodoh
pikirannya, mereka berkata dengan sebaik-baik perkataan manusia, membaca
al-Qur’an namun tidak melewati kerongkongannya, mereka melesat
(keluar) dari agama sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya. Apabila
kalian menemui mereka, maka perangilah mereka, karena sesungguhnya dalam
memerangi mereka terdapat pahala bagi siapa saja yang memerangi
mereka di sisi Allah pada hari Kiamat. [Muslim no.1771]
Bodoh alias ahmaq/dungu adalah ciri khas Syiah Khawarij baik
dalam hal membaca maupun adab terhadap al-Quran al-Karim yang merupakan
Kalamullah, bahkan mereka (Syiah Khawarij) membacanya tidak melewati otaknya
sama sekali.
فقال أبو جعفر عليه السلام: لو كان
الناس كلهم لنا شيعة لكان ثلاثة أرباعهم لنا شكاكا والربع الآخر أحمق
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج
٤٦ - الصفحة ٢٥١
Abu Ja’far ‘alaihi Salam berkata, “Seandainya seluruh
manusia adalah Syiah, maka niscaya 3/4 (tiga perempat/75%)-nya adalah meragukan
kami (Ahlul Bayt) dan 1/4 (seperempat/25%) lainnya adalah Bodoh/Ahmaq/Dungu.
[Bihar al-Anwar 46/251, al-Majlisi Pendeta Syiah
Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1477_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٤٦/الصفحة_0?pageno=251#top]
Pendeta Syiah Koplak Baca al-Qur’an di dalam Shalat.
[https://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=2HTyFlIfRak]
Pendeta Syiah Koplak meletakkan al-Qur’an di atas kepala
ketika Shalat.
[https://www.youtube.com/watch?v=X6gnGhuM0CI&feature=player_embedded]
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْخَوَارِجُ كِلَابُ النَّارِ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Khawarij
adalah Anjing-Anjing Neraka.”
[Ibnu Majah no.169, Shahih : Shahih Ibnu Majah no.143,
Syaikh al-Albani]
Pendeta
Syiah at-Tijani
Menit
00:28
Saya (Syiah) adalah Anjingnya Ahlul
Bayt ‘alaihim Sallam.
Kemudian
Amirul Mukminin ‘Aliy bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu dibunuh oleh Syiah
Khawarij yang bernama Ibnu Muljam, sebagaimana yang diakui oleh media
propaganda Syiah Rafidhah.
Malam ke-21 bulan Ramadhan adalah satu
bentuk mishdaq yang menguatkan pernyataan tersebut. Di mana malam tersebut
masyhur sebagai malam syahidnya Ali ibn Abi Thalib kwj oleh tebasan pedang
Abdurrahman ibn Muljam. Mengapa malam ini menjadi mishdaq dari pernyataan
tersebut?
Jawabnya adalah karena Ibnu Muljam
dikenal sebagai sahabat Ali ibn Abi Thalib kwj yang kemudian menyimpang
dan menjadi khawarij dan pada akhirnya membunuh Ali sendiri.
Az-Zirkuli menulis tentang Ibnu Muljam:
…فكان من القراء و أهل الفقه و العبادة. ثم شهد فتح مصر و
سكنهافكان فيها فارس بني تدؤل. و كان من شيعة علي بن أبي طالب (رضي الله عنه) و
شهد معه صفين. ثم خرج عليه…[i]
(Ia adalah qari’ dan ahli fikih dan
ibadah. Ia ikut serta pada fathu mishr dan pendudukannya. Pada saat itu ia
adalah ksatria dari Bani Tad`ul di Mesir. Dan ia juga adalah Syi’ah
Ali ibn Abi Thalib ra dan ikut bersamanya di perang Shiffin.
Kemudian ia keluar dari Ali [menjadi khawarij])
[Khairuddin
az-Zirkuli, al A’lam; Qamus Tarajim li Asyhar ar-Rijal wa an-Nisa min al ‘Arab
wa al Musta’ribin wa al Mustasyriqin, (Beirut: Dar al ‘Ilm Lilmulayyin, 1989),
cet. 1989, jil. 3, hal. 339.]
