Mohammad Jaber was born in Nabatieh (Southern Lebanon)
in the late 1950s. Upon completion of his higher education, he travelled to
West Germany to study medicine before returning to Lebanon in 1985. Today he
runs a clinic in Nabatieh. Jaber joined Hizbut Tahrir (HT) in 1974. He acceded
to the position of the head of the executive committee of HT in Lebanon in
2006.
Muhammad Jabir dilahirkan di Nabatieh (Lebanon Selatan) pada akhir tahun 1950-an. Setelah menyelesaikan pendidikannya yang lebih tinggi, ia
pergi ke Jerman Barat untuk mempelajari (ilmu) kedokteran sebelum kembali ke Lebanon
pada tahun 1985. Saat ini ia telah menjalankan sebuah klinik di Nabatieh. Jabir
bergabung dengan Hizbut Tahrir (HT) pada tahun 1974. Ia memangku jabatan
penting sebagai Ketua Komite Eksekutif HT di Lebanon pada tahun 2006.
Interview
Mahan Abedin - Is it true that you are
a Shi'a Muslim?
Pertanyaan : Apakah benar bahwasanya anda adalah seorang Muslim
Syiah?
Mohammed Jaber - First and foremost HT doesn't attach
significance to sectarian identities and differentiation within Islam. Our
objective is to promote a common Islamic identity on the global stage. But in
answer to your question I was born into a Shi'a Muslim family in Nabatiyeh in
southern Lebanon. I was attracted to HT for many reasons, one of them being
HT's non-sectarian attitudes. According to HT beliefs, religious differences in
Islam - for instance the number of times Muslims pray daily and minor
differences in how they pray - are of no significance whatsoever. What is
important is to adopt, maintain and strengthen a common Islamic identity with a
view to political mobilization on a global scale.
Jawaban Muhammad
Jabir :
Yang pertama dan yang terutama adalah HT tidak mementingkan
untuk melampirkan identitas sektarian dan perbedaan di dalam Islam. Tujuan kami
adalah untuk mempromosikan identitas Islam yang umum di tingkat dunia. Namun (saya
akan) menjawab pertanyaan anda, saya terlahir di dalam keluarga Muslim
Syiah di Nabatieh Lebanon Selatan. Saya tertarik dengan HT dikarenakan
berbagai alasan, salah satunya adalah sikap HT yang tidak sektarian. Berdasarkan
keyakinan HT, perbedaan (dalam) beragama di dalam Islam –misalnya jumlah waktu shalat
dalam sehari dan perbedaan kecil dalam tata cara shalat mereka- tidaklah
terlalu penting. Namun yang terpenting adalah (bagaimana cara) untuk mengadopsi
dan memelihara serta memperkuat identitas Islam yang umum dengan tujuan untuk
memobilasi politik ke tingkat dunia.
Mahan Abedin - But according to some scholars, adopting
HT's ideology is tantamount to relinquishing core Shi'a beliefs!
Pertanyaan : Namun menurut beberapa Ulama, dalam mengadopsi idiologi HT
adalah sama saja melepaskan keyakinan utama Syiah!
Mohammed Jaber - I don't agree with this statement. And
you will find that many leading Shi'a clerics, including Grand Ayatollah
Mohammad Hussein Fadlallah of Lebanon, would not agree with this statement.
Jawaban Muhammad
Jabir :
Saya tidak setuju dengan pernyataan ini. Dan anda akan
mendapati bahwa banyak Pendeta Syiah yang terkemuka, termasuk Pendeta Besar
AyatusSyiah Muhammad Hussain Fadlallah dari Lebanon, tidak akan setuju dengan pernyataan
ini.
Mahan Abedin - HT claims to be non-sectarian, but do
you sincerely believe that all HT chapters around the world follow this policy?
Pertanyaan : HT mengklaim bahwasanya (HT) adalah (pergerakan) yang tidak
sektarian, akan tetapi apakah anda sungguh percaya bahwasanya semua cabang HT
di seluruh dunia mengikuti kebijakan ini?
Mohammed Jaber - There is an HT ideological-political
training book called the “Fundamentals of Islam” - issued in 1953 - which clearly
states that adherents of the Jaafari school of Islam (i.e. Twelver Shi'as) are
fully-fledged believers who have the right to play an active role in the
Islamic state, including acceding to the highest political-religious office,
namely that of the Khalifah (i.e. Caliph). I can sincerely and categorically
claim that there is no sectarianism in HT at all. Anyone who adopts sectarian
beliefs or attitudes has stepped out of the HT ideological framework.