Setelah
terbunuhnya Amirul Mukminin ‘Aliy bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, maka
Imamah dipegang oleh Amirul Mukminin al-Hasan bin ‘Aliy bin Abi Thalib Radhiyallahu
‘anhuma. Namun ia (al-Hasan) menyerahkan Imamah tersebut kepada Amirul
Mukminin Mu’awiyyah Radhiyallahu ‘anhuma, sehingga bersatulah kaum Muslimin.
إِنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَلَعَلَّ
اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ عَظِيمَتَيْنِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ
Sesungguhnya anakku ini (al-Hasan) adalah Sayyid dan semoga
Allah mendamaikan dengannya dua kelompok besar dari kalangan kaum Muslimin. [Bukhari
no.2505]
Kemudian
datanglah seorang Syiah Khawarij kepada al-Hasan bin ‘Aliy Radhiyallahu ‘anhuma
dengan mencemooh beliau.
أتيت الحسن بن علي عليهما السلام فقلت:
يا ابن رسول الله صلى الله عليه وآله أذللت رقابنا، وجعلتنا معشر الشيعة عبيدا ما بقي
[معك] رجل، فقال: ومم ذاك؟ قال: قلت: بتسليمك الأمر لهذا الطاغية
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج
٤٤ - الصفحة ١٤٧
Aku mendatangi al-Hasan bin ‘Aliy ‘alaihima salam seraya
berkata, “Wahai anak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi, engkau telah
menundukkan leher-leher kami dan menjadikan kami kelompok Syiah sebagai budak,
sehingga tidak ada seorang pun yang tersisa bersama engkau.” Lantas (al-Hasan)
bertanya, “Kenapa?” Ia menjawab, “Engkau telah menyerahkan tampuk kepemimpinan
kepada tiran itu.”
[Bihar al-Anwar 44/147, al-Majlisiy Pendeta Syiah
Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1475_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٤٤/الصفحة_149]
جاء رجل من أصحاب الحسن عليه السلام يقال
له: سفيان بن ليلى
السلام عليك يا مذل المؤمنين، قال وما
علمك بذلك؟
قال: عمدت إلى أمر الأمة، فخلعته من عنقك،
وقلدته هذا الطاغية، يحكم بغير ما أنزل الله،
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج
٤٤ - الصفحة ٢٤
Datanglah
seorang laki-laki yang berasal dari sahabat-sahabatnya al-Hasan ‘alaihi Salam
berkata kepadanya, yakni Sufyan bin Layla.
“Assalamu
‘alaika wahai orang yang telah menghinakan kaum Mukminin.” Lantas (al-Hasan)
bertanya, “Darimana engkau mengetahuinya?”
Ia menjawab, “Engkau telah memegang tampuk kepemimpinan,
lalu engkau melepaskannya dari bahumu dan selanjutnya menyerahkannya kepada
tiran, sehingga ia berhukum dengan selain apa-apa yang diturunkan oleh Allah.”
[Bihar al-Anwar 44/24, al-Majlisiy Pendeta Syiah
Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1475_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٤٤/الصفحة_0?pageno=24#top]
Kemudian Amirul Mukminin al-Hasan Radhiyallahu ‘anhu
bertanya kepadanya mengenai alasannya datang dengan mencemoohnya.
ما جاء بك؟ قال: حبك،
“Apa
yang menyebabkan engkau datang ke sini?” (Sufyan bin Layla) menjawab, “Rasa
cinta kepadamu.”
[Bihar al-Anwar 44/24, al-Majlisiy Pendeta Syiah
Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1475_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٤٤/الصفحة_0?pageno=24#top]
Lalu Imam al-Hasan Radhiyallahu ‘anhu pun menjawab.
فان الذي أحوجني إلى ما فعلت: قتلكم
أبي، وطعنكم إياي، وانتهابكم متاعي: وانكم لما سرتم إلى صفين كان دينكم أمام
دنياكم، وقد أصبحتم اليوم ودنياكم أمام دينكم
ويحك أيها الخارجي! انى رأيت أهل الكوفة
قوما لا يوثق بهم، وما اغتر بهم الا من ذل، ليس [رأى] أحد منهم يوافق رأى الاخر، ولقد
لقي أبي منهم أمورا صعبة وشدائد مرة، وهي أسرع البلاد خرابا، وأهلها هم الذين فرقوا
دينهم وكانوا شيعا.
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج
٤٤ - الصفحة ٢٣
Sesungguhnya yang menjadikan aku melakukan hal tersebut
adalah kalian telah membunuh ayahku, menusuk-ku, merampas harta bendaku.
Sesungguhnya kalian tatkala berangkat menuju Shiffin maka kalian mendahulukan
agama kalian daripada dunia kalian. Sedangkan hari ini kalian menjadikan dunia
kalian lebih didahulukan daripada agama kalian.
Celakalah engkau wahai Kharijiy, sesungguhnya aku melihat
penduduk Kufah sebagai kaum yang tidak dapat dipercaya, Tidaklah ada yang
terperdaya dengan mereka melainkan menjadi terhina. Tidaklah pendapat salah
seorang di antara kalian sepakat dengan pendapat seorang lainnya. Sungguh
ayahku telah merasakan dari mereka berbagai perkara yang menyusahkan dan
penderitaan. Ia (Kufah) adalah negeri yang paling cepat rusak, dan
penduduknya-lah yang memecah belah agama mereka (hingga) menjadi sekte-sekte.
[Bihar al-Anwar 44/23, al-Majlisiy Pendeta Syiah
Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1475_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٤٤/الصفحة_25#top]
Hal ini (pengkhianatan Syiah Khawarij) telah diakui oleh media
propaganda Syiah Rafidhah, yaitu IRIB.
Setelah syahadah Imam Ali as, pengikut Syiah
di Kufah membaiat Imam Hasan as, anak Imam Ali as dan memilihnya sebagai
khalifah, pengganti ayahnya. Imam Hasan as mengirim 12 ribu pasukan yang
dipimpin oleh Qais bin Saad untuk memerangi Muawiyah dan beliau sendiri pergi
ke kota Madain.
Sebelum terjadi perang terhembus isu
kematian Qais bin Saad yang membuat pasukan Imam Hasan as tidak solid lagi.
Sebagian pada waktu itu sampai berani menjarah bendera Imam Hasan dan
yang lain menusuk paha beliau dengan pisau. Kondisi ini sangat tidak
menguntungkan Imam Hasan as dan melanjutkan perang tidak ada gunanya dengan
pasukan yang rendah semangatnya. [IRIB]
Oleh karena itu, Syiah Khawarij lebih memilih keturunan
al-Husain Radhiyallahu ‘anhu sebagai Imam Syiah Khawarij yang di mana beliau
memiliki isteri yang berasal dari Persia daripada memilih Imam yang berasal
dari keturunan al-Hasan Radhiyallahu ‘anhu yang telah menyerahkan Imamah kepada
Mu’awiyyah Radhiyallahu ‘anhu.
أقدمت بنت يزدجرد على عمر أشرف لها
عذارى المدينة وأشرق المسجد بضوئها لما دخلته،
فقال له أمير المؤمنين عليه السلام:
ليس ذلك لك، خيرها رجلا من المسلمين وأحسبها بفيئه، فخيرها فجاءت حتى وضعت يدها
على رأس الحسين عليه السلام فقال لها أمير المؤمنين: ما اسمك؟ فقالت: جهان شاه،
فقال لها أمير المؤمنين عليه السلام: بل شهربانويه، ثم قال للحسين: يا أبا عبد
الله لتلدن لك منها خير أهل الأرض، فولدت علي بن الحسين عليه السلام وكان يقال
لعلي بن الحسين عليه السلام: ابن الخيرتين فخيرة الله من العرب هاشم ومن العجم
فارس.
الكافي - الشيخ الكليني - ج ١ -
الصفحة ٤٦٧
Tatkala puteri Yazdjird (Yazdjird III bin Syahryar keturunan
Kisra) dibawa ke hadapan ‘Umar, gadis-gadis Madinah melihatinya. Sehingga
Masjid bersinar dengan cahayanya ketika ia (puteri Yazdjird) memasukinya.