Jawaban Muhammad
Jabir :
Terdapat sebuah buku pelatihan ideologis-politik yang
disebut dengan nama “Dasar-Dasar Islam” –yang diterbitkan pada tahun 1953- yang
dengan jelas menyatakan bahwa penganut Madzhab Islam Ja’fari (yaitu Syiah Dua
Belas) adalah kaum Mukminin yang memiliki hak untuk berperan secara aktif di
dalam Negara Islam, termasuk aksesi ke Kantor Politik-Keagamaan yang tertinggi,
yaitu Khalifah. Saya sungguh (dapat) dan secara pasti menyatakan bahwasanya
tidak terdapat sektarian di dalam HT sama sekali. Siapa pun yang mengadopsi
keyakinanan atau sikap sektarian tersebut maka (ia) telah melangkah keluar dari kerangka
idiologi HT.
Mahan Abedin - I have heard that you met the late
Ayatollah Ruhollah Khomeini in Paris back in late 1978, a few months before the
victory of the Islamic revolution. What was your assessment of the late
Ayatollah Khomeini and what is your assessment of the Islamic revolution in
Iran?
Pertanyaan : Saya telah mendengar bahwasanya anda pernah bertemu
dengan AyatusSyiah Khomeini di Paris pada akhir tahun 1978, yaitu beberapa
bulan sebelum kemenangan revolusi Islam. Bagaimana penilaian anda terhadap
AyatusSyiah Khomeini tersebut dan juga bagaimana penilaian anda mengenai
revolusi Islam di Iran?
Mohammed Jaber - When I met Imam Khomeini back in 1978,
the HT delegation delivered a letter to the Imam and we asked His Eminence if
his movement had a project to create a global Islamic state and we also asked
him if they had prepared a constitution. We impressed upon the Imam the
importance of devising a proper constitution for the Islamic state. We told him
in no uncertain terms that HT was prepared to assist the Iranians in building
the Islamic state, even if this state was dominated by Twelver Shi'as. But we
had one condition, namely that this state must belong to all the Muslims. It
shouldn't be an Iranian national state.
Jawaban Muhammad
Jabir :
Tatkala saya bertemu dengan Imam Khomeini pada
tahun 1978, delegasi HT mengirimkan sebuah surat ke Imam dan kami juga bertanya
kepada yang mulia apakah gerakannya tersebut memiliki sebuah project
untuk mendirikan Negara Islam yang mendunia dan kami juga bertanya kepadanya
apakah mereka telah mempersiapkan sebuah konstitusi. Kami mengingatkan kepada Imam
mengenai pentingnya merancang sebuah konstitusi yang tepat untuk Negara Islam.
Kami memberitahukan kepadanya dengan tegas bahwa HT telah siap membantu rakyat
Iran dalam mendirikan Negara Islam, bahkan jika Negara ini didominasi oleh
Syiah Dua Belas. Namun kami memiliki satu syarat, yaitu Negara ini harus
dimiliki oleh seluruh kaum Muslimin. Bukan sebagai Negara Nasional Iran.
Mahan Abedin - What was the exact date of this meeting,
how many people were in the HT delegation and who were they?
Pertanyaan : Tanggal berapa pastinya mengenai pertemuan tersebut,
berapa banyak orang yang terlibat dalam delegasi HT dan siapa saja mereka?
Mohammed Jaber - We met the Imam on three occasions.
The first meeting happened in October 1978; the second in December 1978; and
the third in early February 1979, just before the Imam's return to Iran. The
delegation consisted of three people; myself, the head of HT in Europe at the
time and his assistant.
Jawaban Muhammad
Jabir :
Kami bertemu dengan Imam pada tiga kesempatan.
Pertemuan pertama terjadi pada bulan Oktober 1978; (pertemuan) kedua pada bulan
Desember 1978; dan (pertemuan) yang ketiga pada awal bulan Februari 1979, tepat
sebelum Imam kembali ke Iran. Delegasi tersebut terdiri dari 3 orang;
yaitu, saya sendiri, Ketua HT di Eropa pada saat itu beserta asistennya.
[http://religion.info/english/interviews/article_474.shtml#.VStl3tyUcl8]
0 comments:
Post a Comment