Amirul Mukminin ‘alaihi Salam (‘Aliy) berkata kepada beliau
(‘Umar), “Janganlah begitu kepadanya, Biarkanlah ia memilih seorang laki-laki
dari kalangan kaum Muslimin dan menghitungnya sebagai fai-nya (laki-laki
tersebut).” Lalu (‘Umar) memberikan pilihan kepadanya, kemudian ia mendatangi
dan meletakkan tangannya di atas kepala al-Husain ‘alaihi Salam. Lantas Amirul
Mukminin (‘Aliy) bertanya kepadanya, “Siapa namamu?” Ia mejawab, “Jihan Syah.”
Amirul Mukminin (‘Aliy) ‘alaihi Salam berkata kepadanya, “Bukan, engkau adalah Syahrbanu.” Kemudian beliau berkata
kepada al-Husain, “Wahai Aba ‘Abdillah, ia terlahir untukmu yang merupakan
sebaik-baiknya penduduk bumi. Dan ia akan melahirkan ‘Aliy bin al-Husain
‘alaihi Salam, julukan bagi ‘Aliy bin al-Husain ‘alaihi Salam adalah anak dua
pilihan yang dipilih Allah yang berasal dari ‘Arab, yakni Hasyim, dan ‘Ajam,
yakni Persia.”
[Al-Kaafiy 1/467, al-Kulainiy Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1122_الكافي-الشيخ-الكليني-ج-١/الصفحة_0?pageno=467#top]
Hingga akhirnya keturunan Kisra Yazdjird Persia akan bangkit
di akhir zaman sebagai Imam Mahdi Syiah Khawarij. Ia bernama al-Qaim al-Masih
ad-Dajjal Imam Mahdi al-Muntazhar Syiah Rafidhah al-Majusi sang Imam Zaman.
لما جلى الفرس عن القادسية وبلغ يزدجرد
بن شهريار ما كان من رستم وإدالة العرب عليه وظن أن رستم قد هلك والفرس جميعا وجاء
مبادر وأخبره بيوم القادسية وانجلائها عن خمسين ألف قتيل، خرج يزدجرد هاربا في أهل
بيته ووقف بباب الإيوان، وقال: السلام عليك أيها الإيوان! ها أنا ذا منصرف عنك وراجع
إليك، أنا أو رجل من ولدي لم يدن زمانه ولا آن أوانه.
قال سليمان الديلمي: فدخلت على أبي عبد
الله عليه السلام فسألته عن ذلك وقلت له: ما قوله: " أو رجل من ولدي " فقال:
ذلك صاحبكم القائم بأمر الله عز وجل السادس من ولدي قد ولده يزدجرد فهو ولده
بحار الأنوار - العلامة المجلسي - ج
٥١ - الصفحة ١٦٤
Tatkala (pasukan) Persia kalah pada perang al-Qadisiyyah dan
sampai beritanya kepada Yazdjird bin Syahryar (keturunan Kisra) dari Rustum
bahwa bangsa ‘Arab telah berhasil menaklukkannya. Ia menyangka bahwasanya
Rustum telah binasa bersama (pasukan) Persia seluruhnya, hingga datanglah
seseorang dengan mengabarkan kepadanya pada hari al-Qadisiyyah mengenai
kalahnya 50.000 pasukan. Lantas Yazdjird (Yazdjird III bin Syahryar keturunan
Kisra) pun keluar melarikan diri ke keluarganya, tatkala sampai di gerbang
al-Iwan, ia berkata, “Semoga keselamatan atasmu wahai al-Iwan, aku akan segera
meninggalkanmu dan akan bertemu kembali denganmu. Aku atau seorang laki-laki
yang berasal dari keturunanku yang belum tiba zamannya akan kembali lagi.
Sulayman ad-Dailamiy berkata, “Aku pun masuk menemui Abi
‘Abdillah ‘alaihi Salam dan bertanya kepadanya mengenai peristiwa tersebut,
lantas aku pun bertanya kepadanya, “Apa yang dimaksud dengan perkataan, “Atau
seorang laki-laki yang berasal dari keturunanku” Lalu beliau menjawab, “Itulah
Shahib (az-Zaman) kalian, yakni al-Qaim (menegakkan) dengan perintah Allah Azza
wa Jalla, yaitu keturunanku yang keenam, yang juga merupakan keturunan
Yazdjird.”
[Bihar al-Anwar 51/164, al-Majlisiy Pendeta Syiah
Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1482_بحار-الأنوار-العلامة-المجلسي-ج-٥١/الصفحة_166#top]
Oleh karena itu, Imam Mahdi Syiah Khawarij memiliki julukan sebagai
Kisra Hamba Yazdan.
الباب الثّاني
في أسماء المهدي وألقابه صلوات الله عليه
في أسماء المهدي وألقابه صلوات الله عليه
Bab
II
Nama-nama
al-Mahdi dan Julukannya Shalawatullah ‘alaihi
الرابع والعشرون: "بنده يزدان".
24
: Bandeh Yazdan (Hamba Yazdan)
السابع والأربعون: "خسرو".
خسرو مجوس
47 : Khosro (Kisra Raja Persia
al-Majusi)
Khosro
Majos
النجم الثاقب في أحوال الإمام الحجّة
الغائب - (ج 1) (لـ حسين الطبرسي النوري)
[An-Najm ats-Tsaqib 1/175 &
185, al-Husain ath-Thabrusiy an-Nuriy Pendeta Syiah Rafidhah]
[http://www.aqaed.com/book/477/najm1-10.html]
قَالَ الْإِمَامُ وَقَدْ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقَدَرِيَّةُ مَجُوسُ هَذِهِ
الْأُمَّةِ شَبَّهَهُمْ بِهِمْ لِتَقْسِيمِهِمُ الْخَيْرَ وَالشَّرَّ فِي حُكْمِ
الْإِرَادَةِ كَمَا قَسَّمَتِ الْمَجُوسُ فَصَرَفَتِ الْخَيْرَ إِلَى يَزْدَانَ
وَالشَّرَّ إِلَى أَهْرَمْنَ وَلَا خَفَاءَ بِاخْتِصَاصِ هَذَا الْحَدِيثِ
بِالْقَدَرِيَّةِ
Imam (al-Haramain) berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam bersabda, ‘Kaum al-Qadariyyah adalah Majusi umat ini.”
Sebab beliau menyerupakan mereka dengan kaum Majusi
adalah karena mereka memilah perkara yang baik dan perkara
yang buruk mengenai hukum kehendak (Allah), sebagaimana
yang dilakukan oleh kaum Majusi, mereka memalingkan kebaikan
kepada Yazdan dan keburukan kepada Ahraman. Telah nyata
terang benderang bahwa hadits tersebut memang dikhususkan
untuk kaum al-Qadariyyah.
[Syarah Shahih Muslim 1/154, Imam an-Nawawi]
Hingga muncul-lah al-Qaim al-Masih ad-Dajjal Imam Mahdi
al-Muntazhar Syiah Rafidhah al-Majusi sang Imam Zaman si Kisra Hamba Yazdan di
Iran.
Saat ini Syiah Khawarij sedang mempersiapkan Daulah
Imamiyyah Persia yang dikenal dengan nama Wilayatul Faqih yang akan diserahkan nantinya
kepada al-Qaim al-Masih ad-Dajjal Imam Mahdi al-Muntazhar Syiah Rafidhah al-Majusi
sang Imam Zaman si Kisra Hamba Yazdan. Sehingga barangsiapa yang menolak
Wilayatul Faqih, maka Murtad dan keluar dari agama Islam, dan kematianlah yang
pantas bagi penentang Wilayatul Faqih.
هل يعتبر مَن لا يعتقد بولاية الفقيه
المطلقة مسلماً حقيقياً؟
Apakah orang yang tidak meyakini Wilayah al-Faqih mutlak
masih dianggap sebagai seorang Muslim yang sebenarnya?
ج: عدم الإعتقاد اجتهاداً أو تقليداً
بولاية الفقيه المطلقة في زمن غيبة الإمام الحجة (أرواحنا فداه) لا يوجب الإرتداد
والخروج عن الإسلام
Jawab : Bagi yang tidak meyakini secara ijtihad atau taklid
(kepada Mujtahid) dalam hal Wilayatul Faqih mutlak pada masa ghaibahnya al-Imam
al-hujjah (jiwa kami sebagai tebusannya), maka tidak diharuskan untuk
dimurtadkan atau dikeluarkan dari agama Islam.
[Istifta’at bab Wilayah al-Faqih, Khamenei Pendeta Syiah
Rafidhah]
[arabic.irib.ir/Monasebat/Khamenee/Context/Esteftaat/Altaghlid08.htm]
Fatwa Khamenei Rahbar Iran tersebut di atas dapat dipahami
sebagai berikut :
“Bagi yang tidak meyakini Wilayatul Faqih dengan tidak
taklid (mengikuti) seorang Mujtahid lainnya, maka keluar atau murtad dari agama
Islam.”
Sehingga kematianlah yang pantas baginya (penolak Wilayatul
Faqih)
Menit 01:56
Khamenei Pemimpin, kematian untuk mereka yang menolak
Wilayatul Faqih.
[https://www.youtube.com/watch?v=MeSzH_wg6pQ]
Oleh karena itu, Daulah Persia akan berusaha bangkit di
akhir zaman, namun impian Daulah Imamiyyah Persia Syiah Khawarij tersebut akan
terpupus habis oleh Penduduk yang berasal dari arah Maghrib, yakni Syam.
Sebagaimana yang telah Tanya Syiah Goreskan Pena Part [10]
Jihad Suriah Perang Akhir Zaman Melawan Syiah.
فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَوْمٌ مِنْ قِبَلِ الْمَغْرِبِ عَلَيْهِمْ ثِيَابُ الصُّوفِ
فَوَافَقُوهُ عِنْدَ أَكَمَةٍ فَإِنَّهُمْ لَقِيَامٌ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ قَالَ فَقَالَتْ لِي نَفْسِي ائْتِهِمْ فَقُمْ
بَيْنَهُمْ وَبَيْنَهُ لَا يَغْتَالُونَهُ قَالَ ثُمَّ قُلْتُ لَعَلَّهُ نَجِيٌّ
مَعَهُمْ فَأَتَيْتُهُمْ فَقُمْتُ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَهُ قَالَ فَحَفِظْتُ مِنْهُ
أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ أَعُدُّهُنَّ فِي يَدِي قَالَ تَغْزُونَ جَزِيرَةَ الْعَرَبِ
فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ فَارِسَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ تَغْزُونَ
الرُّومَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ تَغْزُونَ الدَّجَّالَ فَيَفْتَحُهُ اللَّهُ
قَالَ فَقَالَ نَافِعٌ يَا جَابِرُ
لَا نَرَى الدَّجَّالَ يَخْرُجُ حَتَّى تُفْتَحَ الرُّومُ
Suatu
kaum mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam dari Maghrib [قِبَلِ الْمَغْرِبِ],
mereka mengenakan baju wool, mereka menemui beliau di dekat suatu bukit. Mereka
berdiri sementara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam duduk. Ia (Nafi')
berkata, “Hatiku berkata, datangilah mereka dan berdirilah di antara mereka dan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam agar mereka tidak menyerang beliau,”
Lalu aku berkata, “Mungkin beliau sedang berbicara dengan mereka.” Aku
mendatangi mereka lalu aku berdiri di antara mereka dan beliau. Aku menghafal
empat kalimat dari beliau, aku menghitungnya dengan tanganku. Beliau bersabda,
“Kalian akan memerangi Jazirah ‘Arab lalu Allah menaklukkannya,
setelah itu Persia lalu Allah menaklukkannya, kemudian kalian memerangi
Romawi lalu Allah menaklukkannya, selanjutnya kalian memerangi Dajjal
lalu Allah menaklukkannya.” Kemudian Nafi' berkata, “Hai Jabir, kami tidak
berpendapat Dajjal muncul hingga Romawi ditaklukkan.” [Muslim
no.5161]
0 comments:
Post a Comment